Adik Ipar MalangBab 18 B Laras MarahPov Laras"Ayo sarapan dulu! Aku sudah memasak nasi goreng untuk sarapan kita."Ajakanku menghentikan gerakkan tangannya yang hendak mengambil air minum di dispenser. Dia hanya melihatku, kemudian menggulirkan matanya ke arah dua piring nasi goreng yang sudah tersaji di atas meja."Mungkin sudah terlambat bagiku, tapi aku ingin berubah lebih baik, terutama untuk memperbaiki hubungan kita," ucapku dengan senyuman manis.Evan diam saja, tapi tetap duduk dan mulai memegang sendok di tangan kanannya. Aku juga duduk di sebelahnya, memandangi dia makan. Dia hanya makan dua suap."Boleh aku beri saran?" tanyanya.Aku mengangguk."Sebaiknya kamu belajar memasak dari ibu, mama atau Lilis." Setelah itu dia meletakkan sendok dengan menelungkup di atas piring. "Terima kasih sarapannya."Evan berdiri dari kursinya dan pergi berangkat kerja, meninggalkan nasi goreng yang masih tersisa banyak.Aku mencicipi masa
Adik Ipar MalangBab 19 Rencana Evan POV EvanDulu aku sangat berharap kalau Laras akan kembali bekerja di kantor ini bersamaku. Tapi sekarang berubah, rasanya aku kurang suka kalau dia kembali, apa lagi dia akan jadi sekertarisku.Besok lusa, Laras baru bisa bekerja di sini. Sebaiknya aku manfaatkan untuk menjenguk Lilis. Mudah-mudahan dia sudah kembali sehat. Entah kenapa aku jadi sangat merindukannya. Mungkin karena ikatan batin dengan calon anakku.Semua pekerjaan ditangguhkan ke asistenku. Biar saja nanti sepulang dari menjenguk Lilis, aku baru akan mengeceknya. Tak apa kalau harus lembur.Sampai di depan rumah mertua, aku langsung mengetuk pintu. Menunggu sampai ada yang membukakan. Di jam seperti ini biasanya tidak ada orang di rumah, dan yang ada di rumah pasti hanya Lilis, karena dia sedang sakit.Benar. Begitu pintu terbuka, Lilis yang menyambutku. Meski terlihat dia sempat terkejut melihatku, dan mundur beberapa langkah, aku tetap harus bicara dengannya."Ma-maaf ada perlu
Adik Ipar MalangBab 20 A Sindi DiancamPOV LilisHari Sabtu, biasanya digunakan oleh kami sekeluarga untuk bersantai. Tidak untuk kali ini. Meski hanya menikah siri, tapi Kak Devan ingin yang meriah. Aku sampai harus mengancam, supaya acara hanya diadakan secara sederhana saja.Berkat bantuan Ibu juga, akhirnya calon suamiku itu mau menurut. Acara dibuat sederhana, dan hanya mengundang tetua saja yang ada di komplek sini. Yang paling penting saksi dari pihak mempelai perempuan harus ada.Walaupun orang tua dari Kak Devan tak datang, tapi paket-paket tiap hari berdatangan. Aku sangat bersyukur, saat mereka merestui Kak Devan untuk menikahiku dan menyelamatkan nama baik keluarga ini.Semoga Kak Devan tulus menikah denganku dan bisa menyayangi anak dalam perut ini seperti anak kandungnya.Terdengar bel rumah berbunyi saat aku dan Ibu sedang membuka paketan dari orang tua Kak Devan."Biar Lilis saja yang buka, Bu."
Adik Ipar Malang Bab 20 B Sindi DiancamPOV LilisAyah kemudian menghubungi besannya. Setelah nada sambung ketiga barulah diangkat. Ayah mengeraskan suaranya, agar semua bisa mendengar percakapan mereka.[Assalamualaikum.]"Wa'alaikumsalam."[Ada apa, ya, Pak Arif?]"Begini, sebelumnya maaf kalau mengganggu waktu Anda. Saya mau bertanya, apa Pak Rifan atau Bu Maya ada memberi tahu Evan kalau Devan dan Lilis akan segera menikah?"[Tidak. Saya dan istri tidak ada yang memberitahunya. Bahkan setelah saya memberi dia banyak pekerjaan, saya belum bertemu dengannya. Memangnya kenapa?]"Begini, Laras tak sengaja mendengar pembicaraan Evan dengan seseorang di telfon, kalau Evan akan menyusun rencana untuk menggagalkan pernikahan Devan dan Lilis."[Apa?! Ah, anak itu! Maafkan saya, Pak Arif. Lalu bagaimana? Apa saya harus ke sana?]"Tak perlu, Pak. Biar nanti saya kasih kabar ke Anda, kalau ada hal pent
Adik Ipar MalangBab 21 A (Alasan Sindi)POV Lilis"Aku nggak bisa cerita. Maafin aku. Tapi aku sama sekali nggak ada maksud untuk melakukan ini ke kamu, Lis." Sindi kemudian melihat ke arah Ayah dan Ibu bergantian. "Maafin Sindi juga, Om, Tante.""Kamu nggak mau kasih tahu, atau jangan-jangan kamu cuma mengada-ada, ya. Kamu sebenarnya nggak diancam?" selidik Kak Laras."Sumpah, Kak Laras. Aku nggak bohong. Aku nggak bisa cerita, karena ... aku malu untuk ngomongnya.""Kamu mau cerita, atau aku tanyakan sendiri ke Evan? Kamu mikir nggak akibatnya, kalau aku tanya langsung ke Evan? Itu tandanya kita sudah tahu kalau kamu itu mata-matanya Evan." Kini giliran Kak Laras yang mengancam Sindi."Tapi ...""Kalau kamu nggak cerita, bagaimana kita bisa mencarikan solusinya?" Kak Devan kembali bersuara."Bagaimana, ya ..."Aku menatap Sindi dengan tajam supaya cepat bercerita. Alasan apa yang dipakai sampai d
Adik Ipar MalangBab 21 B Alasan Sindi POV Lilis"Nyatanya saat aku tanya Om Arifin, dia bilang tidak ada yang tahu kecuali yang ada di dalam di jamuan makan malam itu. Di situ aku sudah merasa ada yang janggal. Saat kamu pulang, aku menyuruh seseorang untuk mengikutimu. Kamu nggak langsung pulang, melainkan menemui seseorang, kan?"Jadi, ini alasan Kak Devan waktu itu supaya aku jangan terlalu percaya pada orang lain, termasuk pada orang terdekat. Bukan jangan percaya, tapi waspada dan berhati-hati."Maafin aku. Aku kan sudah kasih tahu semua alasannya," mohon Sindi dengan wajah memelas."Aku sudah maafin kamu, Sin. Lain kali berhati-hati, ya.""Terima kasih, Lis." Sindi langsung memelukku. "Terus bagaimana dengan Kak Evan? Kalau dia tahu aku ke sini kasih tahu kalian gimana?" tanya Sindi dengan panik, setelah melepas pelukannya."Itu urusan kamu dengan Evan," jawab Kak Devan dengan santainya. "Sebenarnya, tanpa kamu ka
Adik Ipar Malang Bab 22 A (Kediaman Devan)POV LilisMulai saat ini, aku sudah sah menjadi istri Kak Devan. Walaupun hanya istri siri, namun dalam hati ini seperti ada yang berkembang. Apa lagi jika dia menepati janjinya yang akan menikahiku secara sah setelah anak ini lahir.Akad berlangsung tadi pagi pukul 08.00. Dihadiri hanya keluargaku dan para tetua komplek sini. Tak disangka, Om Rifan dan Tante Maya juga hadir. Bahkan Kak Elan juga datang. Padahal dia baru saja tiba dari luar kota, belum istirahat sama sekali. Yang membuatku terharu ialah orang tua Kak Devan menyaksikan juga melalui vidio call.Aku sudah bersiap dengan barang bawaan, satu buah koper besar dan satu tas sling bag. Berdiri di teras rumah, masih mengenakan kebaya berwarna putih, begitu pula dengan Kak Devan yang mengenakan setelan jas dengan warna senada juga denganku.Sebelumnya kami sudah berdiskusi, bahwa setelah akad, aku akan langsung mengikuti Kak Devan ke k
Adik Ipar MalangBab 22 B Kediaman Devan POV LilisAku merasakan sesuatu mengusap lembut wajahku. Kemudian suara yang lembut berbisik di telinga ini. Memanggil namaku dengan mesra, membuat bulu kuduk merinding.Mencoba membuka mata, walaupun masih sangat malas. Setelah mata benar-benar terbuka, terlihat Kak Devan sedang melepas sabuk pengaman. Berarti tadi itu ... mungkin hanya perasaanku saja. Tapi, leher belakang masih merinding."Kamu masih mau tidur di sini? Atau mau pindah di kasur yang empuk?"Aku mulai mengumpulkan nyawa. Ternyata suara mesin mobil sudah tak terdengar, mobil pun sudah berhenti di sebuah halaman rumah."Eh, sudah sampai, ya?"Membuka pintu kemudian turun dari mobil. Mataku langsung memindai ke segala penjuru tempat. Rumah berdesain dua lantai sederhana tetapi modern. Halaman depan yang luas didasari rumput gajah mini dan beberapa tanaman hias, mempercantik taman itu.Di sudut taman se