Home / Rumah Tangga / Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku / 81. Echa Menangis Didekat Dharmatio

Share

81. Echa Menangis Didekat Dharmatio

Author: Lapini
last update Huling Na-update: 2025-09-01 07:14:58

Cindya mengerjapkan kedua matanya saat merasakan kecupan di pelipisnya, samar-samar melihat sosok Dharmatio yang tersenyum kepadanya. Cahaya yang masuk melalui celah jendela, berhasil mengusik indra penglihatannya.

“Mas, kamu baru pulang?” tanya Cindya dengan suaranya yang serak, bangkit lantas duduk bersandar. Kini kedua matanya melihat jelas sosok tinggi yang berdiri di sisinya setelah tangannya menyentuh saklar untuk menyalakan lampu kamarnya .

Dharmatio menganggukkan kepala, ia mengecup bibir sang istri cukup lama, dan istrinya mengikuti permainannya saat ini. Tiba-tiba saja aktivitas mereka harus terhenti karena terdengar suara tangisan bayi dari dalam box bayi.

Dharmatio berdecak kesal, sedangkan Cindya hanya tertawa melihat Dharmatio yang melangkahkan kaki mendekati box bayi untuk melihat Echa-putri kecil mereka-.

“Anak cantik sudah bangun?” monolog Dharmatio, kedua tangannya mengangkat tubuh Echa, lalu menggendongnya dengan mengusap punggung bayi perempuan itu. “Mau susu?” tan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   87. Dua Situasi Yang Berbeda

    Cindya melangkahkan kaki mendekati meja nomor 30 yang berada di dekat kaca sebuah restaurant yang cukup ramai, terlihat beberapa meja sudah terisi oleh pelanggan.“Hai.”Seorang laki-laki menoleh, tersenyum kepada Cindya, dan spontan berdiri. Zandi, sahabat Cindya itu kini berdiri dihadapan Cindya yang tertawa.Siapapun yang melihatnya, akan berprangsaka bahwa mereka merupakan sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Wajah Cindya maupun Zandi sangat cerah, benar-benar menandakan bahwa mereka bahagia ketika bertemu seperti saat ini.“Duduk ….” ucap Zandi setelah beberapa menit terdiam, mengulurkan tangannya mempersilahkan Cindya untuk duduk. Sahabatnya itu mengindahkan tanpa bersuara.“Sorry ya lama, tadi ada kerjaan yang harus aku selesaikan,” ujar Cindya, menyimpan slingbag-nya di atas meja, dan memfokuskan atensi hanya untuk Zandi yang melakukan hal yang sama.“It’s okey. Aku juga sampai,” ucap Zandi dengan suaranya yang lembut, membuat wanita yang duduk berhadapan dengannya ini te

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   86. Hari Pertama Cindya Bekerja

    Suara sepatu heels beradu dengan lantai keramik di lobby perkantoran, membuat beberapa karyawan yang baru tiba dan berada di depannya menoleh. Cindya, wanita itu mengenakan celana panjang berwarna abu-abu, blouse berwarna biru yang dilapisi oleh blazer abu-abu.Beberapa karyawan melebarkan kedua mata terkejut dengan kehadiran Cindya sepagi ini di kantor. Sedangkan Cindya melangkah melewatinya dengan menebar senyum ramahnya.“Cindya … aku tidak tahu kalau kamu akan datang lebih pagi hari ini.”Cndya mennghentikan langkahnya, menoleh dan senyumnya mereka melihat seorang wanita dengan rambut ponytail, kemeja coklat dan celana panjang berwarna coksu mendekat ke arahnya.“Jelas dong, ini kan hari pertama aku kerja setelah tertunda beberapa hari,” ujar Cindya, kembali melangkahkan kedua kakinya beriringan dengan Amel yang mengangguk-anggukkan kepala.“Aku kira, kamu tidak jadi bekerja di sini. Mungkin, di kantor your mother,” balas Amel, berdiri di sisi kanan Cindya yang bergumam pelan. Mer

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   85. Deeptalk with Zandi

    Cindya menatap sang bunda yang duduk tenang memperhatikannya di ruang keluarga, ia tidak perlu khawatir tentang kedua anaknya yang sedang dijaga dan diajak main oleh Zandi dan sang papa.“Kamu serius tentang itu? Kamu mau kerja di kantor Papa?” tanya Arcinta, mencoba untuk mencari tahu apakah putrinya itu sudah sangat yakin atau belum dengan keputusan tersebut. “Kamu tetap akan bertemu dengan Dharma,” lanjutnya.Cindya tersenyum tipis, “Aku yakin, Bunda. Dan untuk itu, aku bisa membuat semua karyawan Papa itu tutup mulut. Dengan begitu, mereka tidak akan ada yang membocorkan aku kerja di kantor papa.”“Kamu tidak takut kalau kamu dipandang memanfaatkan kekuasaan papa?”Cindya bergumam pelan, mencoba untuk membuat tubuhnya rileks dengan bersandar dan melipat keduanya. Atensinya menatap sang bunda yang tidak mengalihkan atensi kepadanya. Jujur saja, pemikiran itu tidak menjadi beban untuknya.“Selama aku kerja dengan baik, sangat baik, dan membawa perubahan terhadap kantor Papa, kenapa

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   84. Kapan hari itu tiba?

    Cindya menghela nafasnya perlahan, ia memperhatikan kamarnya yang dahulu ditempati olehnya sebelum menikah. Tidak ada yang berubah, furniture dan barang-barang miliknya masih pada tempatnya.Sesuai dengan pembicaraannya dengan kedua orangnya satu jam yang lalu, papanya yang tegas, memaksanya untuk kembali ke rumah ini, tanpa memberitahu Dharmatio-suaminya-.Suara bayi yang ada di troli bayi membuat perhatian Cindya teralihkan. Wanita itu melangkahkan kaki ke depan, berjongkok lantas tersenyum manis menatap Echa yang bergerak minta untuk dilepaskan.“Gak mau. Adek diem aja ya di situ, Bunda mau tidur,” ucap Cindya, memperhatikan ekspresi Echa yang berubah menjadi cemberut, keningnya mengkerut.Wanita itu beranjak, berbalik badan, lantas saat ingin melangkahkan kedua kaki jenjangnya, suara tangis Echa memenuhi kamar ini. Sehingga membuat Cindya berbalik badan, lalu melepaskan tali yang menahan Echa untuk tidak bergerak banyak, dan menggendongnya.“Anak cantik, gak boleh nangis,” ucap C

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   83. Obrolan antara Papa dan Cindya

    Hergantara memperhatikan putrinya yang semakin hari semakin kurus, “Kamu tidak makan atau gimana?” tanyanya sarkas, membuat Cindya mengulum bibir dan hanya terdiam. “Kalau seperti ini terus menerus, Papa yang akan ambil alih semuanya,” lanjutnya tegas.“Pah … gak usah sampai sejauh itu,” ujar Cindya sedikit keras. Sekarang, dirinya bisa bebas berekspresi, karena hanya dirinya dan Hergantara. Putri kecilnya dan putranya sedang bersama dengan Arcinta-Bundanya-.Hergantara menegakkan tubuhnya, menatap dalam kedua mata putrinya yang sayu. Putrinya itu bisa berkata ‘baik-baik saja’, tetapi tatapan dan tubuh yang semakin kurus, menandakan bahwa putrinya itu sedang kelelahan, dan tidak baik-baik saja.“Kamu mau kaya gini terus? Sedangkan mereka diluar sana sangat bahagia, mereka tidak memikirkanmu? Are you seriously?”Cindya menghela nafasnnya, memijat pelipisnya. Kepalanya tiba-tiba saja pusing. Apa yang dikatakan oleh papanya itu seperti pedang yang menusuk otaknya, melukai kepalanya, ben

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   82. Kebenaran itu perlahan terungkap

    Cindya tersenyum lebar melihat tingkah putrinya yang tengkurap, mencoba untuk merangkak, tetapi belum bisa, dan membuat bayi perempuan itu terlihat sangat menggemaskan.“Adek mau merangkak? Coba lagi yukk ….” Cindya menyemangati Echa, naluri seorang ibu yang mendukung tumbuh kembang anak.Sementara bayi perempuan itu tersenyum lebar, mencoba untuk terus merangkak walaupun tidak menghasilkan apapun, alias hanya diam ditempat.Cindya terkekeh pelan, mengangguk-anggukkan kepala, “Gapapa, dicoba lagi. Yukk Adek pasti bisa,” tuturnya dengan penuh semangatt.Kalau bayi perempuan itu sudah bisa ngomong dan mengerti apa yang dilakukannya sekarang, sudah dipastikan akan mengoceh panjang, melampiaskan rasa kesalnya karena tidak bisa melakukannya.Sementara Cindya hanya memperhatikan putri kecilnya yang terus bergerak di kasur, sedangkan dirinya duduk bersandar dengan kedua kaki terlipat.Lagi-lagi Cindya dibuat gemas oleh Echa, walaupun putri kecilnya itu hanya menatapnya dengan kedua mata bula

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status