Pesawat mendarat dengan baik, tepat sesuai prediksi yang dijadwalkan. Dari salah satu pintu terlihat Baswara melangkah tenang dengan koper di tangannya. Ia berjalan mendekati Sam yang sudah sedari tadi menunggu dirinya.
“Kau ingin ngopi dulu atau langsung pulang?” tanya Sam yang terlihat bersiap-siap hendak pergi.
“Aku ingin pergi ke suatu tempat,” ucap Baswara dengan senyum terkembang.
“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa terlihat ceria, bahagia, apa sih yang terjadi di sana?” tanya Sam dengan tatapan curiga.
“Banyak,” jawab Baswara lagi-lagi dengan senyum yang semakin mengembang.
Seketika pandangan Sam mengarah pada kotak kecil dengan pita merah menghiasinya.
“Apa itu? Apa itu hadiah untuk Kana atau justru ....”
“Ah, ini. Ini hadiah seseorang untukku. Kau mau?” tanya Baswara yang dengan segera meraih sepotong cokies dan menyulangkan ke dalam mulut Sam. “Bagaima
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Sam, Baswara hanya diam. Wajah cerianya memudar, begitu pula senyumnya. Hanya duduk bersandar dengan kepala terkulai lemas menatap jalanan ibu kota. Hembusan angin yang sibuk berbisik diantara telinga-telinga malam.Sam menyadari ada sesuatu yang tak menyenangkan telah terjadi. Namun, ia tak mau bertanya. Sebagai sahabat terdekat, Sam tahu benar sikap Baswara. Ia akan bercerita dan mengatakan semua yang menjadi bebannya. Apapun itu masalahnya. Bagi Sam, Baswara hanya sedang beradaptasi dengan pribadi barunya dan semua itu butuh proses, hingga ia merasa butuh waktu membiarkan Baswara menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu.Baswara terlihat melangkah tenang dengan koper di tangannya. Kacamata hitam yang terpasang berhasil menutupi raut wajahnya. Meskipun demikian, Sam tetap bersikap layaknya tak terjadi apa-apa. Namun, ia tetap memperhatikan setiap detail gerak gerik pemimpinnya itu.“Apa kau ingin makan sesuat
Dering alaram terdengar nyaring. Suara berisik memekakkan telinga itu berasal dari kamar Baswara. Dinding kamar yang sengaja dibuat tak kedap itu dirancang agar Sam dengan mudah mendengar apa yang terjadi pada Baswara. Suara itu terus berbunyi dan ini cukup menyiksa pendengaran Sam yang begitu peka.“Baswara ...!” gerutu Sam yang kemudian bangkit dari ranjang dan mendekati kamar Baswara.Mata sayup menahan kantuk mendadak melotot melihat Baswara tak ada di kamarnya. Ranjang tertata rapi dengan koper tertutup di atasnya. Sambil berdecak kesal Sam mendekati kamar mandi dan betapa kagetnya ia tak mendapati Baswara di dalamnya. Matanya kembali melirik ke arah koper yang ternyata terisi penuh pakaian yang Baswara susun tadi malam.Alaram kembali berdering, angkanya menunjukkan pukul enam lewat sepuluh. Sam bingung dan menelusuri semua ruangan untuk mencari keberadaan Baswara. Dapur, balkon, ruang olahraga, kolam renang, semua terlihat kosong dan tertutup
Kota kecil yang indah, meskipun ada banyak perubahan di bagian pusat kota, namun suasana dan keadaannya masih sama betul dengan apa yang pernah ia rasakan dulu. Saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sini, tanpa kedua orang tua, hanya sebatang kara. Bermodal ransel berisi beberapa potong pakaian, ia lari dari rumah karena gerah harus mengikuti seluruh aturan keluarga. Didampingi pelayan setiap saat dan jutaan jadwal disetiap detiknya.“Aku kembali ke sini. Tapi kali ini aku tidak merasa kacau seperti dulu. Saat ini aku datang karena kemauanku dan dengan modal yang banyak. Mungkin aku bisa melakukan banyak hal di sini, setidaknya dalam tiga hari ini,” gumamnya dengan senyum terkembang.Kacamata yang sedari tadi ia gunakan pun sengaja dilepas. Berjalan tenang di trotoar, menikmati banyak pohon tinggi nan hijau. Ada gunung di balik tingginya gedung kota. Angin yang bertiup begitu menyegarkan.“Tidak menyangka, bisa menikmati ini semua jau
Keadaan kota begitu ramai, kemacetan di jalan, udara yang menyengat dan bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga selalu terdengar. Terkadang merasa lelah dan penat dengan semua keadaan ini. Namun, semua harus dijalani. Begitulah yang Sam rasakan pagi ini. “Kemana aja sih, tuh anak. Sepertinya dia balas dendam ke aku. Dulu saat aku sakit, semua pekerjaanku dia yang atasi. Sekarang, dia dengan tenang menikmati liburan tanpa menghubungiku. Mau marah, tapi dia bosnya. Nasibmu lah, Nak,” gumam Sam dibalik gagang setirnya. Setelah sekian lama berdiam diri karena kemacetan, akhirnya mobil Sam bisa kembali melaju menuju kantor. Baru saja mobil Sam memasuki arena parkir, sudah terdengar kebisingan dari arah pos satpam. Mau tak mau, Sam melangkah mendekati pos untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Kamu?” tanya Sam ke arah seorang gadis yang terlihat tak asing lagi baginya. “Mana Baswara? Aku ingin bertemu!” ujarnya dengan lantang. Membuat kedua satpam yang b
Sam merasa lebih tenang setelah bertemu dengan Kana. Kana berhasil membuat ia berprasangka baik akan keadaan Baswara.“Kamu gadis yang luar biasa Kana. Kamu begitu lembut dan pengertian, tidak heran Baswara tergila-gila padamu. Meskipun aku begitu dekat dengannya, namun kamulah yang bisa mengerti dirinya. Aku jadi malu sendiri sudah mengaku-ngaku mengenal baik diri Baswara,” gumam Sam sembari mengendarai mobil kecilnya.Jalan terlihat sepi dengan langit yang berkabut. Udara dingin dan suara geluduk menemani perjalanan malam Sam. Sesekali ia melirik ke arah jam yang ada di tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan. Rasa lelah fisik dan pikiran membuat Sam ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, itu semua percuma, karena ia tetap merasa tak tenang karena belum mendapatkan kabar tentang Baswara.“Apa aku terima aja tawaran Kana untuk menghubungi teman baik Kana yang ada di sana? Eh, enggak deh. Takutnya malah timbul berita jelek lagi tentan
Pesawat penerbangan dari Amerika mendarat di bandara Soekarno Hatta. Seorang gadis berambut blonde terlihat melangkah anggun menggaet kopernya. Berjalan penuh pesona hingga membuat banyak mata melirik ke arahnya. Tak hanya fisiknya yang nyaris sempurna, namun gaya berpakaiannya pun indah layaknya putri raja. Senantiasa tersenyum dan terkesan ramah, membuat semua mata memandan takjub ke arahnya.Sebuah mobil pribadi siap menjemputnya, mobil mewah dengan seorang supir profesional di dalamnya.“Nona ingin saya antar langsung ke apartemen?” tanyanya dengan penuh santun.“Tidak, saya ingin ke suatu tempat. Rasanya tidak afdol jika tidak menemuinya terlebih dahulu,” ungkapnya dengan senyuman yang terkembang.Mobil mewah melaju dan menuju jalan kota. Keramaian lalu lintas dan kebisingan suasana jalan membuat dirinya cukup kesal. Namun, semua itu tidak berarti karena ia ingin menemui sang pujaan hati.Akhirnya tiba, setelah melewati
Sudah lima hari lamanya Baswara hilang kabar. Gawainya tak kunjung aktif dan juga tidak ditemukan keberadaannya di kampung halaman. Cemas dan bingung menghantui Sam yang kini diberi amanah untuk menggantikan posisi Baswara.“Pak, kenapa wajah Bapak begitu cemas? Ada apa, Pak?” tanya sekretaris Sam. Ia terlihat bingung akan sikap Sam yang terus saja berjalan mondar mandir dengan wajah kacau.“Saya pusing, Tuan Baswara tidak ada kabar sama sekali sampai hari ini,” ungkapnya dengan nada kesal bercampur cemas. Sepertinya kerisauannya begitu tinggi hingga membuat ia tak lagi mampu menahan untuk tidak mengatakannya.“Bukannya, Bapak bilang Tuan Baswara sedang mengunjungi Neneknya?”“Yah, itu dia. Saya sudah meminta kerabat saya yang ada di kota itu untuk mencarinya. Namun, tidak mendapatkan informasi apa-apa.”“Mungkin Tuan Baswara punya tempat khusus yang ia sukai di sana. Sekalian liburan dan melepa
Langit mulai gelap, terlihat para karyawan mulai keluar dari kantor, tidak terkecuali Sam. Dengan mobil tuanya, ia melaju tenang memasuki jalan tol untuk mengunjungi rumah sakit. Seperti saran yang diberikan Kana, ia harus kembali kontrol untuk memastikan keadaan jantungnya. Mobil terus melaju, angin dingin berselimut rintik hujan menemani perjalanan Sam. Hari semakin gelap hanya berteman pada lampu yang ada di sepanjang jalan. Mobil terus melaju, dengan segala beban berat yang ada di pundaknya, Sam berusaha tegar sembari menanti kedatangan Baswara kembali. Meski kesal dan kecewa, namun Sam tetap berusaha tegar. Semua ini demi Baswara-pemimpin sekaligus sahabat terbaiknya. Seperti biasa rumah sakit terlihat ramai dengan banyak mobil dan motor memenuhi area parkir. Sam dengan sangat hati-hati memarkirkan mobilnya di sudut jalan. Melangkah tenang memasuki area resepsionis untuk mendaftarkan diri. “Mba, mau daftar dengan Dokter spesialis jantung.” “Atas