Dia adalah Nona Muda keluarga Darwin yang memiliki reputasi buruk. Dia yatim piatu dan pernah gagal menikah satu kali. Lalu, dia kembali ke desa. Suatu hari, paman yang paling peduli menjemputnya. Lalu, membawa dia untuk dinikahkan dengan pria paling misterius, tampan dan terhormat di Kota Baubau. Season 2: Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya IG: zoyaalicia_dmitrovka
Lihat lebih banyak"Liam, ayo bercerai!"
Ciara Darwin, 26 tahun. Dia berdiri di hadapan pria paling misterius, tampan dan terhormat di Kota Baubau. Pria itu adalah suaminyaーLiam Griffin. Ciara dan Liam sedang berada di dalam kantor Griffin Group. Ciara menatap Liam yang digila-gilai banyak wanita. Dia merasa frustasi setiap kali memikirkan pernikahannya dengan Liam. "Cia, kamu dateng ke kantorku cuma karena mau ajak aku bercerai?!" Walaupun marah, Liam tidak menatap wajah istrinya. Liam membaca surat perjanjian cerai yang disodorkan Ciara di atas meja. Ciara mengulum senyum manis seperti bunga. "Iya," jawabnya. Liam berseru, "Rupanya, selama ini kamu belum cukup hidup bebas saat menyandang status Nyonya Griffin!" Senyuman tipisnya menjadi semakin sinis. Liam dengan wajah tanpa ekspresi terdiam. Setelah 3 detik berlalu, tangan kanan Liam bergerak cepat meraih pena di depannya. "Ciara Darwin, aku akan kasih kebebasan untuk kamu. Mulai sekarang, kita bukan Suami Istri lagi." Wajah tampan Liam terpantul di pupil mata Ciara. Dia tetap tenang walaupun hatinya terasa terbakar. Setelah selesai tanda tangan, Liam melemparkan surat perceraian tanpa menatap istrinya. Ciara memungut surat tersebut. "Oke, aku pergi." Ciara membalikkan badan. Namun, dia tidak benar-benar pergi dari hadapan Liam. Dia seolah sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama, Ciara berkata, "Liam, nggak peduli sesibuk apapun kamu. Besok pagi jam 8, aku tunggu kamu di kantor pencatatan sipil untuk urus akta cerai kita." Karena hati Liam tidak tergerak juga, maka Ciara memutuskan untuk melepaskannya. Mulai sekarang, dia bukan lagi Nyonya Griffin. Dia akan berusaha untuk tetap tegar tanpa Liam. Ciara berjalan dari kantor Liam. Saat lampu pejalan kaki berubah hijau, dia segera menyebrangi jalan raya. Ketika berada di tengah jalan, ponsel Ciara bergetar. "Halo, Kak Irina!" Ciara menyapa kakak sepupunyaーIrina Darwin. Dia menghentikan langkah untuk mengatur napas. "Liam udah tanda tangan surat cerainya." Ciara berkata dengan berani. "Kamu serius, Cia? Dia bener-bener udah tanda tangan? Tapi, kamu udah pastiin belum tanda tangannya di surat cerai?" Ciara menebak jika saat ini Irina sangat antusias mendengar kabar perceraiannya dengan Liam. Ciara menjawab dengan jujur. "Iya, sesuai saran Kak Irina. Sekarang, aku dan dia udah resmi bercerai." Detik berikutnya, Ciara mendengar suara tawa Irina. Alisnya langsung berkedut. "Ha! Ha! Ha! Dasar perempuan bodoh!" maki Irina. "Kamu bahkan mau dengerin semua saranku gitu aja." Ciara mendengus dingin. Dia merasa, kata-kata Irina mengandung ejekan yang kental untuknya. Hati Ciara menjadi tidak tenang. "Maksud Kakak apa?!" "Adik sepupuku yang manis, kamu tuh terlalu naif!" seru Irina. "Sekarang, kamu dan Liam udah cerai. Dengan begitu, aku bisa gantiin posisi Nyonya Griffin. Iya, kan?" Wajah Ciara sontak memucat. Ekspresinya menjadi suram. Dia kehabisan kata-kata untuk membalas Irina. Irina yang berdiri di seberang jalan bisa melihat Ciara dengan jelas. Dia menggeleng, lalu tertawa terbahak-bahak. Irina berkata, "Cia tau, kenapa sikap Liam cuek banget sama kamu? Kalian bahkan nggak pernah melakukan hubungan intim, kan?" "Memangnya kenapa?" Ciara balik bertanya. "Karena dia menganggap kamu sebagai pembunuh Adiknya," jawab Irina, ketus. Ciara termangu sejenak sebelum mengejek dirinya sendiri. Dia merasa sangat konyol. "Taーtapi, aku nggak bunuh Adiknya." Ciara membela diri. "Itu kamu, Kak Irina! Kamulah pembunuh Cayden Griffin." Ciara tidak bisa berlapang dada lagi. Dia marah dan kecewa pada Irina. Irina tertawa lagi. "Iya, akulah pembunuh Cayden. Terus, kenapa? Kamu mau ngadu ke Liam, hem?" "Dasar Iblis! Irina, kamu bukan manusia. Aku nggak akan ampuni kamu! Akuー" Irina langsung memotong ucapan Ciara. "Udah terlambat, Cia," katanya. "Lihat ke sisi kanan kamu sekarang! Selamat bersenang-senang di Neraka, Cia Sayang!" Ciara refleks menoleh ke sisi kanan. Namun, terlambat! Sebuah bus antar kota menabraknya. Kejadiannya begitu cepat. Ciara melayang di udara. Rasa sakit langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Lalu, muncul ingatan masa lalu tentang pernikahannya dengan Liam. Selama 5 tahun menikah, Ciara sudah menggunakan banyak cara agar Liam meliriknya. Mulai dari berbagai kursus seperti memasak, menyapu, melipat pakaian, memasangkan dasi pria dan menata bunga-bunga di vas. Dia juga belajar menyenangkan hati pria di ranjang. Namun sayang, Liam ditakdirkan bukan miliknya. Ciara menyerah. Dia sudah sangat lelah dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. "Liam, aku ...." Kata-kata Ciara terdengar sangat lemah. "Aーaku ... benci kamu." Tubuh Ciara terjatuh di aspal seperti daun kering. Ciara berusaha mempertahankan kesadarannya. Dia melihat orang-orang mulai datang mengelilinginya. Namun, dia tidak melihat sosok Liam datang, apalagi memeluknya. Ciara berharap di dalam hati. 'Kalau ada kesempatan mengulangi hidupku, aku nggak bakalan jatuh cinta sama kamu, Liam!' Kesadaran Ciara mulai menurun drastis. Dia menutup mata perlahan. 'Aku ... nggak akan menghabiskan setengah hidupku untuk mencintai pria nggak punya hati kayak kamu, Liam!' Ciara tidak melihat Irina tersenyum lebar di seberang jalan. Dia juga tidak melihat surat cerainya terbang terbawa angin. Ya! Ciara tidak melihat tulisan tangan Liam Griffin di surat perceraian yang seharusnya adalah tanda tangan. Satu kalimat yang berbunyi; kamu matipun, aku nggak akan menceraikan kamu!Saat masih tercengang dengan foto di layar tablet Aksa, ponsel Liam bergetar. Dengan rasa penasaran yang menyergap, tangan Liam dengan cepat mengambil ponsel di depannya. Layar menyala, muncul nama Linda. Tanpa ragu, Liam membuka pesan dan segera menekan gambar yang dikirim Linda. "Apa ini?!"Suara Liam pelan. Mata tajamnya melihat beberapa kemasan postinor-2. Satu lembar blister berisi dua tablet putih bundar. Lalu, tangannya menggulir pesan ke bawah. Linda: Tuan Muda, aku nemuin pil pencegah kehamilan postinor-2 di laci kamar utama diantara obat-obatan punya Nyonya. Tatapan dinginnya menusuk saat membaca pesan Linda. Hatinya terasa terbakar begitu mengetahui siasat licik Ciara. Ciara benar-benar keterlaluan!Di sela-sela presentasi Yoni, Liam berdiri. Dia mengembalikan tablet Aksa. Lalu, melangkah meninggalkan kursinya. "Siapin mobil!" perintah Liam pada Aksa. "Ah!" Aksa terkejut. Tapi, dia buru-buru mengikuti tuannya. Pandangan mata semua orang beralih kepada Liam. Menghad
"Ah, yang bener, Nyonya?! Tuan Muda marahin kamu? Tapi rasanya ... nggak mungkin!"Kedua mata Linda membelalak, seolah tidak percaya dengan kata-kata Ciara barusan. Melihat Liam memperlakukan Ciara dengan manis pagi ini, siapapun pasti menganggap hubungan mereka harmonis. Jadi kemungkinan besar, Ciara berbohong padanya!Kilasan memori di kehidupan sebelumnya, mulai menerjang otak Ciara. Dia teringat sosok Linda yang menyebalkan. Linda tidak pernah mempercayai ucapan Ciara sedikitpun hingga akhirnya dia jatuh sakit. Kemudian, dia tidak sadarkan diri karena sakit kepala hebat yang disertai mimisan. Karena alasan itulah, Ciara meminta Quden menyiapkan obat-obatan sebelum tinggal di rumah ini.Saat mengingatnya, pupil mata Ciara bergetar seiring dengan senyum sinis di bibirnya. "Pergi aja ke kamar mandi! Lihat hasil karya Liam mencampuri shampo-ku dengan air!"Wajah Linda berubah pucat. Dia membungkuk hormat, lalu pergi tergesa-gesa menuju lift.Ciara menatap kepergian Linda. Lalu,
"Cia, hari ini kamu di rumah aja! Istirahat!"Liam membetulkan tali dress Ciara yang semula dia turunkan. Pandangannya terpaku pada lekuk tulang selangka Ciara yang dihiasi jejak-jejak ciumannya.Dengan lembut, Liam menjepit dagu Ciara di antara jari telunjuk dan tengahnya, mendongakkan wajah Istrinya hingga mata mereka bertemu."Apa?"Wajah Ciara memerah. Detik berikutnya, dia tertegun. Ciara menyadari pandangan mata Liam lebih bersinar daripada sebelumnya. 'Cia, I love you ....'Tentu saja kata-kata cinta itu hanya Liam ucapkan di dalam hati. Bukan tidak berani mengatakannya. Liam hanya merasa terlalu dini untuk mengatakannya langsung pada Ciara. Tapi, bukankah itu sama saja dengan gengsi?Tanpa aba-aba, Liam memeluknya hingga Ciara terkejut dibuatnya. Setelah merasa puas, Liam melepaskan Ciara dan mencium keningnya. Lalu, Liam membukakan pintu mobil untuk Ciara. "Cia, aku kerja dulu. Jangan lupa makan tepat waktu dan minum obat!"Ciara mengangguk, sedikit tersipu. "Iya."Meli
"Nyonya, Tuan panggil kamu ke bawah."Setelah menunggu Ciara selesai makan, Linda memberitahu bahwa Liam memanggilnya."Liam belum jalan kerja?"Tepat pada saat itu, terdengar suara klakson mobil di bawah jendela kamar.Ciara segera berjalan menuju jendela yang terbuka. Dia melihat Liam duduk di dalam mobil sedang menatapnya. "Aku ke bawah dulu. Bi Linda, beresin peralatan makan!""Baik."Begitu Ciara pergi, Linda buru-buru menggeledah kamar utama sesuai perintah Liam. Dia mengangkat bantal Ciara dan berharap bisa menemukan sesuatu. "Sebenernya, apa yang Tuan Muda cari dari Nyonya? Apa dia merasa, Nyonya menyembunyikan sesuatu darinya?""Tapi, aku nggak pernah meragukan insting seorang Suami ataupun insting seorang Istri. Karena mereka pasangan Suami Istri yang sah. Mereka pasti memiliki ikatan batin."Dengan gerakan cepat, Linda sudah berdiri di depan cermin besar. Tangannya meraba-raba meja di sampingnya dan tidak menemukan apa-apa. Linda menghela napas. "Hemm ...."Ketika menole
"Kamu nggak usah takut, Cia! Aku nggak akan biarin kamu urus anak yang merepotkan. Aku akan minta Bi Linda siapin baby sitter untuk anak kita.""Tugas kamu cuma melayani Suami, selebihnya biar pelayan yang urus."Mendengar semua perkataan Liam, ada kegundahan yang Ciara rasakan. Dia menatap wajah Liam lekat-lekat dan menemukan keseriusan di dasar matanya. "Karena hanya dengan begitu, kamu bisa buktikan ketulusan hatimu padaku."Tubuh Ciara tiba-tiba gemetar hebat. Wajahnya berubah pucat. Ciara tidak ingin menangis. Tapi nyatanya, air mata Ciara telah menumpuk di kelopak mata. Hatinya tersayat setelah mendengar keinginan Liam. Liam menyadari perubahan sikap Ciara. Dia merasa, Ciara menolak keinginannya.Tapi, kenapa? Bukankah wajar jika seorang Suami mendambakan memiliki keturunan? Mengapa reaksi Ciara berlebihan seperti itu?Ciara berdiri, hendak pergi dari ruang ganti. "Hemm ...."Seolah bisa membaca pikiran istrinya, Liam langsung menahan tangan Ciara. "Kamu kenapa? Nggak mau p
"Liam, aku bisa mandi sendiri ...."Suara Ciara yang merdu hilang karena gemericik air shower yang mengalir. Setelah dua jam berlalu, akhirnya Liam melepaskan Ciara. Bukan karena merasa puas, melainkan karena Griffin Group sudah menunggunya. Kalau saja Liam tidak ingat meeting penting hari ini, bisa saja dia memilih tidak pergi ke kantor dan terus menindih istrinya hingga kelelahan. "Berputar!"Meskipun sudah mendengar perintah Liam, Ciara enggan mengikutinya. Akibatnya, Liam justru membantu Ciara berputar. "Diem di sini! Aku mau ambil shampo dulu."Liam sudah memutuskan untuk memandikan Ciara. Ini adalah hal pertama yang dia lakukan setelah menikahinya. Ciara tidak kuasa menolak. Tapi jauh di dasar hatinya, dia takut Liam akan memintanya lebih!Hati dan pikiran manusia, siapa yang tahu?Liam kembali membawa botol shampo. Ciara terheran-heran melihat Liam mengisi botol shampo dengan air, lalu mengocoknya."Liam, kamu ngapain?""Harusnya aku yang tanya. Cia, kamu ngapain aja di ru
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen