Adik Ipar Malang Bab16 (Datang ke Rumah)POV LilisAku sudah kembali dari rumah sakit, kemarin. Tadi setelah sarapan disuruh langsung istirahat di kamar. Kata Ayah, sebaiknya aku tak sekolah dulu, karena harus memeriksakan kondisi mental akibat peristiwa itu, dengan menjalani psikoterapi.Pikiran ini tiba-tiba teringat dengan perkataan Kak Devan saat di rumah sakit kemarin. Laki-laki itu meminta agar dia yang bertanggung jawab akan janin yang sedang kukandung. Dia ingin menikahi aku.Terdengar suara ketukan dari luar. Aku langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Sejenak aku terdiam melihat orang yang sudah mengetuk pintu kamarku. Hingga suara panggilan Kak Devan menyadarkan dari keterdiaman ini."Lilis!" panggilnya agak kencang."Y-ya. Ada apa, Kak?" tanyaku agak linglung."Boleh aku masuk?" Suaranya kini lembut.Aku diam tak menjawab. Tiba-tiba teringat kejadian menjij*kan itu, karena kejadiannya di tempat ini, di kamarku sendiri. Sepertinya Kak Devan membaca gerak-gerikku ya
Adik Ipar Malang Bab 17 A Lamaran DiterimaPOV Lilis"Tentu ada larangannya. Mertua tidak ada di rumah, yang ada di rumah hanya calon istri saya. Bagaimana bisa aku membiarkan calon istriku berada di rumah hanya berdua dengan seorang laki-laki sepertimu," ujar Kak Devan sambil menekan kata 'Calon Istri'."Calon istri?" tanya kakak ipar terkejut. Matanya membelalak lebar hanya sebentar, kemudian kembali semula. Sayangnya, aku sempat melihatnya sekilas.Aku juga terkejut dengan pernyataan Kak Devan barusan. Hati ini berdesir mendengar kata itu keluar dari mulutnya. Sekuat tenaga menahan senyum yang ingin sekali tersungging di bibir ini."Ya. Calon istriku." sahut kak devan dengan senyum mengejek.Ekspresi wajah Kak Evan mengeras, kedua alisnya mengkerut, matanya memandang Kak Devan dengan tajam."Lilis mengandung anakku, aku yang berhak untuk menjadi calon suaminya," geramnya."Ck, tak sadar diri. Sudah punya istri satu, masih belum cukupkah?"Kak Devan bersikap santai menghadapi kemar
Adik Ipar MalangBab 17 bPOV LilisAku dan Ayah terkejut, tapi setelah diperhatikan, tak ada wajah bercanda yang diperlihatkan Kak Devan."Kamu itu mau cepat-cepat bukan karena kebelet, kan?" tanya Ayah."Tentu saja bukan. Kenapa Om selalu berpikiran rendah tentangku.""Memang seperti itu kenyataannya," ejek Ayah mengangkat sudut bibirnya sebelah.Aku hanya menepuk jidat. Kalian berdua ini, kalau sudah berkumpul pasti seperti kucing dan tikus, tapi anehnya bisa kompak dalam suatu urusan. Ayah juga akan keluar dari sikapnya itu, hanya kepada Kak Devan. Tanda bahwa Ayah dekat dengannya."Karena Lilis sudah menerima lamaran saya, aku yang akan menyiapkan segala keperluan pernikahan ini. Tapi, kita hanya akan menikah siri dulu, untuk menutupi aib kamu dan keluarga. Kamu nggak apa kan, Lis?" tanya Kak Devan dengan kikuk, sambil menggaruk kepalanya yang kuyakin tidak gatal.Aku mengangguk setuju. Ini saja sudah sangat
Adik Ipar MalangBab 18 A Laras MarahPov Laras"Kenapa kamu tega berkhianat? Apa kurangnya aku? Kenapa harus berselingkuh dengan adik aku sendiri? Apa aku kurang memuaskan untukmu?" tanyaku dengan hati jengkel.Sepulang dari rumah sakit, aku mencecar Evan dengan berbagai pertanyaan. Saat ini kami berada di ruang tamu, berdiri dan saling berhadapan. Aku menatapnya tajam, tapi dia hanya menatapku datar."Seharusnya pertanyaan itu kamu tanyakan pada dirimu sendiri. Apa kamu sudah melakukan kewajiban sebagai seorang istri?" Dia berbicara dengan nada datar. Mendudukkan dirinya di sofa , wajahnya datar tanpa ekspresi. Sedikit mendongakkan kepala, karena aku berdiri di depannya."Maksud kamu apa? Kenapa kamu tidak menjelaskannya saja? Beri tahu aku, apa kurangnya dari aku ini sebagai seorang istri?" tanyaku geram sekaligus gregetan."Kamu seharusnya mencari tahu sendiri, apa kurangnya kamu. Bagaimana seharusnya menjadi seorang istri yang baik."Bukannya menjawab pertanyaan dengan penjelasan
Adik Ipar MalangBab 18 B Laras MarahPov Laras"Ayo sarapan dulu! Aku sudah memasak nasi goreng untuk sarapan kita."Ajakanku menghentikan gerakkan tangannya yang hendak mengambil air minum di dispenser. Dia hanya melihatku, kemudian menggulirkan matanya ke arah dua piring nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja."Mungkin sudah terlambat bagiku, tapi aku ingin berubah lebih baik, terutama untuk memperbaiki hubungan kita," ucapku dengan senyuman manis.Evan diam saja, tapi tetap duduk dan mulai memegang sendok di tangan kanannya. Aku juga duduk di sebelahnya, memandangi dia makan. Dia hanya makan dua suap."Boleh aku beri saran?" tanyanya.Aku mengangguk."Sebaiknya kamu belajar memasak dari ibu, mama atau Lilis." Setelah itu dia meletakkan sendok dengan menelungkup di atas piring. "Terima kasih sarapannya."Evan berdiri dari kursinya dan pergi berangkat kerja, meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa banyak.Aku mencicipi masa
Adik Ipar MalangBab 19 Rencana Evan POV EvanDulu aku sangat berharap kalau Laras akan kembali bekerja di kantor ini bersamaku. Tapi sekarang berubah, rasanya aku kurang suka kalau dia kembali, apa lagi dia akan jadi sekertarisku.Besok lusa, Laras baru bisa bekerja di sini. Sebaiknya aku manfaatkan untuk menjenguk Lilis. Mudah-mudahan dia sudah kembali sehat. Entah kenapa aku jadi sangat merindukannya. Mungkin karena ikatan batin dengan calon anakku.Semua pekerjaan ditangguhkan ke asistenku. Biar saja nanti sepulang dari menjenguk Lilis, aku baru akan mengeceknya. Tak apa kalau harus lembur.Sampai di depan rumah mertua, aku langsung mengetuk pintu. Menunggu sampai ada yang membukakan. Di jam seperti ini biasanya tidak ada orang di rumah, dan yang ada di rumah pasti hanya Lilis, karena dia sedang sakit.Benar. Begitu pintu terbuka, Lilis yang menyambutku. Meski terlihat dia sempat terkejut melihatku, dan mundur beberapa langkah, aku tetap harus bicara dengannya."Ma-maaf ada perlu
Adik Ipar MalangBab 20 A Sindi DiancamPOV LilisHari Sabtu, biasanya digunakan oleh kami sekeluarga untuk bersantai. Tidak untuk kali ini. Meski hanya menikah siri, tapi Kak Devan ingin yang meriah. Aku sampai harus mengancam, supaya acara hanya diadakan secara sederhana saja.Berkat bantuan Ibu juga, akhirnya calon suamiku itu mau menurut. Acara dibuat sederhana, dan hanya mengundang tetua saja yang ada di komplek sini. Yang paling penting saksi dari pihak mempelai perempuan harus ada.Walaupun orang tua dari Kak Devan tak datang, tapi paket-paket tiap hari berdatangan. Aku sangat bersyukur, saat mereka merestui Kak Devan untuk menikahiku dan menyelamatkan nama baik keluarga ini.Semoga Kak Devan tulus menikah denganku dan bisa menyayangi anak dalam perut ini seperti anak kandungnya.Terdengar bel rumah berbunyi saat aku dan Ibu sedang membuka paketan dari orang tua Kak Devan."Biar Lilis saja yang buka, Bu."
Adik Ipar Malang Bab 20 B Sindi DiancamPOV LilisAyah kemudian menghubungi besannya. Setelah nada sambung ketiga barulah diangkat. Ayah mengeraskan suaranya, agar semua bisa mendengar percakapan mereka.[Assalamualaikum.]"Wa'alaikumsalam."[Ada apa, ya, Pak Arif?]"Begini, sebelumnya maaf kalau mengganggu waktu Anda. Saya mau bertanya, apa Pak Rifan atau Bu Maya ada memberi tahu Evan kalau Devan dan Lilis akan segera menikah?"[Tidak. Saya dan istri tidak ada yang memberitahunya. Bahkan setelah saya memberi dia banyak pekerjaan, saya belum bertemu dengannya. Memangnya kenapa?]"Begini, Laras tak sengaja mendengar pembicaraan Evan dengan seseorang di telfon, kalau Evan akan menyusun rencana untuk menggagalkan pernikahan Devan dan Lilis."[Apa?! Ah, anak itu! Maafkan saya, Pak Arif. Lalu bagaimana? Apa saya harus ke sana?]"Tak perlu, Pak. Biar nanti saya kasih kabar ke Anda, kalau ada hal pent