Share

Adik Madu Pilihan Mertuaku
Adik Madu Pilihan Mertuaku
Penulis: Nana_banana

Part 1

Penulis: Nana_banana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-21 22:40:44

"Tunggu sebentar, jangan ada yang makan sebelum tamu istimewaku datang!" ucap Mama mertua saat aku hendak menyendok nasi ke piring suamiku.

Entah siapa orang yang ditunggu-tunggu oleh mama mertua yang pasti orang tersebut adalah seseorang yang istimewa di hatinya terlihat bagaimana antusiasnya mama menunggu orang tersebut.

Setengah jam menunggu dalam keheningan di meja makan, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Mama dengan senyum merekah yang tak pernah ia tampakkan di depanku segera beranjak dari kursi menuju sumber suara.

"Kamu sudah datang Nak, bagaimana perjalanan kamu lancar?"

"Maaf Ma, tadi sedikit macet di jalan jadi aku telat, Mama udah lama nunggu?"

Seorang wanita cantik dengan dress selutut berlengan panjang muncul dari balik pintu. Sangat anggun dan manis jauh berbeda dengan penampilanku yang kata mama kampungan.

"It's oke, Mama tau. Wajar kalau dijalan macet ini kan weekend, yasudah sekarang kita ke meja makan. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu!"

Mama menggandeng manja tangan wanita tersebut. Jujur ada setitik rasa cemburu saat Mama memperlakukan wanita tersebut dengan amat baik. Jauh berbeda dengan sifatnya padaku yang selalu ketus. Wajar saja karena memang anaknya menikah denganku tanpa restu darinya.

"Nilam kamu bisa pindah ke kursi sebelah kan? Ini Viola, teman dekat Danu sudah lama mereka tak bertemu pasti rindu."

Sekilas aku melirik kearah mas Danu untuk melihat ekspresinya, tapi ia tak bergeming seakan tak mendengar perintah mama padaku.

"Oh iya Ma."

Tak ingin ada perdebatan karena masalah sepele, aku memutuskan memberikan kursi yang aku tempati untuk Viola. Jujur aku bertanya dalam hati siapa Viola sebenarnya kenapa bisa mendapatkan tempat yang begitu spesial di hati mama, benarkah hanya teman dekat mas Danu?

Awalnya aku merasa bahagia karena Mama mengundangku dan Mas Danu untuk makan malam dirumahnya. Maklum saja, jarang sekali mama mengikutsertakan aku, sering kali Mama hanya menginginkan kehadiran Mas Danu, anak sulungnya.

Tapi bukan hanya kehadiranku yang dibutuhkan di acara makan malam ini melainkan tenagaku juga.

Memang kalau urusan masak memasak bukan hal yang sulit untukku. Terlahir dari keluarga yang tak berkecukupan membuatku terlatih menjadi wanita yang mandiri. Hingga membuatku harus banting tulang membantu perekonomian keluarga diusia yang masih remaja.

Bekerja di salah satu restoran terkenal menjadi pilihanku, sehingga urusan dapur menjadi makanan sehari-hari. Sebelum akhirnya aku menikah dengan Mas Danu dan ia memintaku untuk resign.

"Jangan cuma Danu yang diambilin nasi, Viola juga dong!" Lamunanku terhenti saat mama memintaku menyendokkan nasi ke piring gadis itu.

"Nggak usah Ma, Vio bisa sendiri kok," ucap Viola lembut.

"Ah nggak papa, sudah biasa kok kalo Nilam melayani kita."

Memang aku sudah biasa melayani suami dan mertuaku di meja makan tapi apa pantas jika aku juga melayani Viola seperti seorang ratu juga?

"Maaf Ma, tapi mungkin benar ucapan Viola. Dia pasti bisa mengambil makanan di depannya sendiri."

Mama menatap tajam kearahku, ah baru kali ini aku bersikap tak sopan kepada Mama. Tapi apa salahnya jika aku melawan demi sebuah harga diri.

"Viola, andai saja dulu kamu tidak melanjutkan kuliahmu diluar negeri pasti kamu dan Danu sampai sekarang masih bersama," ucap Mama.

Ada yang bergemuruh di dada, ternyata makan malam ini hanya bertujuan untuk memperkenalkan kepadaku bahwa mantan pacar mas Danu telah kembali dari luar negri.

Apakah posisiku disini benar-benar tak terlihat, tidaklah mama juga tau bahwa sekarang mas Danu sudah memiliki aku sebagai istri sahnya. Untuk apa membahas tentang masa lalu bukankah itu tidak penting, yang terpenting adalah masa saat ini juga besok.

"Ah itu sudah takdir Ma, disesali pun tak akan merubah apapun," jawab Viola.

"Tapi kamu masih menyimpan perasaan kan untuk Danu, jujur Mama sangat berharap mempunyai mantu yang sepadan dengan keluarga Bagaskara, seperti kamu."

"Jujur rasa ini masih sama untuk Danu seperti lima tahun yang lalu."

Apakah ini bisa menjadi cerminan wanita berpendidikan? Seorang wanita yang punya rasa malu tak mungkin mengakui rasa cinta terhadap suami orang, terlebih lagi ada istri sahnya disini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Akhir Sebuah Kisah

    "Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Teman Macam Apa?

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Sepasang Pengganggu

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulut Pedas Istri Baru Danu

    "Kok kamu memuji mantan istrimu di depanku sih, Mas? Jangan-jangan kamu masih menaruh hati ya sama mantanmu ini?" Tanya Shela penuh selidik."Ya nggak mungkinlah aku masih menaruh hati sama Nilam, lagipula dia sudah menikah dan aku juga sudah punya kamu." Mas Danu menjelaskan."Iya aku tau kalau kalian sudah punya pasangan masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan kalau kamu masih ada rasa kan sama dia?" Shela menunjuk kearahku.Sekarang ini posisiku layaknya orang ketiga yang sedang menonton drama sepasang suami-istri.Sebenarnya aku ingin beranjak dari sini tapi takut Mas Abim kesusahan mencariku. Lagian Mas Abim ngapain aja sih di toilet kok lama banget?"Udahlah Shela, ini tempat umum. Malu ribut-ribut disini, diliatin orang tau.""Loh kamu kok malah nyalahin aku sih? Jelas-jelas kamu yang salah karena masih mengharapkan mantan istrimu!""Astaga, Shela! Kapan aku bilang kalau aku masih mengharapkan Nilam? Nggak pernah kan? Kamunya aja yang selalu negatif thinking sama aku.""Yau

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Uang atau Penjara?

    Part 31❤️❤️❤️"Oke jika kalian ingin kami pergi dari rumah ini, tapi sebelum pergi beri aku uang untuk modal usaha!" Ucap Tante Dewi.Entah apa sebutan yang cocok disematkan untuk Tante Dewi, bolehkah aku menyebutnya dengan si muka tembok?Kesalahan yang ia perbuat tak lantas membuatnya merasa bersalah justru dengan tanpa malu meminta uang kepada orang yang dia kecewakan.Kulihat Bunda menghembus nafas dengan kasar, mungkin untuk menetralkan emosinya."Apa kamu bilang? Minta uang? Masih berani kamu minta uang dariku?" Tanya Bunda."Apanya yang salah sih? Wajarlah kalau aku minta uang darimu, karena kamu udah ngusir kami, jadi aku sama anakku perlu uang untuk bertahan hidup diluar sana," ucap Tante Dewi dengan entengnya."Oke kalau kamu mau uang dariku, aku kasih."Aku tercengang mendengar keputusan Bunda, kenapa dia bisa sebaik itu."Nah gitu dong Mbak, toh uangmu banyak. Aku juga minta sedikit kok cuma 25 juta aja. Aku yakin uang segitu nggak akan mempengaruhi kekayaan keluargamu."

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Terusir

    Part 30❤️❤️❤️Prak...Aku melempar sepatu rusak ku itu dihadapan Vika yang tengah asyik menonton sinetron favoritnya."Apaan sih kamu, nggak ada sopan santun sama sekali, main lempar barang di depan orang." Vika terlihat kaget dan kesal, tapi bodo amat kali ini aku lebih kesal dengannya."Lebih nggak sopan mana sama orang yang main masuk ke kamar orang lain dan mencuri disana?""Apa maksud kamu? Kamu menuduhku mencuri? Punya bukti apa kamu?" Tanya Vika dengan ekspresi yang dibuat tenang tapi aku tau ada sedikit raut tegang di wajahnya."Sepatu ini cukup jadi bukti. Kamu mencurinya dari kamarku lalu merusaknya, Kan?""Aduh Nilam..., Nilam. Sepatu itu nggak bisa ngomong, jadi mana bisa membuktikan kalau aku pencurinya." Vika tersenyum sinis.Iya aku tau jika sepatu ini tak bisa membuktikan jika Vika bukan pencurinya. Sayangnya aku tak bodoh, bukti yang sebenarnya sudah aku kantongi."Eh ini ada apa kok ribut-ribut?" Tante Dewi mendekat."Ini Ma, masak Nilam menuduhku mencuri sepatu but

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status