Aku tiba dirumah sakit dan langsung bertanya pada suster dimana letak kamar VIP adik dan suamiku.susterpun memberiku arahan, aku pergi sesuai arahan suster tersebut. kutemukan ruangan VIP tempat adikku dan sebelahnya ruang VIP suamiku.Yaa kamar mereka terpisah karena penyakit kulit yang mereka alami terdapat pada area selangkangan dan kelamin sehingga, mereka akan sering terlihat setengah bertelanjang hingga mereka bisa menggunakan celana lagi. Jadi tidak mungkin mereka sekamar.sekarang posisiku tepat berada depan pintu kamar Tania.ku lihat ia sudah berganti baju pasien, dan ada ayah yang duduk menemaninya disisi ranjang.aku menutup mata dan meranik nafas lalu dengan tenang menggeser pintu ruang. “Tania, Ayah,” sapaku membuka pintu.ayah spontan menoleh mendengar suaraku. "putriku, kamu sudah tiba.""iya ayah, maaf aku terlambat." ku langkahkan kaki menuju ayah dan Tania.ayah beranjak berdiri dan memelukku. "Kau baik-baik saja nak? Ayah sungguh sedih mendengar adik dan suamimu te
Aku pergi meninggalkan Zico yang masih tertidur pulas.langkah demi langkah aku berjalan di lorong sembari melihat kebawah.setelah meyakinkan diri untuk menceraikan Zico diam-diam aku mencoba fokus memikirkan rencana selanjutnya.'bugh!' tanpa sengaja kepalaku menghantam sesuatu. "aduh,” rintihku memegang jidat.“Kau tidak apa-apa?” tanya suara bariton yang familiar .Aku mendongakkan, "Edward?" pekikku spontan.aku langsung menutup mulut karena reflek menyebut namanya secara langsung. padahal kita tidaklah dekat.“Ah, maksud saya maafkan saya pak Edward, saya tidak melihat jalan,” ujarku meminta maaf."keningmu tak apa?" tangan Edward terangkat hendak memegang jidatku.kepalaku menghindar, "saya tidak apa-apa pak. sekali lagi saya minta maaf tidak melihat jalan.""syukurlah, Tak perlu minta maaf. bukan kau yang menabrakku, tapi aku yang mendatangimu," ucap Edward.hening sejenak, Edward masih berdiri di depanku.karena canggung, aku mencoba untuk pamit pergi."kalau begitu, saya perm
sesampainya dirumah.sesuai janjinya Edward mengantarku hingga depan rumah, "Terimakasih sudah mengantarku," ucapku didalam mobil.“Tidak, aku yang harus berterimakasih karena telah meminjam waktumu untukku." Edward menoleh dan tersenyum.mendengar dan melihat senyumnya membuatku sedikit gugup. aku belum terbiasa berhadapan dengan sifatnya berbeda ini.“ya-yaudah, kalau begitu aku masuk dulu Edward. Hati-hati dijalan, selamat malam." ku buka pintu mobil dan pamit undur diri."tunggu," cegah Edward. aku spontan terhenti."iya?" tanyaku tersenyum canggung.“Berikan ponselmu." tangan kanannya menadah padaku.aku menyerit, ponsel? untuk apa Edward meminta ponselku?tanpa berfikir panjang aku mengambil ponsel di sakuku dan memberikan padanya.kini ponselku berpindah ke tangannya, ku lihat ia mengetik nomor dan menghubungi seseorang.mungkinkah Edward lagi gak punya pulsa? makanya dia minjem ponsel ku.“Ini, terimakasih." Edward mengembalikan ponselku.aku membalas mengangguk."masuklah dan
Hari berganti. aku kembali ke kantor seperti biasa, duduk sembari mengecek dokumen di ruanganku.ketukan pintu mengalihkan perhatianku.“Bella,” sapa Vio membuka pintu.“Vio, masuklah," kataku sembari menutup dokumen. kebetulan aku memang sedang menunggunya."apa kau sudah menghubungi pengacara Nowela?” lanjutku bertanya.“Sudah Bel, aku juga sudah membuat janji untukmu dengannya di kafe Bintang besok," jawab Vio.“baguslah, terimakasih."Vio melangkah mendekat sambil memperhatikan dokumen yang ku kerjakan, "Bella, bagaimana dengan semua berkas yang dibutuhkan untuk perceraianmu?”“Sudah Vio, semua berkas untuk perceraian sudah aku siapkan, aku tinggal mendapatkan tanda tangan Zico saja siang ini jadi ..." kalimatku menggantung, mataku melirik Vio.Vio menyerit heran, "jadi?"“Jadi abis jam makan siang aku ga lanjut ngantor ya, tolong lemburlah dan wakilkan aku hari ini,” kataku memasang senyum memohon.wajah Vio seketika mengerut, “arghhhh lembur lagi,” cibirnya melipat tangan.aku be
"kakak kenal kak Edward?” tanya Tania penasaran."tentu, dia adalah CEO dari perusahaan Albern Royal Group. dan saat ini perusahaan kami sedang bekerjasama dalam project penting. wajar kami saling mengenal." jawabku.“benarkah? berarti selain tampan dia juga kaya raya, bodoh sekali kakak menolaknya dulu." Tania tertawa dengan tatapan meremehkan."jodoh siapa yang tahu Tania, lalu apa kau akan menerima perjodohan itu?" tanyaku penasaran.Jika Tania mencintai Zico, mungkin dia akan menolak rencana perjodohan itu.Tania berfikir sejenak, tangannya menempel didagu, "ehm, aku berencana menerima perjodohan itu kak," ucapnya tersenyum.aku tertegun sesaat, bagaimana bisa dia berencana menerima perjodohan itu?"aku berencana akan menemuinya setelah sembuh nanti. tak sabar melihat setampan apa dirinya secara langsung." wajah Tania merona, kedua tangannya menitupi pipinya yang memerah."sepertinya kau sangat menyukainya ya? apa foto itu membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama?" aku menyipit
setengah jam setelah berbincang ria bersama ayah, aku pamit pulang.didalam mobil aku langsung menghubungi Edward.setelah dering kedua, Edward mengangkat telponku. [“halo Edward!”][“Bella, tumben kau menghubungiku duluan?”] suara bariton gagah itu terdengar santai.[“ehm begini, ada sesuatu penting yang ingin ku bicarakan padamu, bagaimana kalau kita bertemu sekarang?”] ajakku penuh harap.[“...”] sunyi ... tidak ada jawaban. aku menggigit bibir karena gugup, mungkinkah Edward ingin menolak ajakanku?[“Tidak bisa. untuk sekarang aku sibuk,”] jawabnya datar.Aku terdiam kecewa, sudah kuduga. tak heran jadwalnya memang padat.[“Oh, baiklah. maaf mengganggu.”] suaraku merendah.[“Tapi malam ini aku tidak sibuk, jadi bagaimana kalau bertemu nanti malam saja, kita makan malam di restoran Rich Secret jam 7 nanti."] spontan aku kembali bersemangat, tak ku sangka Edward mau berbaik hati meluangkan waktuk untukku nanti malam.["baiklah! terimakasih!"] kataku tersenyum cerah.[“dandan yang can
“Edward ..."Edward berbalik. sekejap aku terkesima, kilauan penampilannya membuat mataku silau, benar-benar ketampanan yang bercahaya.sepertinya aku sudah gila, hampir saja aku jatuh cinta padanya.tidak boleh! aku harus fokus pada tujuanku.aku melangkah mendekat ke arahnya. mata Edward melebar menatapku, ia tak bekedip sedikit pun."Edward?" telapak tanganku mengayun menyadarkannya."a-ah ya?" Edward akhirnya sadar matanya kembali berkedip.melihat raut wajahnya yang salah tingkah membuatku ingin jahil menggodanya, "apa penampilanku hari ini membuatmu terpesona?" kataku setengah bercanda."ya kau cantik sekali hari ini Bella," ucap Edward tersenyum."bukan hanya aku saja, kau juga terlihat sangat tampan. gaya rambutmu yang baru membuatmu terlihat berbeda," tuturku. tentu saja aku bekata jujur, karisma Edward makin bertambah.Edward tersenyum memalingkan wajahnya, aku menyerit heran. ada apa dengannya?setelah diperhatikan, telinga Edward memerah.apa dia sedang malu karena dipuji?
"Terimakasih atas makan malamnya,” ucapku didalam mobil.Setelah makan malam, Edward menawarkan diri untuk mengantarku pulang, aku menerimanya jadi aku menyuruh supir untuk membawa mobilku pulang lebih dulu.“Apa aku boleh singgah sebentar?” Edward menoleh menatapku.aku menyerit heran, kenapa tiba-tiba dia ingin singgah?“Kalau tidak boleh, tidak apa-apa," ucap Edward dengan raut menekuk.“A-ah boleh kok, aku juga baru ingin menawarkanmu untuk singgah sebentar," kataku sembari menggaruk pipiku dengan ujung jari. sebenarnya aku tidak enak menolaknya, jadi aku berkata begitu.Edward keluar duluan dari mobil lalu berjalan membukakan pintu untukku.“ayo kita masuk bersama,” ajaknya mengulurkan tangan.Aku menerima uluran tangannya, "terimakasih."saat aku hendak melangkah, Edward tiba-tiba membuka jasnya dan memakaikannya padaku.“Kasihan punggungmu kedinginan," ucapnya memakaikan.Aku mengangguk sembari tersenyum, kemudian mempersilahkannya untuk masuk kerumahku...pelayan menyambut kam