Share

Part 3

Author: Nana_banana
last update Last Updated: 2022-11-21 22:43:18

"Oke Danu terserah kamu jika terus membela dan mempertahankan hubunganmu dengan wanita miskin ini!" ucap Mama sambil mengarahkan telunjuk di depan wajahku.

"Tapi kamu masih ingat kan perjanjian kita sebelum kamu memutuskan menjadikan pelayan ini istrimu?"

Perjanjian? Aku benar-benar tak tau ada kesepakatan apa antara ibu dan anak ini sebelum Mas Danu menikahiku.

"Iya Ma, aku ingat tapi bukankah itu takdir Tuhan? Lagipula kami baru menikah selama satu tahun, bukankah itu masih belum terlalu lama?"

"Mama nggak mau tau, kesepakatan tetaplah kesepakatan! Bukankah kamu dulu menyetujuinya? Bukan salah Mama jika ternyata wanita pilihanmu itu man*ul."

Aku semakin tak mengerti dengan arah pembicaraan mereka. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Mama yang tiba-tiba merestui pernikahanku dengan anaknya dulu?

"Sebenarnya apa isi perjanjian itu mas?"

Daripada semakin penasaran lebih baik aku bertanya untuk mendapat kejelasan.

"I-itu... Anu dek.."

Kegugupan mas Danu semakin membuat rasa penasaranku membuncah terlebih melihat keringatnya bercucuran di ruangan ber-AC ini.

"Biarkan Mama yang menjelaskan," ucap mama dengan ekspresi dinginnya.

"Kamu masih ingat kan jika dulu aku sangat menentang hubungan kalian berdua? Tapi Danu bersikeras untuk menikahimu, bahkan ia bersikeras untuk kawin lari denganmu. Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku merestui kalian berdua dengan syarat kamu harus hamil sebelum pernikahan kalian menginjak satu tahun."

Kulirik Mas Danu yang tertunduk tak berani mengangkat kepalanya.

"Lalu apa yang akan terjadi jika dalam jangka waktu tersebut aku belum bisa hamil?"

"Terpaksa kalian harus berpisah!"

Aku terperangah, haruskah takdir menjadikanku janda setelah berhasil mempunyai seorang suami selama satu tahun.

"Apa tak ada solusi lain selain perceraian? Aku mohon Ma masih ada banyak waktu, setelah ini kami akan mengikuti program hamil supaya bisa lekas memberikan Mama cucu," ucap mas Danu mengiba.

"Sayang sekali, waktu satu tahun menurut Mama sudah cukup. Tapi Mama punya solusi lain, itupun jika kalian setuju," ucap mama sambil melirik kearahku.

"Danu akan melakukan apapun asal tidak berpisah dengan Nilam. Katakan apa yang harus aku lakukan Ma?"

"Jadikan Viola istrimu maka Nilam juga akan tetap menjadi istrimu!"

Benarkah ini solusi terakhir, entah apa yang akan terjadi jika ada dua ratu dalam sebuah rumah tangga. Yang pasti banyak masalah yang akan terjadi.

Aku melirik kearah Mas Danu, tergambar dengan jelas raut kecemasan juga kebimbangan di wajahnya.

Tak hanya Mas Danu, akupun juga bimbang antara dimadu atau dicerai.

Berbeda dengan ekspresi Viola yang terlihat amat senang dengan senyum penuh kemenangan yang ia tampilkan.

"Izinkan aku bicara berdua dengan Nilam sebentar!"

"Oke Mama beri kalian waktu 15 menit untuk memutuskan semuanya."

Mas Danu menggandeng tanganku menuju kamar yang dulu kami tempati di rumah ini.

"Aku nggak mau dimadu Mas," lirihku.

Aku tak ingin berkata aku kuat padahal nyatanya sedang membohongi diri sendiri dan berkamuflase seakan semuanya baik-baik saja.

"Apakah itu artinya kamu menginginkan hubungan kita segera berakhir? Tolonglah Dek, jangan menempatkan aku diposisi yang sulit, jujur aku tidak bisa jika harus memilih antara kamu dan mama!"

"Apakah kamu masih mencintai Viola?"

Kutatap dua manik mata suamiku tersebut.

"Adanya Viola tak akan merubah bahwa kamu tetep menjadi yang nomor satu dihatiku."

Bukan jawaban itu yang aku mau mas. Padahal aku berharap ia berkata dengan lantang bahwa sama sekali tak ada cinta untuk Viola.

"Itu artinya memang ada rasa cinta untuk Viola begitu kan Mas?"

"Jangan makin mempersulit keadaan! Intinya hanya satu kamu rela dimadu atau rela aku ceraikan?"

"Mas yakin akan tetap ada aku dihatimu meski nanti posisiku dengan Viola sama?"

"Percayalah! Tak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku."

Tak ada sorot kebimbangan di matanya, hanya ada sorot mata yang seakan membiusku untuk meyakini ucapan pria yang menjadi kekasih halalku tersebut.

"Baiklah Mas demi keutuhan rumah tangga kita, aku izinkan kamu menikah dengan Viola."

Jangan tanyakan bagaimana perasaanku saat mengucapkan kalimat itu. Seakan dada ini dihimpit oleh batu besar, sakit pasti sakit. Bahkan mata ini ikut bereaksi dengan meneteskan bola-bola kristal cair.

"Maafkan aku Dek, tolong maafkan aku! Aku tak punya pilihan lain," ucapnya sambil merengkuh tubuh ini kepelukannya disertai kecupan bertubi-tubi yang mendarat dipucuk kepalaku.

Kemarin pelukan seperti ini masih terasa begitu nyaman dan hangat tapi kini rasa itu telah berbeda berganti dengan perasaan cemas karena mungkin besok bukan hanya aku yang akan dia peluk seperti ini.

"Sudah Dek, hapus air matamu! Kamu terlihat jelek jika menangis."

Mungkin dulu jika kata itu muncul dari bibirnya saat aku menangis, maka wajah sedihku akan berubah menjadi senyuman. Tapi kini malah membuatku ingin menangis lebih lama.

Tok tok tok

"Sudah lebih dari 15 menit waktu yang kalian habiskan untuk berdiskusi!" teriak Mama dari balik pintu yang masih tertutup itu.

"Tunggu sebentar Ma, kami akan segera keluar," jawab mas Danu sedikit berteriak.

Aku menyeka bekas air mata yang masih membasahi pipiku. Aku tak bisa membohongi diri bahwa aku terluka, tapi setidaknya aku masih bisa berbohong dihadapan Mama dan Viola dengan bersikap seolah aku wanita kuat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Akhir Sebuah Kisah

    "Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Teman Macam Apa?

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Sepasang Pengganggu

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulut Pedas Istri Baru Danu

    "Kok kamu memuji mantan istrimu di depanku sih, Mas? Jangan-jangan kamu masih menaruh hati ya sama mantanmu ini?" Tanya Shela penuh selidik."Ya nggak mungkinlah aku masih menaruh hati sama Nilam, lagipula dia sudah menikah dan aku juga sudah punya kamu." Mas Danu menjelaskan."Iya aku tau kalau kalian sudah punya pasangan masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan kalau kamu masih ada rasa kan sama dia?" Shela menunjuk kearahku.Sekarang ini posisiku layaknya orang ketiga yang sedang menonton drama sepasang suami-istri.Sebenarnya aku ingin beranjak dari sini tapi takut Mas Abim kesusahan mencariku. Lagian Mas Abim ngapain aja sih di toilet kok lama banget?"Udahlah Shela, ini tempat umum. Malu ribut-ribut disini, diliatin orang tau.""Loh kamu kok malah nyalahin aku sih? Jelas-jelas kamu yang salah karena masih mengharapkan mantan istrimu!""Astaga, Shela! Kapan aku bilang kalau aku masih mengharapkan Nilam? Nggak pernah kan? Kamunya aja yang selalu negatif thinking sama aku.""Yau

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Uang atau Penjara?

    Part 31❤️❤️❤️"Oke jika kalian ingin kami pergi dari rumah ini, tapi sebelum pergi beri aku uang untuk modal usaha!" Ucap Tante Dewi.Entah apa sebutan yang cocok disematkan untuk Tante Dewi, bolehkah aku menyebutnya dengan si muka tembok?Kesalahan yang ia perbuat tak lantas membuatnya merasa bersalah justru dengan tanpa malu meminta uang kepada orang yang dia kecewakan.Kulihat Bunda menghembus nafas dengan kasar, mungkin untuk menetralkan emosinya."Apa kamu bilang? Minta uang? Masih berani kamu minta uang dariku?" Tanya Bunda."Apanya yang salah sih? Wajarlah kalau aku minta uang darimu, karena kamu udah ngusir kami, jadi aku sama anakku perlu uang untuk bertahan hidup diluar sana," ucap Tante Dewi dengan entengnya."Oke kalau kamu mau uang dariku, aku kasih."Aku tercengang mendengar keputusan Bunda, kenapa dia bisa sebaik itu."Nah gitu dong Mbak, toh uangmu banyak. Aku juga minta sedikit kok cuma 25 juta aja. Aku yakin uang segitu nggak akan mempengaruhi kekayaan keluargamu."

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Terusir

    Part 30❤️❤️❤️Prak...Aku melempar sepatu rusak ku itu dihadapan Vika yang tengah asyik menonton sinetron favoritnya."Apaan sih kamu, nggak ada sopan santun sama sekali, main lempar barang di depan orang." Vika terlihat kaget dan kesal, tapi bodo amat kali ini aku lebih kesal dengannya."Lebih nggak sopan mana sama orang yang main masuk ke kamar orang lain dan mencuri disana?""Apa maksud kamu? Kamu menuduhku mencuri? Punya bukti apa kamu?" Tanya Vika dengan ekspresi yang dibuat tenang tapi aku tau ada sedikit raut tegang di wajahnya."Sepatu ini cukup jadi bukti. Kamu mencurinya dari kamarku lalu merusaknya, Kan?""Aduh Nilam..., Nilam. Sepatu itu nggak bisa ngomong, jadi mana bisa membuktikan kalau aku pencurinya." Vika tersenyum sinis.Iya aku tau jika sepatu ini tak bisa membuktikan jika Vika bukan pencurinya. Sayangnya aku tak bodoh, bukti yang sebenarnya sudah aku kantongi."Eh ini ada apa kok ribut-ribut?" Tante Dewi mendekat."Ini Ma, masak Nilam menuduhku mencuri sepatu but

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status