Istana kekaisaran ....Malam hari, Yohan meninggalkan ruang kerjanya dan menuju Istana Rubi. Kedua putranya sudah tertidur.Nabila duduk di tepi meja, tampak seperti sedang sengaja menunggunya.Yohan duduk mendekat, wajahnya membawa sedikit rasa bersalah, dirinya lalu menggenggam tangan istrinya.Nabila tidak menarik diri ataupun menolak, hanya menatapnya dengan tenang."Soal Klan Namrian, apa yang kamu rencanakan?"Yohan mencoba mengalihkan."Sudah makan malam? Kenapa Clayton dan yang lain tidur lebih awal hari ini?"Nabila tidak menjawabnya.Dia menarik kembali pembicaraan ke topik semula."Kamu tak akan bisa menyembunyikannya."Yohan menghela napas pelan, ibu jarinya mengelus telapak tangan Nabila dua kali, lalu berbicara lembut."Aku sudah mengirim surat pada Rio, memintanya menyusupkan orang ke Klan Namrian.""Tidak serumit yang kamu pikirkan, tinggal menunggu hari ketika Johny benar-benar menghancurkan kabut beracun Klan Namrian, saat itulah pasukan Klan Namrian akan menyerbu mas
Setelah suasana hatinya sedikit tenang, Nabila baru membuka mulut."Itu tadi aku yang salah bicara.""Aku ingin mengatakan bahwa kalau kita berfokus untuk memulihkan kekuatan dan menghindari konflik, kita bisa mendapatkan keuntungan maksimal dengan pengorbanan paling kecil.""Karena itu, aku tidak setuju jika sekarang langsung menyerang Klan Namrian.""Aku juga tidak menganggap menaklukkan Klan Namrian adalah pilihan yang bijak.""Daripada membuat mereka tunduk, lebih baik menjadikan hubungan mereka dengan Negara Naki seperti bibir dan gigi, saling bergantung. Dengan begitu, barulah Klan Namrian rela maju mundur bersama Negara Naki. Mereka yang dipaksa tunduk, selalu menyimpan niat buruk di hati, dan sangat sulit untuk diwaspadai."Yohan menatapnya dengan serius."Nabila, kamu salah.""Pengkhianatan Klan Namrian terhadap Negara Naki sudah cukup membuktikan bahwa bahkan antara lidah dan gigi pun bisa bertengkar."Lalu, sebelum Nabila sempat melanjutkan perkataannya, Yohan membalikkan ba
Nabila menatap Tenji dengan tatapan tegas."Bagaimana kamu bisa tahu keberadaan Johny?"Tenji terkekeh."Yang Mulia Ratu, jangan-jangan kamu curiga aku adalah komplotannya?"Tidak ada ekspresi apa pun di wajah Nabila.Bisa dikatakan Nabila takut hal yang sama terjadi untuk kedua kalinya atau bisa dikatakan dia adalah orang yang sangat berhati-hati.Dia sama sekali tidak pernah 100 persen memercayai Tenji.Meskipun pria itu berada di dalam penjara.Terdapat sebuah peta yang digantung di salah satu dinding sel penjara Tenji.Peta itu berpusat di Negara Naki, serta berbagai kerajaan di sekitar.Tenji berjalan ke depan peta, lalu menunjuknya sambil berkata pada Nabila."Sama sekali tidak sulit untuk menebak keberadaan Johny.""Dia bukanlah orang yang akan diam saja saat mengalami masalah.""Perbatasan timur Kerajaan Verto adalah laut, Negara Naki di sebelah barat. Sedangkan Kerajaan Lesse dan Kerajaan Jaming di bagian utara sudah dikuasai oleh Negara Naki. Ketiga jalan keluarnya sudah dibl
Nabila tidak mengatakan apa pun terhadap tebakan Karen."Belum tentu, kita baru bisa tahu jawabannya setelah memeriksa hal ini."Karen berkata dengan cemas."Tidak disangka kematian Selir Risa akan melibatkan begitu banyak orang."Di luar istana.Di dalam penginapan.Wirano sedikit terkejut saat melihat Dafka."Dafka, kenapa kamu datang ke sini? Apakah Kakak Seperguruan ingin menemuiku?"Hari ini Dafka diberi perintah untuk memberi tahu Wirano tentang identitasnya.Selain itu, Tuan Kido juga sedang bersama dengan Wirano.Dafka memberi tahu isi surat dari Gunung Westine pada mereka berdua.Setelah mengetahui bahwa dia benar-benar adalah anak Selir Risa, Wirano sebenarnya sudah menebak hal ini. Tapi dia sedikit tidak bisa menerima hal ini.Sedangkan Tuan Kido sama sekali tidak terkejut.Dia sendiri bisa mengetahui apakah Wirano adalah cucunya atau bukan.Saat melihat ekspresi bingung di wajah Wirano, dia bertanya."Kenapa? Kamu tidak percaya?"Wirano berkata dengan sedih."Kalau ibu kand
Tidak lama kemudian, hasil perbandingan tulisan sudah keluar.Surat ancaman yang diterima oleh Bibi Asih pada waktu itu tidak ditulis oleh Selir Risa.Meskipun tulisannya sangat mirip, terlihat jelas ini pihak lain menyalin tulis Selir Risa.Hanya orang ahli yang baru bisa membedakan hal ini, sangat wajar jika orang seperti Bibi Asih tidak bisa membedakannya.Saat mengetahui kebenaran dari hal ini, Bibi Asih merasa sangat terkejut."Kenapa seperti ini ...."Kalan bukan Selir Risa, maka siapa orang itu?Ibu Suri berkata pada Kaisar."Asih memang sangat bodoh. Meskipun Asih dihasut oleh pihak lain, dia bisa menghentikan tindakannya tepat waktu. Kaisar, tolong ringankan hukumannya. Setidaknya ... kasih jenazah yang utuh untuknya."Tubuh Bibi Asih bergetar."Kaisar, tolong ampuni aku! Aku telah dihasut oleh orang lain! Setelah mengetahui Selir Risa adalah orang Kerajaan Verto, aku sama sekali tidak berhubungan dengannya lagi ....""Tapi kamu tidak melaporkan hal ini meskipun mengetahuinya,
Brak!Ibu Suri memukul meja teh dengan keras, lalu menatap Bibi Asih dengan marah."Katakan semua perbuatanmu!"Kalau Asih benar-benar mata-mata musuh dan berencana bunuh Putra Mahkota, maka dia juga tidak bisa melindunginya!Tubuh Bibi Asih bergetar, dia terus bersujud di lantai."Ibu Suri! Aku bukan mata-mata dari Kerajaan Verto ...."Yohan kehilangan kesabarannya saat mendengar dia masih ingin berdalih."Buktinya sudah sangat kuat, jadi orang ini tidak perlu diinterogasi lagi.""Hari ini aku minta Ibu datang cuma untuk kasih penjelasan pada Ibu.""Karena Ibu sudah tahu alasannya, maka kita tidak perlu buang-buang waktu.""Pengawal, seret dia keluar, sayat tubuhnya!"Begitu mendengar hukuman ini, tidak hanya tubuh Bibi Asih yang bergetar dengan ketakutan, Ibu Suri juga merasa cemas.Tidak peduli bagaimanapun juga Bibi Asih sudah melayani Ibu Suri selama puluhan tahun, Ibu Suri tidak mungkin tidak memiliki perasaan apa pun padanya.Ibu Suri tidak tega melihatnya meninggal karena disik