Share

Part 6

Author: Nana_banana
last update Last Updated: 2022-11-21 22:49:25

"Kenapa sih tu muka lecek amat? Katanya mau curhat, buruan deh cerita kupingku udah siap nih dengerin keluh kesah sahabat tercintaku ini!"

Menjadi wanita rumah tangga seutuhnya membuatku bosan. Berulangkali aku meminta izin kepada suamiku untuk bekerja, tapi selalu penolakan yang aku dapat.

"Mencari nafkah itu tugas suami jadi kamu nggak usah mikir cari uang. Kalau jatah bulanan habis tinggal bilang, nanti aku tambah. Aku mau punya istri penurut yang mengurus rumah dan suami seutuhnya."

"Tapi aku bosan di rumah terus Mas!"

"Kamu bisa refreshing dengan jalan-jalan sebentar ke mall atau kumpul bareng teman. Dengan syarat kamu harus selalu ada saat aku di rumah!"

Dan benar saja, aku menjadi wanita rumahan yang hanya keluar saat kebutuhan rumah telah habis dan juga bertemu dengan sahabatku saat aku jenuh.

Seperti saat ini, aku tidak mau stress sendiri memikirkan kisah rumah tanggaku. Oleh sebab itu aku ingin berbagi sedikit kisah dengan sahabatku Safira.

"Mas Danu nikah lagi Fir," ucapku berusaha terlihat setenang mungkin.

"Seriusan?" tanya Fira sambil melotot kearahku.

"Biasa aja ngeliatin aku, bisa-bisa lompat itu mata!"

"Beneran Danu nikah lagi, sama siapa?"

"Sama mantan pacarnya dulu."

"Terus kamu diem aja, ngizinin gundik masuk dalam rumah tanggamu?"

"Aku nggak punya pilihan lain. Saat itu hanya ada dua pilihan antara dipoligami atau dicerai. Nggak mungkin kan kalau aku jadi janda sedangkan pernikahanku baru berjalan selama satu tahun?"

"Apa yang salah dengan status janda? Setidaknya itu lebih terhormat daripada merebut milik orang lain."

"Iya, tapi disisi lain aku juga mikirin perasaan orang tuaku di kampung. Setiap bulan mereka mendapat kiriman uang dari nafkah yang mays Danu kasih ke aku, kalau aku cerai gimana perasaan mereka?"

"Itulah mengapa aku selalu bilang kalau wanita itu harus mandiri, jangan terlalu bergantung kepada laki-laki apalagi soal uang biarpun kalian adalah suami istri."

"Aku juga pingin jadi wanita mandiri, tapi kamu tau sendiri kan kalau Mas Danu sama sekali nggak ngasih aku izin kerja diluar?"

"Heh Nilam Wulandari! Memangnya semua pekerjaan yang menghasilkan uang harus meninggalkan rumah?"

"Iyalah, gimana mau dapat uang kalau berdiam diri di rumah? Mau ternak tuyul atau b*bi ngepet sekalian biar cepat kaya."

"Nih kaya gini kalau punya otak tapi ditaruh di ponsel. Ponselnya jadi pintar tapi yang punya ponsel zonk."

"Ihh nyebelin banget sih! Aku ini curhat sama kamu biar dapat pencerahan tapi kamu malah mancing emosi aku, pake segala ngatain aku b*d*h lagi."

"Gini ya aku jelasin, jaman sekarang ini semuanya serba digital. Tak perlu mengeluarkan banyak tenaga cukup memaksimalkan fungsi otak dan gawai yang kamu punya, maka kamu bisa menghasilkan uang."

"Gimana caranya?" Jujur aku masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh Fira.

Maklum saja meski punya smartphone canggih yang dibelikan oleh Mas Danu, tapi hanya dua aplikasi yang sering aku gunakan yaitu yang berlogo hijau dan biru.

"Kamu coba cari di g****e pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah! Aku tungguin sampai kamu benar-benar paham."

Aku menuruti perintah Fira. Benar saja banyak pekerjaan yang menghasilkan uang dari rumah hanya bermodalkan smartphone.

"Udah ngerti kan apa maksud aku?"

Aku mengangguk, sekarang aku hanya harus fokus pada satu pekerjaan yang sesuai dengan passionku.

"Sekarang langkah apa yang akan kamu ambil?"

"Kalau aku jadi reseller produk kecantikan yang saat ini lagi booming itu gimana menurut kamu?"

"Hmn... Boleh juga. Tapi satu pesanku yang harus kamu ingat! Meskipun pekerjaan yang akan kamu tekuni ini terlihat mudah, tapi aku yakin tetap akan ada tantangan didalamnya. Apalagi berdagang itu bukan hal yang mudah satu yang musti kamu ingat, sabar!"

Banyak nasehat yang keluar dari mulut Safira seperti nasehat seorang ibu kepada anaknya. Tapi aku senang, sikap dewasanya seakan menjadi pengganti sosok ibu yang jauh disana.

Gawaiku berdering, tertera nama Mas Danu disana.

"Halo dek kamu dimana, di rumah kok nggak ada siapa-siapa?" tanya Mas Danu dari ujung telepon.

"Ini aku lagi ketemuan sama temanku. Lho katanya kamu masih dua hari lagi pulangnya, kok sekarang udah pulang?"

"Mas, Mbak Nilamnya kemana sih, aku udah capek tau pengen istirahat?"

Suara itu, suara Viola. Bisa-bisanya Mas Danu membawa Viola ke rumah kami. Padahal pada kesepakatan awal sebelum menikah, Mas Danu sudah berjanji tak akan menyatukan dua istrinya ini dalam satu rumah.

"Dek buruan pulang ya, aku tunggu di rumah!"

Sambungan telepon diputus dari sebrang sana.

"Fir, makasih ya nasehatnya. Tapi kayaknya aku harus pulang sekarang."

"Iyadeh, yang udah ditunggu sama suami tercinta."

Sebenarnya malas rasanya pulang sekarang dan melihat sepasang pengantin baru itu di rumah.

Ada perasaan rindu yang membuncah saat tak berjumpa beberapa hari dengan mas Danu, tapi itu dulu. Kalau sekarang rasa rindu itu entah hilang kemana.

"Eh tapi sayang kalau pulang, lagipula ini masih siang. Kita ke salon aja yuk!" ajakku pada Fira.

"Bukannya udah disuruh balik sama suamimu?" tanya Fira penuh selidik.

"Aku lagi malas ketemu sama adik madu."

Akhirnya kami menghabiskan waktu di salon langganan. Mungkin spa dapat merilekskan pikiran agar bisa selalu berfikir jernih.

Maaf Mas Danu, sepertinya kamu dan istri barunmu harus menungguku sedikit lebih lama di teras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Akhir Sebuah Kisah

    "Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Teman Macam Apa?

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Sepasang Pengganggu

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulut Pedas Istri Baru Danu

    "Kok kamu memuji mantan istrimu di depanku sih, Mas? Jangan-jangan kamu masih menaruh hati ya sama mantanmu ini?" Tanya Shela penuh selidik."Ya nggak mungkinlah aku masih menaruh hati sama Nilam, lagipula dia sudah menikah dan aku juga sudah punya kamu." Mas Danu menjelaskan."Iya aku tau kalau kalian sudah punya pasangan masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan kalau kamu masih ada rasa kan sama dia?" Shela menunjuk kearahku.Sekarang ini posisiku layaknya orang ketiga yang sedang menonton drama sepasang suami-istri.Sebenarnya aku ingin beranjak dari sini tapi takut Mas Abim kesusahan mencariku. Lagian Mas Abim ngapain aja sih di toilet kok lama banget?"Udahlah Shela, ini tempat umum. Malu ribut-ribut disini, diliatin orang tau.""Loh kamu kok malah nyalahin aku sih? Jelas-jelas kamu yang salah karena masih mengharapkan mantan istrimu!""Astaga, Shela! Kapan aku bilang kalau aku masih mengharapkan Nilam? Nggak pernah kan? Kamunya aja yang selalu negatif thinking sama aku.""Yau

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Uang atau Penjara?

    Part 31❤️❤️❤️"Oke jika kalian ingin kami pergi dari rumah ini, tapi sebelum pergi beri aku uang untuk modal usaha!" Ucap Tante Dewi.Entah apa sebutan yang cocok disematkan untuk Tante Dewi, bolehkah aku menyebutnya dengan si muka tembok?Kesalahan yang ia perbuat tak lantas membuatnya merasa bersalah justru dengan tanpa malu meminta uang kepada orang yang dia kecewakan.Kulihat Bunda menghembus nafas dengan kasar, mungkin untuk menetralkan emosinya."Apa kamu bilang? Minta uang? Masih berani kamu minta uang dariku?" Tanya Bunda."Apanya yang salah sih? Wajarlah kalau aku minta uang darimu, karena kamu udah ngusir kami, jadi aku sama anakku perlu uang untuk bertahan hidup diluar sana," ucap Tante Dewi dengan entengnya."Oke kalau kamu mau uang dariku, aku kasih."Aku tercengang mendengar keputusan Bunda, kenapa dia bisa sebaik itu."Nah gitu dong Mbak, toh uangmu banyak. Aku juga minta sedikit kok cuma 25 juta aja. Aku yakin uang segitu nggak akan mempengaruhi kekayaan keluargamu."

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Terusir

    Part 30❤️❤️❤️Prak...Aku melempar sepatu rusak ku itu dihadapan Vika yang tengah asyik menonton sinetron favoritnya."Apaan sih kamu, nggak ada sopan santun sama sekali, main lempar barang di depan orang." Vika terlihat kaget dan kesal, tapi bodo amat kali ini aku lebih kesal dengannya."Lebih nggak sopan mana sama orang yang main masuk ke kamar orang lain dan mencuri disana?""Apa maksud kamu? Kamu menuduhku mencuri? Punya bukti apa kamu?" Tanya Vika dengan ekspresi yang dibuat tenang tapi aku tau ada sedikit raut tegang di wajahnya."Sepatu ini cukup jadi bukti. Kamu mencurinya dari kamarku lalu merusaknya, Kan?""Aduh Nilam..., Nilam. Sepatu itu nggak bisa ngomong, jadi mana bisa membuktikan kalau aku pencurinya." Vika tersenyum sinis.Iya aku tau jika sepatu ini tak bisa membuktikan jika Vika bukan pencurinya. Sayangnya aku tak bodoh, bukti yang sebenarnya sudah aku kantongi."Eh ini ada apa kok ribut-ribut?" Tante Dewi mendekat."Ini Ma, masak Nilam menuduhku mencuri sepatu but

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status