Home / Romansa / Aduh, Bosku Bucin / 25. Dasar Bocah

Share

25. Dasar Bocah

Author: dtyas
last update Last Updated: 2025-10-18 18:31:11

Bab 25

Bintang ragu dengan penawaran Asoka untuk menginap di apartemen miliknya. Ingin keluar saja mencari guest house, khawatir kalau teknisi datang malam ini bahkan ia takut juga menginap sendirian. Entah mengapa tinggal bertetangga dengan Asoka membuatnya nyaman.

Asoka terlihat fokus dengan ponsel, Bintang ragu untuk menyela. Sampai akhirnya pria itu menoleh.

“Mau nunggu di sini atau gimana? Nggak usah takut aku macam-macam karena kamu bukan tipeku dan aku masih bisa membatasi diri untuk tidak brengsek macam Marzuki.”

“Kayaknya aku nunggu di sini,” sahut Bintang sambil menunduk.

“Oke.” Asoka mengulum senyum, beruntung Bintang tidak melihatnya.

Ponsel berdering ternyata panggilan dari Mami, gegas Asoka menuju balkon menjawab telepon di sana. Lupa menutup pintu balkon, Bintang masih mendengar meski tidak jelas.

“Mami,” ucap Bintang menduga Asoka komunikasi dengan orangtua. Meski tidak mencuri dengar, tapi terdengar. Asoka sepertinya menolak sesuatu dan mengatakan dia sedang sibuk.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Aduh, Bosku Bucin   34. Risau ....

    Bab 34Bela mengumpat karena ponselnya berdering dan nama Candra muncul di sana. Sudah menghindar dengan mengutus Bintang saat survei, semoga saja Oka tidak akan tahu. Nyatanya Candra malah telpon.“Malas banget sih. Gue ngarep sama anaknya Pak Akbar bukan sama lo.”Bela melemparkan ponsel ke atas ranjang, melepas pakaiannya lalu menuju toilet. Baru saja tiba, padahal urusan kerja sudah selesai sejak tadi sore. Sempat hangout bersama temannya sekedar nongkrong di café.Keluar dari toilet, masih mengenakan bathrobe. Bela mengambil ponselnya. Ada pesan masuk dari Candra.[Kirim kontak Bintang]“Ck, dasar buaya. Sekarang mau merasakan yang cupu, tapi nggak apa. Dari pada gangguin gue terus.”Baru akan mengirim kontak Bintang pada Candra, ponselnya berdering. Kali ini nama Asoka yang muncul di layar.“Mas Oka, mau ngapain sih. Udah malam gini nelpon segala.”Bela menghela nafas sebelum menjawab panggilan itu.“Malam Mas Oka,” sapa Bela.“Kenapa yang survei Soni dan Bintang, aku sudah arah

  • Aduh, Bosku Bucin   33. Pertemuan Itu

    Bab 33Bintang terpaku di tempat, memastikan pria yang mendekat ke arahnya. Meski sudah beberapa tahun berlalu, ia masih mengenal wajah itu juga suaranya. Memang ada perubahan dari penampilan selain terlihat semakin dewasa dan mapan.Candra. Nama yang beberapa tahun ini, bahkan hampir lima atau enam tahun sudah ia coba lupakan.“Kak Candra,” ucap Bintang lirih.Bintangku, pria itu masih memanggil Bintang dengan sebutan itu. Dulu mungkin sangat menyukai panggilan itu, tapi tidak sekarang.“Ya Tuhan, serius kamu Bintang. Apa kabar? Kenapa bisa ada di sini? Bukannya kamu masih di Jogja?” cecar Candra.“ Saya ….”“Pak Candra kenal dengan Bintang?” Soni ikut menghampiri.“Kenal, tapi sepertinya Bintang sudah lupa,” seru Candra lalu mengulurkan tangannya. “Apa kabarmu?”“Baik, kak. Eh, maksud saya Bapak.” Bintang menyambut uluran tangan Candra dan menjabatnya.Candra terkekeh. “Sudah lama sekali ya, senang juga mendengar panggilan itu. Ah iya, kamu kerja di Emerald?”Bintang mengangguk. Aga

  • Aduh, Bosku Bucin   32. Bintangku

    Bab 32Sudah lewat dari jam kerja berakhir, Bintang masih fokus dengan layar komputernya. Bahkan sengaja memakai headset seakan tidak ingin terganggu. Sudah mengikuti perintah Asoka untuk menyerahkan draft pada rekan lainnya, masih ada rasa dongkol di hati Bintang.Seharusnya Bintang bisa bersikap profesional. Masih banyak kesempatan untuk memberikan kompetensinya. Namun, ia menduga kalau Asoka dan Bela ada sesuatu. Entah mengapa ada rasa tidak nyaman memikirkan dan membayangkan kalau mereka memang ada hubungan spesial.“Hah.”Bintang menghela nafasnya. melepas headset dan melihat ponsel untuk mengecek pesan atau panggilan masuk. Mug kopinya sudah kosong, berniat membawa ke pantry. Hanya tersisa beberapa orang saja di ruangan itu termasuk Asoka.Tanpa Bintang sadari, Asoka memperhatikannya sejak tadi. Sengaja menunggu Bintang beranjak agar bisa mengajak pulang bersama. Tidak mungkin mengajak duluan meski hanya lewat chat.“Kemana dia?”Asoka beranjak mengikuti Bintang ke pantry. Ponse

  • Aduh, Bosku Bucin   31. Demi Kebaikanmu

    BAb 31Demi menguak kebenaran dan mencari informasi siapa sebenarnya putra dari Akbar, Bela membayar orang untuk mencari tahu hal itu. Sulit untuk mendekati kediaman pemilik Emerald Company.Namun, hari ini Bela mendapatkan foto di mana seorang pria mendatangi kediaman Akbar. Diduga pria itu adalah putra dari Akbar. Hanya foto dari belakang saja. Bela mengernyitkan dahi menatap foto kiriman itu.“Ini … mirip siapa ya? kayak nggak asing sosoknya.” Masih mengamati foto itu bahkan saat ia berada di lift bersama Asoka.“Sampaikan ke tim, kita briefing satu jam lagi,” ujar Asoka.Bela hanya mengangguk, masih memikirkan sosok dalam foto. Mengabaikan Asoka yang menuju ruangan Medi. Sampai di ruangan ia berteriak kalau satu jam lagi harus briefing. Mengabaikan ocehan menggoda dari rekannya.Bintang mendatangi kubikel Bela untuk memastikan sesuatu, tidak mungkin ia berteriak dari mejanya. “Mau bahas proyek apartemen ya?”“Mana ku tahu, ketua timnya Asoka.” Bela mengedikkan bahu masih menatap l

  • Aduh, Bosku Bucin   29. Rencana Asoka (2)

    BAb 29“Jadi kita mulai dari mana?” tanya Candra.Asoka berusaha profesional, fokus membahas kerja sama. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, membicarakan pekerjaan sambil makan siang.“Oke, draftnya saya sudah setuju. Sekarang kita makan dulu, masalah pekerjaan bisa dilanjutkan nanti.”Saat menunggu pesanan, Asoka pamit ke toilet. Candra memberi kode pada sekretarisnya untuk keluar menyisakan hanya pria itu dengan Bela.“Kamu ….”Candra dan Bela serempak bicara.“Kamu dulu,” ucap Candra. “Ladies first.”Bela menoleh ke arah pintu, entah mengapa dia merasa was-was kalau Asoka mendengar apa yang akan dibicarakan. Saat ini berusaha menjaga imagenya dalam rangka mempersiapkan diri mendekati putra dari Akbar.“Apa yang terjadi malam itu, hanya senang-senang lupakan kalau kita pernah bertemu,” ujar Bela lirih.Candra tersenyum lalu mengedikan bahu. “Aku lupa nama, tapi ingat rasa. Sepertinya kamu takut ketahuan, pria tadi pacarmu?”“Bukan, calon suamiku lebih hebat dari dia,” sahut Bela.

  • Aduh, Bosku Bucin   Mulai Dari Mana

    BAb 28“Akhirnya,” ucap Bintang karena pintu unitnya sudah bisa diakses lagi.Asoka yang bersandar di kusen pintu, bersedekap menatap ke arah Bintang dan teknisi yang menjelaskan agar tidak terblokir lagi. Tidak mungkin menunda lebih lama, Asoka akhirnya menghubungi teknisi gedung setelah mereka sarapan.Bintang masih memakai kaos dan training milik Asoka, tubuhnya seakan tenggelam dalam pakaian itu. Saat tertawa dan mengangguk mengucapkan terima kasih pada teknisi itu, terlihat begitu menggemaskan. Yang lebih menantang dan menggoda, rambutnya dicepol tinggi memperlihatkan tengkuknya.Sejak tadi asoka menelan saliva, berusaha mengusir pikiran mesum dan dewasa yang melintas. Akhirnya gadis itu menoleh, Asoka pikir sudah lupa sejak kemarin ditampung di mana.“Sudah berhasil terbuka,” ujar Bintang menunjuk pintu.“Iya, aku tahu.”“Aku masuk ya.”“Hm.”Bintang tersenyum sambil melambaikan tangan. “Terima kasih Mas Oka, sejak kemarin aku sudah diizinkan menunggu di tempatmu.”“Hm, masuklah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status