Home / Rumah Tangga / Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku / 46. Obrolan Cindya dan Teno

Share

46. Obrolan Cindya dan Teno

Author: Lapini
last update Last Updated: 2025-07-01 10:59:00

“Kita tidak menemukan apapun, Mbak. Suamimu itu selalu menjaga jarak dengan Harena, minusnya memang sering bertemu.”

Cindya menatap Teno yang duduk berhadapan dengannya di meja makan dengan sebelah alisnya yang naik, ia tidak secepat itu percaya dengan Teno tanpa adanya bukti.

Sepertinya Teno mengerti dengan ekspresi yang diperlihatkan Cindya saat ini, karena pria itu memberikan tab kepada Cindya yang diterima dengan baik.

“Jarak mereka tidak dekat, bahkan saat Harena ingin memeluk suami Mbak Cindya, suami Mbak langsung menjauh,” tambahnya.

Cindya hanya terdiam dengan kedua mata memperhatikan layar tab yang sedang memutar sebuah video, di dalam video itu suaminya dan Harena sedang berada di sebuah kamar hotel, hanya berdua.

“Kami bisa pastikan, suaminya Mbak Cindya tidak tertarik dengan Harena,” ucap Teno, kedua matanya bertemu dengan kedua mata tajam Cindya. Ia menipiskan bibirnya, merasa bersalah karena sudah menarik kesimpulan seperti apa yang ia katakan baru saja.

“Kamu baru mengi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   59. Tempat Singgah Dharmatio

    “Mas, diminum dulu.”Cindya memberikan minuman coklat hangat kepada suaminya yang sangat lesu pada malam ini, ia memilih untuk duduk di kursi sebelah kanan Dharmatio yang meneguk sedikit demi sedikit coklat yang dibuatkan olehnya.Saat Dharmatio datang beberapa menit yang lalu dengan wajah lesu, lelah dan letih, membuat Cindya mengambil inisiatif atas gerakan hatinya yang berkata ‘dia itu suamimu’. Cindya menyarankan suaminya untuk membersihkan diri, setelahnya baru di ajak ke ruang makan untuk dibuatkan minuman hangat.Echa? Di jaga oleh Arlantio yang happy karena bisa berinteraksi dengan adik perempuannya itu, tidak ada paksaan. Arlantio melakukannya karena suka.“Kerjaan lagi berat di kantor?” tanya Cindya dengan suaranya yang lembut, mengusap punggung Dharmatio dengan penuh perasaan, kedua matanya memperhatikan wajah sang suami yang tidak bersemangat dari sebelum-sebelumnya.Cindya hanya terdiam setelah pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban dari sang suami, ia cukup sadar diri d

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   58. Halusinasi Dharmatio

    Dharmatio membaringkan tubuhnya pada sofa berwarna putih, menutup setengahh wajahnya dengan lengannya. Ini bukan di rumahnya, ia sangat sadar saat ini sedang di apartement milik Harena yang ia sewa selama lima bulan. Hanya lima bulan.“Loh, Mas? Sudah pulang?” Harena melangkahkan kaki ke dapur untuk mengambil minum, tenggorokannya sangat kering karena baru bangun dari tidur siangnya. Kedua matanya memperhatikan Dharmatio yang sepertinya sedang mencoba untuk tertidur.“Mau makan apa? Aku mau pesan makan buat makan malam,” ujarnya memecahkan keheningan, pertanyaannya tidak membuat Dharmatio bergerak sedikitpun.“Tidak perlu, aku nanti makan di rumah,” jawab Dharmatio tanpa mengalihkan tangannya yang sengaja menutupi kedua matanya, lebih tepatnya menutup pandangannya untuk tidak melihat wujud Harena.Sedangkan Harena menghela nafasnya perlahan, merogoh saku celana pendeknya, lalu membuka aplikasi pesan-antar makanan. “Aku pesenin cemilin sama kopi,” tuturnya, dan hanya ditanggapi dengan

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   57. Kedekatan Ibu dan Anak Pertamanya

    “Maaf ya, baby. Kemaren istriku tidak bisa ditinggal, sepertinnya saat ini juga aku tidak bisa lama-lama, ada meeting dan aku harus hadir,” ujar Dharmatio dengan suara pelan, memainkan rambut wanita yang sedang bersamanya saat ini.“Mas baru dateng loh, aku masih kangen,” ucap wanita itu dengan nada bicaranya yang manja, mendongak untuk bertemu tatap dengan kedua mata Dharmatio yang sedang menatapnya. “Memangnya tidak bisa diundur jadwalnya?” lanjutnya, kedua matanya seolah berbicara ‘please’.Sayangnya, Dharmatio bukan pria yang menyalurkan seluruhnya untuk wanita. Ia bisa tegas, dan tahu mana yang harus diprioritaskan. Bujuk rayu, tatapan yang seperti anak kucing itu tidak akan membuatnya mengindahkan atau meng-iya-kan.Pria itu menggelengkan kepala, “Maaf ya, Harena. Tidak bisa. Meeting ini penting, dan sudah dijadwalkan dari seminggu yang lalu. Jadi tidak bisa diundur seenaknya, lagipula Mommy ikut andil.”Harena berdecak kesal setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Dharmatio, i

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   56. Cindya Berbohong

    Dharmatio menggigit bibirnya, melangkah mondar mandir di kamarnya dengan kening yang mengkerut, alis bertaut. Obrolannya dengan Arlantio tadi siang benar-benar membuatnya terus berpikir hingga tengah malam.Kedua matanya memperhatikan wanita yang tertidur menghadap ke box bayi yang berada di celah antara ranjang dan lemari.“Kecerdasan kamu nurun ke Arlan, Cindya. Tidak mudah untuk dibohongi, tetapi aku harus melakukannya. Maaf kalau nanti kamu tersakiti,” monolognya dengan suara pelan, menghela nafas lalu menyugar surai panjangnya.Pria itu memilih untuk pergi dari kamar, ia melangkahkan kakinya ke rooftop rumahnya yang jarang disinggahi olehnya. Ruang terbuka, tanpa orang lain yang menemani, memang itu yang diinginkan oleh Dharmatio supaya pikirannya lebih terbuka dan tidak terburu-buru dalam bertindak.Dharmatio duduk di salah satu bangku yang ada di rooftop, mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus rokok yang ia simpan dalam saku. Entah sejak kapan dirinya menjadi perokok aktif, ya

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   55. "Panikk?"

    “Di block? Sialann. Dharma sialann. Kamu sedang mempermainkanku?”Harena mengerang kesal, ia melempar benda pipih itu ke atas ranjang, ke sisi kirinya. Nomornya baru saja diblokir oleh Dharmatio, setelah dirinya mengirim pesan kepada kakak iparnya itu terkait pertemuan besok.Wanita itu duduk di ujung ranjang dengan kedua mata yang menatap tajam cermin yang memantulkan dirinya. Alis bertaut, bibir merah menyala itu menyunggingkan senyum villain, tangan yang mencengkram kuat ujung ranjang, dress berwarna putih yang sengaja memperlihatkan bahunya.Harena tidak tahu jika Dharmatio akanj menghabiskan waktu dengan keluarga kecil pria itu, ia hanya tahu Dharmatio akan menemuinya hari ini setelah dua hari kemarin intens, bahkan dirinya dan kakak iparnya itu melakukan hubungan layaknya suami-istri.Jika mengingat itu, senyum di kedua sudut bibir wanita tidak bisa ditahan. “Memang, pesona aku lebih menggoda dibandingkan istrimu yang tidak seberapa itu,” monolognya, seolah cermin itu adalah Dha

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   54. "Pesan dari Pak Budi."

    Cindya menaikkan sebelah alisnya saat Dharmatio berdiri setelah menerima panggilan suara. Kecurigaannya mulai muncul, sebelumnya sang suami tidak pernah menjauh darinya kalau mendapatkan telfon.Suara Arlan yang sedang terkekeh membuat perhatian wanita itu teralihkan, setidaknya masih ada Arlantio dan Echa yang membuat isi kepalanya buyar. Benar kata Bunda, apapun yang terjadi dalam rumah tangganya, anak harus tetap menjadi prioritas.“Abang senang banget sepertinya. Memangnya adek ngapain tadi?” tanyanya, membuat putranya menaikkan pandangan dan bertemu dengannya. Ia mengulas senyum saat kedua mata Arlantio tertuju kepadanya.“Tidak. Adek sedang tidur, tetapi bibirnya bergerak, jadinya terlihat lucu,” oceh Arlantio, menoleh memperhatikan bayi perempuan yang sedang tertidur di box bayi.Sesuai dengan permintaan bocah laki-laki itu, mereka hanya menghabiskan waktu di rumah, setidaknya kehangatan dan kebahagiaan tetap didapatkan oleh mereka. Bahagia tidak harus keluar rumah, menghabiska

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status