"Ah!"
Ciara menyadari dirinya terlahir kembali. Kedua matanya mengedip. Dia melihat-lihat suasana di sekitarnya. "Iーini ...." Bagi Ciara, suasana di dalam ruangan ini terasa familiar. Dia duduk dan melihat pantulan dirinya di cermin besar. Gaun panjang bahan satin berwarna merah anggur, makeup yang berlebihan, bibir merah merona dan rambut coklat panjang yang tergerai. Ciara langsung berdiri dengan berpegangan meja rias. "Astaga! Iーini acara pesta pernikahanku sama Liam, kan?!" Ciara akhirnya menyadari bahwa dia telah kembali ke usia 21 tahun. Malam ini, pesta pernikahannya dengan Liam Griffin akan diselenggarakan di ballroom Hanindra Orion Hotel Kota Baubau. Sebelumnya, Ciara dan Liam sudah menikah pada pagi hari di kantor pencatatan sipil. Ciara menatap jam dinding. "Sekarang, jam 6:57 malam. Acara pestanya akan dimulai jam 7 malam." Di kehidupan sebelumnya, di acara inilah seseorang menjebak Ciara. Setelah selesai mengganti gaun pesta, seorang pelayan kamar hotel pria memberikan minuman kaleng kepada Ciara. Di dalam ingatan Ciara, minuman tersebut telah dicampur dengan obat perangsang. Ciara yang lugu langsung meminumnya. Lalu, berakhir dengan mencuatnya skandal panas Ciara bersama dua pelayan pria. Tidak lama, wajah Ciara memerah dan timbul perasaan tidak nyaman pada dirinya. Pelayan pria segera pergi dari ruang makeup. Sekarang, hanya tersisa 3 menit dari tragedi skandal panas yang merupakan penyebab hidupnya berantakan! "Ah, sialan!" maki Ciara. Dia menatap pintu ruang makeup yang tertutup. Dengan sisa kesadaran yang dimilikinya, Ciara bergegas pergi menyelamatkan diri. Dia melepas sepatu hak tinggi. Lalu, meraih tas tangannya di atas meja rias. Dengan sangat hati-hati, Ciara membuka pintu ruang makeup tanpa menimbulkan suara. Ketika melewati dinding pembatas dapur dan ruang makan, Ciara mendengar percakapan Irina dengan dua orang pelayan pria. Ciara melihat Irina menunjuk pria berambut pirang. "Kamu yang pertama kali menyetubuhi Cia!" Kemudian, Irina menunjuk pria satunya lagi. "Terus, kamu harus merekamnya dengan baik!" "Tentu, Nona," sahut si pria. "Nona tenang aja! Kerjaan kami selama ini nggak pernah gagal, kok." Ciara menggigit bibir bawahnya. Di kehidupan sebelumnya, dia tidak pernah mencurigai Irina sama sekali. Tidak disangka, dua pelayan itu adalah orang suruhan Irina yang menyamar. Tubuh Ciara semakin panas. Hasrat di dalam dirinya semakin bergejolak dan berhasil membuatnya kacau. Ciara buru-buru pergi. Namun naas, dia dengan tidak sengaja menabrak vas bunga. Prang! Suara jatuhnya vas bunga mengejutkan Irina dan kedua pria. Ciara berjalan dengan cepat menuju pintu keluar. Saat hendak membuka pintu, seseorang berteriak sambil menunjuk Ciara, "Nona, dia mau kabur!" Irina berteriak, "Cepat kejar dia!" Ciara menoleh ke belakang. "Nggak! Aku nggak boleh tertangkap atau mereka akan memperkosaku!" Ciara panik dan bingung karena kedua pelayan pria mengejarnya. Ingatannya kembali menguat. Di kehidupan sebelumnya, kedua pelayan pria berhasil memperkosanya. Mereka menyebarkan fitnah bahwa Ciara-lah yang berinisiatif menggoda keduanya. Meskipun anak buah Liam berhasil menghentikan mereka, tetapi gosip tetap menyebar luas dengan cepat. Saat itulah, reputasi keluarga Darwin kembali tercoreng. Pada akhirnya, Liam tetap menikahi Ciara. Sejak saat itu, kehidupan pernikahan Ciara bersama Liam sangat dingin dan penuh duri. Sekarang, Ciara sudah berada di luar kamar hotel. Dia berjalan di koridor dengan napas tersengal-sengal. Ciara mengangkat gaunnya. "Aku harus bertahan dan bersembunyi dari mereka." Tanpa pikir panjang, Ciara berjalan ke arah lift. Dia langsung menekan angka 21 pada dinding lift. Saat pintu lift tertutup, Ciara mendengar seorang pria berseru. "Dia naik ke lantai 21!" Tidak lama, Ciara tiba di lantai paling atas. Itu adalah area presidential suite. Ciara tidak tahu harus melakukan apa! Tapi satu hal yang pasti, dia harus bersembunyi dari Irina dan dua pria yang mengejarnya. Ciara yang setengah sadar berjalan di koridor hotel. Dia dengan susah payah mencari tempat untuk bersembunyi. "Ya, Tuhan!" Ciara mencubit lengannya sendiri agar tetap tersadar. Di bawah penerangan yang lembut dan hangat, Ciara melihat seorang pria baru keluar dari kamar nomor 1001. Ciara menyentuh punggung pria itu, lalu mendorongnya masuk kembali ke kamar. Ketika si pria membalikkan badan, Ciara mendongakkan kepala. Dua pasang mata coklat saling bertatapan. Karena efek obat perangsang, Ciara tidak mengenali pria tersebut dengan baik. "Tuan, tolong bantu aku!" pinta Ciara. Pria mengerutkan kening. Tatapannya menjadi sangat dingin. Di sisi pria itu berdiri Aksaーasistennya. "Tuan, diaー" Wajah Aksa pucat pasi. Si pria mengangkat tangan tinggi-tinggi bermaksud agar asistennya diam. Wajah pria itu sangat mulia seperti seorang Dewa turun dari Surga. Dia mendengus dingin. "Kenapa aku harus bantu kamu?" tanyanya. Kedua tangan Ciara meraba-raba bagian wajah si pria. Tanpa tahu malu, Ciara melingkari kedua tangannya di leher pria. Perawakan tinggi pria tersebut membuat Ciara harus berjinjit untuk menciumi lehernya. "Karena ini ... sangat mendesak," jawab Ciara dengan suara menggoda.Saat masih tercengang dengan foto di layar tablet Aksa, ponsel Liam bergetar. Dengan rasa penasaran yang menyergap, tangan Liam dengan cepat mengambil ponsel di depannya. Layar menyala, muncul nama Linda. Tanpa ragu, Liam membuka pesan dan segera menekan gambar yang dikirim Linda. "Apa ini?!"Suara Liam pelan. Mata tajamnya melihat beberapa kemasan postinor-2. Satu lembar blister berisi dua tablet putih bundar. Lalu, tangannya menggulir pesan ke bawah. Linda: Tuan Muda, aku nemuin pil pencegah kehamilan postinor-2 di laci kamar utama diantara obat-obatan punya Nyonya. Tatapan dinginnya menusuk saat membaca pesan Linda. Hatinya terasa terbakar begitu mengetahui siasat licik Ciara. Ciara benar-benar keterlaluan!Di sela-sela presentasi Yoni, Liam berdiri. Dia mengembalikan tablet Aksa. Lalu, melangkah meninggalkan kursinya. "Siapin mobil!" perintah Liam pada Aksa. "Ah!" Aksa terkejut. Tapi, dia buru-buru mengikuti tuannya. Pandangan mata semua orang beralih kepada Liam. Menghad
"Ah, yang bener, Nyonya?! Tuan Muda marahin kamu? Tapi rasanya ... nggak mungkin!"Kedua mata Linda membelalak, seolah tidak percaya dengan kata-kata Ciara barusan. Melihat Liam memperlakukan Ciara dengan manis pagi ini, siapapun pasti menganggap hubungan mereka harmonis. Jadi kemungkinan besar, Ciara berbohong padanya!Kilasan memori di kehidupan sebelumnya, mulai menerjang otak Ciara. Dia teringat sosok Linda yang menyebalkan. Linda tidak pernah mempercayai ucapan Ciara sedikitpun hingga akhirnya dia jatuh sakit. Kemudian, dia tidak sadarkan diri karena sakit kepala hebat yang disertai mimisan. Karena alasan itulah, Ciara meminta Quden menyiapkan obat-obatan sebelum tinggal di rumah ini.Saat mengingatnya, pupil mata Ciara bergetar seiring dengan senyum sinis di bibirnya. "Pergi aja ke kamar mandi! Lihat hasil karya Liam mencampuri shampo-ku dengan air!"Wajah Linda berubah pucat. Dia membungkuk hormat, lalu pergi tergesa-gesa menuju lift.Ciara menatap kepergian Linda. Lalu,
"Cia, hari ini kamu di rumah aja! Istirahat!"Liam membetulkan tali dress Ciara yang semula dia turunkan. Pandangannya terpaku pada lekuk tulang selangka Ciara yang dihiasi jejak-jejak ciumannya.Dengan lembut, Liam menjepit dagu Ciara di antara jari telunjuk dan tengahnya, mendongakkan wajah Istrinya hingga mata mereka bertemu."Apa?"Wajah Ciara memerah. Detik berikutnya, dia tertegun. Ciara menyadari pandangan mata Liam lebih bersinar daripada sebelumnya. 'Cia, I love you ....'Tentu saja kata-kata cinta itu hanya Liam ucapkan di dalam hati. Bukan tidak berani mengatakannya. Liam hanya merasa terlalu dini untuk mengatakannya langsung pada Ciara. Tapi, bukankah itu sama saja dengan gengsi?Tanpa aba-aba, Liam memeluknya hingga Ciara terkejut dibuatnya. Setelah merasa puas, Liam melepaskan Ciara dan mencium keningnya. Lalu, Liam membukakan pintu mobil untuk Ciara. "Cia, aku kerja dulu. Jangan lupa makan tepat waktu dan minum obat!"Ciara mengangguk, sedikit tersipu. "Iya."Meli
"Nyonya, Tuan panggil kamu ke bawah."Setelah menunggu Ciara selesai makan, Linda memberitahu bahwa Liam memanggilnya."Liam belum jalan kerja?"Tepat pada saat itu, terdengar suara klakson mobil di bawah jendela kamar.Ciara segera berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia melihat Liam duduk di dalam mobil sedang menatapnya. "Aku ke bawah dulu. Bi Linda, beresin peralatan makan!""Baik."Begitu Ciara pergi, Linda buru-buru menggeledah kamar utama sesuai perintah Liam. Dia mengangkat bantal Ciara dan berharap bisa menemukan sesuatu. "Sebenernya, apa yang Tuan Muda cari dari Nyonya? Apa dia merasa, Nyonya menyembunyikan sesuatu darinya?""Tapi, aku nggak pernah meragukan insting seorang Suami ataupun insting seorang Istri. Karena mereka pasangan Suami Istri yang sah. Mereka pasti memiliki ikatan batin."Dengan gerakan cepat, Linda sudah berdiri di depan cermin besar. Tangannya meraba-raba meja di sampingnya dan tidak menemukan apa-apa. Linda menghela napas. "Hemm ...."Ketika menole
"Kamu nggak usah takut, Cia! Aku nggak akan biarin kamu urus anak yang merepotkan. Aku akan minta Bi Linda siapin baby sitter untuk anak kita.""Tugas kamu cuma melayani Suami, selebihnya biar pelayan yang urus."Mendengar semua perkataan Liam, ada kegundahan yang Ciara rasakan. Dia menatap wajah Liam lekat-lekat dan menemukan keseriusan di dasar matanya. "Karena hanya dengan begitu, kamu bisa buktikan ketulusan hatimu padaku."Tubuh Ciara tiba-tiba gemetar hebat. Wajahnya berubah pucat. Ciara tidak ingin menangis. Tapi nyatanya, air mata Ciara telah menumpuk di kelopak mata. Hatinya tersayat setelah mendengar keinginan Liam. Liam menyadari perubahan sikap Ciara. Dia merasa, Ciara menolak keinginannya.Tapi, kenapa? Bukankah wajar jika seorang Suami mendambakan memiliki keturunan? Mengapa reaksi Ciara berlebihan seperti itu?Ciara berdiri, hendak pergi dari ruang ganti. "Hemm ...."Seolah bisa membaca pikiran istrinya, Liam langsung menahan tangan Ciara. "Kamu kenapa? Nggak mau p
"Liam, aku bisa mandi sendiri ...."Suara Ciara yang merdu hilang karena gemericik air shower yang mengalir. Setelah dua jam berlalu, akhirnya Liam melepaskan Ciara. Bukan karena merasa puas, melainkan karena Griffin Group sudah menunggunya. Kalau saja Liam tidak ingat meeting penting hari ini, bisa saja dia memilih tidak pergi ke kantor dan terus menindih istrinya hingga kelelahan. "Berputar!"Meskipun sudah mendengar perintah Liam, Ciara enggan mengikutinya. Akibatnya, Liam justru membantu Ciara berputar. "Diem di sini! Aku mau ambil shampo dulu."Liam sudah memutuskan untuk memandikan Ciara. Ini adalah hal pertama yang dia lakukan setelah menikahinya. Ciara tidak kuasa menolak. Tapi jauh di dasar hatinya, dia takut Liam akan memintanya lebih!Hati dan pikiran manusia, siapa yang tahu?Liam kembali membawa botol shampo. Ciara terheran-heran melihat Liam mengisi botol shampo dengan air, lalu mengocoknya."Liam, kamu ngapain?""Harusnya aku yang tanya. Cia, kamu ngapain aja di ru