Share

Part 5

Author: Nana_banana
last update Huling Na-update: 2022-11-21 22:44:39

"Sudah kubilang jangan datang di pesta pernikahan Danu tapi masih aja ngotot mau datang, sekarang malah nangis-nangis kan? Harusnya kamu sadar jika kedatanganmu hanya merusak suasana, awas aja jika ada yang tau kalau kamu juga istrinya Danu!"

Mama benar, harusnya aku tak perlu sok kuat dan memaksakan diri untuk menyaksikan akad kedua yang terucap dari bibir suamiku.

Sekuat apapun aku mencoba meredam gejolak didada nyatanya sia-sia. Aku tak rela melihat pesta megah antara suami dan istri barunya.

Mereka tersenyum manis didepan ratusan tamu undangan tak peduli disini ada hati yang tersayat.

"Nih makan dulu biar kuat menghadapi kenyataan!"

Seorang pria muda menyodorkan sepiring penuh nasi dengan daging rendang, acar timun serta kerupuk diatasnya.

"Buruan nih ambil, tangan gue pegel tau!"

Dengan ragu aku menerima piring tersebut, aku masih memandang pria tersebut rasanya wajahnya tidak asing seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya.

"Ngapain sih ngeliatin gue sampe segitunya, jangan-jangan naksir lagi sama gue. Tapi wajar sih emang banyak yang langsung naksir sama gue dari pandangan pertama," ucapnya percaya diri sambil menyugar rambutnya.

"Dasar buaya pedenya kelewatan."

"Udah diambilin makan bukannya terima kasih malah ngatain buaya," gerutunya pelan.

"Makasih makanannya."

"Its oke. Ini gratis kok, lo mau makan sepuasnya pun nggak ada yang melarang. Buruan makan, gue ambilin minum buat lo!"

Aku menyuap sepiring penuh makanan ini hingga tanpa sadar semua isinya telah berpindah kedalam perutku.

Wajar saja karena aku termasuk tipe wanita yang melampiaskan rasa marah, kesal ataupun kecewa melalui makanan.

"Makanannya lo buang?" tanya pria tersebut dan aku jawab dengan gelengan kepala.

"Terus kenapa piringnya kosong?"

"Hehe udah aku makan," jawabku sambil nyengir kuda.

"Serius? Itu perut atau magic com. Benar-benar wanita yang luar biasa. Nih minumnya!"

Dia menyerahkan sebotol air mineral kepadaku dan duduk di kursi kosong sebelahku.

"Kamu sebenarnya siapa sih?"

"Ciye kepo ya, jangan-jangan udah mulai naksir?"

"Ish, ditanya serius juga."

"Gue sepupunya Viola. Oh ya tadi gue lihat lo nangis, belum bisa move on ya?"

"Maksudnya?"

"Danu itu pasti mantan Lo, karena gagal move on akhirnya lo nangis-nangis deh dinikahannya."

"Ih sok tau banget sih, aku ini is..."

Hampir aja mulut ini keceplosan dan ingin mengatakan sejujurnya bahwa aku ini masih istri sahnya Danu Bagaskara. Jika mama tau aku keceplosan bisa murka dia.

Ah lebih baik aku kabur saja, toh disini hanya makan hati.

***

"Maaf ya dek, mungkin seminggu kedepan aku akan tidur di rumah Mama. Kamu nggak papa kan sendirian di rumah?"ucap Mas Danu dari ujung telepon.

"Iya Mas nggak papa kok."

"Yaudah kalau gitu mas tutup telponnya ya? Jangan lupa makan dan jangan tidur terlalu malam!"

Mungkin aku harus mulai terbiasa dengan situasi ini, dimana waktu Mas Danu yang dulu sepenuhnya untukku kini harus terbagi dengan istrinya yang lain.

Sedari tadi hingga malam semakin larut mata ini enggan terpejam. Pikiranku menerawang jauh membayangkan apa yang dilakukan oleh Mas Danu dan Viola di malam pertamanya.

Drt...drt ..drt....

Gawai diatas nakas bergetar, pertanda ada chat masuk. Siapa sih malam-malam gini chat aku.

Ternyata nomor yang tak tersimpan dalam gawaiku. Setelah kubuka chatnya di aplikasi berlogo telepon ternyata isinya foto Mas Danu yang terlelap sambil memeluk Viola.

Ada yang bergemuruh didada tapi berusaha kuredam agar bisa terus berfikir waras.

Tak kuhiraukan pesan tersebut, siapa lagi yang kurang kerjaan mengirim foto seperti itu jika bukan Viola.

Jika aku tanggapi justru malah membuat dia merasa besar kepala.

***

"Kalau makan pelan-pelan Mas nanti kesedak, kamu ini kaya tiga hari nggak makan aja. Ingat itu perutnya lama-lama buncit kalau setiap hari makan kaya gitu!"

"Biarin aja kenapa sih, aku tu paling suka sama masakan istri tercinta yang tak ada duanya ini, lagian kenapa kalau perut aku buncit? Itu tandanya aku bahagia hidup sama kamu."

"Idih di meja makan aja masih bisa ngebucin."

"Ya nggak papa lah kalau jadi kang bucin dihadapan istri tercinta, kan membuat pasangan bahagia itu berpahala."

"Iya deh percaya, suamiku tercinta ini memang paling bisa bikin aku bahagia."

Aku tersenyum sendiri mengingat obrolan-obrolan hangat di meja makan antara aku dan Mas Danu. Entah besok bisa terulang lagi atau tidak.

Tapi senyum itu pudar seketika saat mendapati bahwa sekarang aku berada di meja makan ini sendirian. Dengan beberapa masakan di depanku yang aku masak sendiri juga dimakan sendiri pula.

Kehangatan rumah ini kini berganti dengan kesunyian, saat salah satu penghuninya mencari kehangatan di rumah lain.

Untuk mengusir rasa jenuh, aku membuka akun media sosial berlogo f.

Ada sebuah postingan yang menandai akun Danu Bagaskara dengan caption "honeymoon bareng suami check", juga melampirkan beberapa foto liburan mas Danu dan Viola di pulau Dewata Bali.

Iri? Tentu saja aku iri. Bagaimana tidak, sejak awal menikah bahkan Mas Danu melarang ku memanjang foto kebersamaan kami di sosial media.

Sudah berulang kali aku bertanya apa alasannya, tapi jawaban yang selalu aku dapat adalah, "orang lain tak perlu tau tentang kita, yang perlu kamu tau adalah aku sangat beruntung memiliki kamu dihidupku."

Setelah itu aku memilih bungkam dan menurut saja. Tapi apakah alasan sebenarnya karena ia malu memiliki istri yang kampungan sepertiku?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Akhir Sebuah Kisah

    "Aku datang kesini mau pamit sama kamu juga Arsha," ucap Mas Danu kepadaku.Ternyata itu yang membuat dia tiba-tiba datang ke rumahku, dia ingin berpamitan."Memangnya kamu mau pergi kemana, Mas?" Tanyaku.Aku menangkap ekspresi sedih dari wajahnya, dia menghela nafasnya."Perusahaan yang aku kelola akhir-akhir ini mengalami kerugian karena ditipu oleh client. Sebelum bangkrut dan aku rugi besar, aku memutuskan untuk menjualnya saja. Oleh karena itu, aku ingin pindah ke kampung mama dulu, menetap dan memulai usaha disana.""Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi, Mas. Kudoakan semoga hidupmu bisa lebih baik disana.""Terima kasih, Nilam. Aku juga minta maaf atas semua kesalahan yang aku perbuat kepadamu juga kepada Arsha, aku sadar, aku bukanlah ayah yang baik untuknya. Tapi aku senang karena sekarang ada Abim yang memperlakukannya lebih baik daripada aku ayah kandungnya.""Aku sudah memaafkan semua yang telah berlalu, Mas, dan aku pastikan Arsha tidak akan pernah membenci papanya

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Teman Macam Apa?

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Sepasang Pengganggu

    "Oh iya aku ingat. Sandra... Sandra yang dulu giginya dipagar, rambutnya dikepang dua terus kaca matanya besar bulat itu kan?" Tanya Mas Abim.Aku hampir saja melepas tawa mendengar penuturan Mas Abim barusan."Ihh... Kok yang diinget yang itu sih? Bukannya yang baik-baik malah jeleknya aku yang kamu ingat." Sandra terlihat kesal."Maaf, tapi dulu kamu kaya gitu kan?" Tanya Mas Abim."Iya, iya, dulu aku emang cupu, item, dekil. Tapi sekarang aku sudah cantik kan?" Tanya Sandra dengan percaya dirinya.Ya, aku akui Sandra memang cantik."Cantik itu relatif, dan menurutku kecantikan seorang wanita dilihat dari hatinya, seperti istriku ini contohnya." Mas Abim memujiku seraya tersenyum kearahku hingga membuatku tersipu."Ini istri kamu? Nggak salah kamu pilih istri?" Tanya Sandra dengan nada bicara seakan mengejekku."Memangnya apa yang salah? Dia istri yang cantik fisiknya juga baik hatinya, tentu saja aku tak salah pilih istri," ucap Mas Abim."Ya lihat aja penampilannya, kolot banget.

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Mulut Pedas Istri Baru Danu

    "Kok kamu memuji mantan istrimu di depanku sih, Mas? Jangan-jangan kamu masih menaruh hati ya sama mantanmu ini?" Tanya Shela penuh selidik."Ya nggak mungkinlah aku masih menaruh hati sama Nilam, lagipula dia sudah menikah dan aku juga sudah punya kamu." Mas Danu menjelaskan."Iya aku tau kalau kalian sudah punya pasangan masing-masing, tapi tak menutup kemungkinan kalau kamu masih ada rasa kan sama dia?" Shela menunjuk kearahku.Sekarang ini posisiku layaknya orang ketiga yang sedang menonton drama sepasang suami-istri.Sebenarnya aku ingin beranjak dari sini tapi takut Mas Abim kesusahan mencariku. Lagian Mas Abim ngapain aja sih di toilet kok lama banget?"Udahlah Shela, ini tempat umum. Malu ribut-ribut disini, diliatin orang tau.""Loh kamu kok malah nyalahin aku sih? Jelas-jelas kamu yang salah karena masih mengharapkan mantan istrimu!""Astaga, Shela! Kapan aku bilang kalau aku masih mengharapkan Nilam? Nggak pernah kan? Kamunya aja yang selalu negatif thinking sama aku.""Yau

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Uang atau Penjara?

    Part 31❤️❤️❤️"Oke jika kalian ingin kami pergi dari rumah ini, tapi sebelum pergi beri aku uang untuk modal usaha!" Ucap Tante Dewi.Entah apa sebutan yang cocok disematkan untuk Tante Dewi, bolehkah aku menyebutnya dengan si muka tembok?Kesalahan yang ia perbuat tak lantas membuatnya merasa bersalah justru dengan tanpa malu meminta uang kepada orang yang dia kecewakan.Kulihat Bunda menghembus nafas dengan kasar, mungkin untuk menetralkan emosinya."Apa kamu bilang? Minta uang? Masih berani kamu minta uang dariku?" Tanya Bunda."Apanya yang salah sih? Wajarlah kalau aku minta uang darimu, karena kamu udah ngusir kami, jadi aku sama anakku perlu uang untuk bertahan hidup diluar sana," ucap Tante Dewi dengan entengnya."Oke kalau kamu mau uang dariku, aku kasih."Aku tercengang mendengar keputusan Bunda, kenapa dia bisa sebaik itu."Nah gitu dong Mbak, toh uangmu banyak. Aku juga minta sedikit kok cuma 25 juta aja. Aku yakin uang segitu nggak akan mempengaruhi kekayaan keluargamu."

  • Adik Madu Pilihan Mertuaku   Terusir

    Part 30❤️❤️❤️Prak...Aku melempar sepatu rusak ku itu dihadapan Vika yang tengah asyik menonton sinetron favoritnya."Apaan sih kamu, nggak ada sopan santun sama sekali, main lempar barang di depan orang." Vika terlihat kaget dan kesal, tapi bodo amat kali ini aku lebih kesal dengannya."Lebih nggak sopan mana sama orang yang main masuk ke kamar orang lain dan mencuri disana?""Apa maksud kamu? Kamu menuduhku mencuri? Punya bukti apa kamu?" Tanya Vika dengan ekspresi yang dibuat tenang tapi aku tau ada sedikit raut tegang di wajahnya."Sepatu ini cukup jadi bukti. Kamu mencurinya dari kamarku lalu merusaknya, Kan?""Aduh Nilam..., Nilam. Sepatu itu nggak bisa ngomong, jadi mana bisa membuktikan kalau aku pencurinya." Vika tersenyum sinis.Iya aku tau jika sepatu ini tak bisa membuktikan jika Vika bukan pencurinya. Sayangnya aku tak bodoh, bukti yang sebenarnya sudah aku kantongi."Eh ini ada apa kok ribut-ribut?" Tante Dewi mendekat."Ini Ma, masak Nilam menuduhku mencuri sepatu but

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status