Manthis datang walaupun telat 15 menit dari jadwal yang sudah mereka sepakati. Baik Dessy maupun Anita ternyata tidak pulang sejak dari mall, mereka masih mengenakan baju kaos dan celana jeans ketat yang mereka pakai sejak siang tadi. Rupanya mereka betah juga berlama-lama di mall.
Manthis pun ternyata sama, dia masih mengenakan baju kaos di padu jaket hitam, yang dia pakai saat latihan di studio music The Stollen’s.
“Maaf aku telat, bukan karena sengaja lo yaa, tapi jalanan lumayan macet!” ucap Manthis sambil duduk di depan dua wanita jelita ini. sejak di parkiran Anita sudah memberi tahu Manthis di mana mereka menunggu di kafe yang tentu saja di ketahui Manthis letaknya.
Rambut Manthis kini makin panjang, tapi di ikat ala cepol atau gaya rambut chonmage yang dulu sangat terkenal di jaman kerajaan Jepang, dan kini kembali populer di kalangan remaja dan anak muda, terlebih pesepakbola Real Madrid Gareth Bale selalu suka meniru gaya rambut itu.
Dessy dan Anita sampai pangling melihat perubahan Manthis yang sangat berbeda dengan setahun yang lalu.
“Wowww…asli kaka hampir ga kenal sama kamu sekarang ini Manthis, selain makin putih, badan kamu juga makin kekar saja, dulu mahh ceking!” puji Anita tertawa kecil, Dessy pun berucap sama dan dia bilang wajah Manthis benar-benar seleb abis.
“Udahh ahh mujinya, jadi mekar nihhh bulu ketek gue!” sahut Manthis sambil tertawa, diikuti Anita dan Dessy.
“Makin tajir donkkk sekarang, tapi ga lagi bawa duit cash lagi kann?” Dessy kembali tertawa, mengenang moment lucu saat Manthis bawa tas punggung yang ternyata isinya duit semua.
“Ya ga lah Mba Dessy, sekarang cukup bawa kartu ajah, sama banking di smartphone, udah beres!” sahut Manthis kembali.
“Anak baik, udah pinterrrr…!” kembali ketiganya tertawa barengan.
“Hampir setahun yaa kita ga ketemu!” sambung Anita sambil minum wine yang tadi mereka pesan.
“Iya Ka, maaf banget yaa, saking sibuknya sampai ga pernah mampir di dealer apalagi ke apartemen kaka!” kini Manthis sambil ikut minum wine yang kadar alkoholnya tak terlalu tinggi.
“Duehhhh si artessss, gimana rasanya jadi artis top sekarang? Makin banyak dong penggemar cewek, ehh udah punya pacar belon?” cetus Dessy blak-blakan.
“Penggemar, iya sihh makin banyak ajahhh dari hari ke hari. Pacaran? Boro-boro pacaran Mba, kenal cewek aja susieeee…ga ada waktu, saking sibuknya,!” ceplos Manthis apa adanya tertawa.
Mereka terus bersenda gurau, hingga tak terasa hampir 4 jam mereka nongki di sana, Dessy lah yang duluan harus pulang karena dia ternyata di datangi tunangannya ke tempat itu.
Saat melihat Manthis, Andre tunangan Dessy langsung kaget, karena dia melihat artis muda yang lagi naik daun ini sedang ngobrol dengan tunangannya dan Anita.
“Manthis, kita foto selfie dulu yaa berempat, senang banget nihh kenalan dengan idola remaja yang sedang naik daun!” kata Andre dan mereka pun berfoto ria berkali-kali.
Tak lama kemudian, Dessy dan Andre pun permisi meninggalkan Anita dan Manthis.
“Gue pulang sama siapa ini Des?” kata Anita kaget, karena Dessy pakai mobil mereka tadi.
“Udahh ga usah pusing, gapapa kan Manthis ngantar Anita pulang ke apartemennya?” Dessy menatap Manthis, remaja ini langsung tersenyum dan mengangkat jempol.
Hanya selang 30 menitan kemudian, Manthis dan Anita pun kini sudah jalan beriringan menuju parkiran di mana mobil Manthis parkir.
“Wowww mobil baru lagi ini!” Anita kaget saat melihat mobil SUV asal Amerika terbaru milik Manthis, mobil sport warna silver dengan merek Land Rover Velar ini tentu saja di ketahui Anita berharga hingga 3,7 milyar lebih.
“Pas lagi kepingin aja ka, mumpung ada rejeki nihhh!” sahut Manthis cuek.
“Wuihh cepat banget kamu tajir Manthis, trus mobil yang tahun lalu di beli sekarang di mana!” sahut Anita dan kini dia sudah duduk di jok mobil mewah ini.
“Ada kok di garasi di rumah!”
“Rumah…kamu udah beli rumah juga?” Anita benar-benar makin kaget dengan kaya raya Mathis sekarang ini, Manthis hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tak henti-hentinya Anita melongo mendengar cerita Manthis yang kini memiliki harta milyaran, padahal setahun dulu Manthis masih remaja sederhana, kemana-mana pun kadang naik ojek online dan sesekali naik mobil online.
Setelah terjebak macet hampir 30 menitan, kini jalanan mulai lancar dan Manthis pun sampai di apartemen Anita. Begitu sampai di parkiran apartemen, Anita yang kini sudah keluar dari mobil Manthis, kini mengetuk kaca mobil remaja ini.
“Ga kepingin mampir ke apartemen kaka?” kata Anita sambil bertelekan di pintu mobil yang sudah di buka kacanya oleh Manthis.
“Ga papa ya ka, ga di gerebek hansip yaaa?”
“Ihh ni anakkk polosnya belum berubah ternyata! Ya ga lah, emank ini kos-kosan, ayoo masuk dulu!” kata Anita tertawa, walaupun Anita tau kalau Manthis sengaja bercanda.
“Oke dahhh!” Manthis pun turun dari mobil dan mengikuti jalan wanita jelita ini, naik ke lantai 19 di mana apartemen Anita berada.
Begitu masuk ruangan apartemen ini, hidung Manthis langsung kembang kempis, karena harumnya apartemen milik Anita.
“Wangi banget!” puji Manthis.
“Apartemen kamu emank bau apa, bau asap yaaa?” kata Anita tertawa.
“Iya, kadang teman-teman atau manajemen yang datang, aku ga bisa negur lagi kalau mereka pada ngerokok. Makanya aku kini jarang tidur di sana, kecuali Nadu dan Amang, aku lebih senang tidur di rumah!” sahut Manthis.
Anita sudah tahu siapa Nadu dan Amang, karena di sepanjang perjalanan tadi, Manthis bercerita banyak tentang kondisi dia saat ini. Manthis juga mengatakan dalam waktu dekat dia akan jemput ibunya di Banjarmasin untuk tinggal bersama, karena hanya itu satu-satunya orang tuanya kini.
“Kamu tunggu dulu ya, aku mau mandi, gerah banget!” kata Anita.
“Aku juga belum mandi Ka, kamar mandi ada berapa di sini!”
“Cuman satu…ya udah gantian, kamu santai aja dulu, tuh kalo mau liat TV ada remote nya di meja, atau mau buat kopi buat ajah sendiri di dapur. Anita lalu masuk kamar dan dia sekalian mandi di sana, karena kamar mandinya ada di kamar tersebut.
Manthis pun santai sambil melihat-lihat tayangan TV, saat masuk ke sebuah tayangan infotaiment Manthis senyum sendiri melihat berita dia dan group band The Tollen’s yang di wawancarai puluhan wartawan. Selain Ray yang sering jadi jubir, dialah yang kini juga sering di wawancara para wartawan, selain karir tentu juga asmara.
Manthis tertawa sendiri saat dia di gosipkan dengan beberapa nama penyanyi muda, padahal setahu dia, mereka hanya bertemu dan ngobrol saat ada acara di TV atau saat manggung. Selebihnya tak ada lagi kontak, apalagi dikatakan jalan-jalan berdua, hingga diisukan jalin asmara.
“Dasar wartawan infotaiment!” kata Manthis tak dasar.
“Kenapa dengan wartawan Infotaiment!” tiba-tiba Anita yang sudah kelar mandi dan masih pakai handukan muncul di belakangnya.
“Lihat dehh tayangan infotaiment, aku di di gosipin sama si A dan artis si B, ada-ada ajah, ketemuan paling saat ada acara di frame yang sama di sebuah TV!” kata Manthis tertawa tanpa menoleh ke Anita.
“Namanya juga wartawan kale, ayooo sono katanya mau mandi!” Manthis pun berdiri dan barulah dia tertegun saat melihat Anita kini hanya pake handuk yang dililitkan di dada dan ujungnya hanya sampai paha.
“Heiiii…matanya kemana itu!” kata Anita tertawa sambil mencubit hidung mancung Manthis.
“Kaka cantik banget kayak gini, harum lagi!” ucap Manthis polos.
“Udah ahhh, anak kecil di larang liat yang 18 plus, sono cepatan mandi, ada handuk baru di sana,” ucap Anita sambil tertawa lalu dia ke dapur masih pake handuk itu.
Manthis pun mandi dan membersihkan badannnya, kini giliran Anita melihat tayangan infotaiment yang masih memberitakan Manthis dan group bandnya, sambil meneguk kopi, dia sampai lupa memakai pakaian karena asek melihat tayangan itu.
Manthis pun kini keluar dari kamar mandi dan dia duduk di samping Anita, sama seperti Anita pun pakai handukan.
“Eh masih tayangan itu tuhh ternyata, tumben panjang amirrr beritanya!” kata Manthis. Anita melirik Manthis yang masih pakai handukan sama seperti dirinya.
“Manthis kaka mau tanya, emank selama ini kamu benar belum memiliki pacar atau berdekatan dengan wanita?” Manthis langsung mengangguk.
“Kamu masih normal kan? Wajah kamu tampan lohhh, banyak kaum belok suka dengan wajah babyface kayak kamu itu!” Anita tertawa.
“Yee normal lah ka, dulu itu aku kan tak pede berdekatan dengan wanita, gimana mau pede, uang aja ga punya. Nahh kalo kini beda lagi, saking sibuknya jadi ga sempat berdekatan dengan wanita, banyak sih yang salam-salam gitu…tapi ya hanya sampai di sana ajah!” kata Manthis blakan-blakan.
Manthis kemudian bertanya tentang teman dekat Anita, dengan apa adanya Anita menceritakan asmaranya yang gagal 5 bulan lalu.
“Mau gimana lagi, kaka tidak ingin merusak rumah tangganya, ya udah kaka mundur ajahh, kami lost kontak sampai sekarang!” kata Anita blak-blakan.
Masuk dalam dunia selebriti membuat Manthis tidak aneh lagi dengan kehidupan Anita ini, di kota besar seperti Jakarta ini, yang namanya hidup bersama dalam tanpa satu ikatan sudah bukan hal yang aneh lagi.
Bahkan dua sahabatnya di band, Ben dan John sudah tak terhitung bergonta ganti pasangan, hanya Raymand yang dia lihat cukup mesra dengan seorang artis muda yang juga selebgram, dengan pacarnya itu Ray terlihat awet dan artis cantik itu selalu ada di samping Ray, di manapun mereka manggung atau saat ada acara di TV.
“Kok bengong, lagi mikiran apa sihh!” Anita menatap wajah Manthis yang terlihat memang masih remaja ini.
Manthis tersenyum saja, matanya terlihat agak nakal memandang ke bawah, Anita langsung tertawa dan dia langsung menarik wajah Manthis yang menggemaskan ini, lalu melumat bibir Manthis.
Manthis gelagapan di serang begitu, dia akhirnya pasrah saja dan menikmati cumbuan Anita yang tentu saja sangat berpengalaman. Di sinilah Anita benar-benar yakin kalau Manthis memang masih lugu alias tidak berpengalaman dengan perempuan.
Akhirnya Anita lah wanita pertama yang membawa Manthis pada gerbang kedewasaan yang hakiki, remaja yang baru saja ulang tahun ke 18 ini telah berubah menjadi laki-laki dewasa.
Anita yang tahu Manthis benar-benar tak pernah berdekatan dengan kamu Hawa ini dengan telaten mengajari Manthis bagaimana seharusnya jadi laki-laki sejati.
Pelajaran cinta memang mengasyikan, manusia yang di ajari akan secara alamiah dam cepat bisa serta cepat sekali beradaptasi.
Pelajaran cinta ini ternyata sampai menjelang dinihari, keduanya akhirnya kecapekan dan tidur berpelukan di ranjang Anita.
Namun ibarat minuman yang memabukan dan bisa membuat orang ketagihan, begitu juga dengan Manthis, dia yang pertama kali di ajari benar-benar jadi murid yang sangat haus akan pelajaran-pelajaran baru.
Akibatnya sampai tengah hari keesokan harinya, keduanya terus mengulang dan mengulang pelajaran bercinta seakan tak kenal puas.
Untung saja hari itu tak ada latihan di studio, kalau ada dan ada personel yang datang terlambat, maka siap-siap saja akan kena omelan Raymand. Ray menerapkan disiplin tinggi dan dia bilang waktu bersantai ada, tapi kalau sudah latihan haram hukumnya selalu telat, terlebih mereka akan segera tour keliling di 100 kota di Indonesia.
Sampai-sampai Ray meminta manajemen menolak setiap kali ada udangan tampil di TV karena mereka selain sibuk mempersiapkan tour, juga disibukan dengan pembuatan album yang kedua.
Di album kedua yang kontraknya sangat mahal dan menjadikan ke empat personel The Tollen’s milyader muda ini, Produser Ogong Lee berambisi mengalahkan penjualan di album pertama.
Manthis ternyata sampai dua malam menginap di apartemen Anita, hampir saja dia ingin nginap lagi, kalau tidak diingatkan Anita kalau dari tadi dia telponnya terus berdering, ternyata yang menelpon Amang, Nadu dan juga Andi.
Saat Manthis telpon balik, mereka bilang kemana saja selama 2 hari ini tidak ada kabar, Anita yang ada di samping Manthis langsung memberi kode dengan jari di mulut, meminta Manthis jangan bercerita ada di mana.
“Aku lagi di rumah saja, ga kemana-mana, lagi sibuk bikin lagu!” sahut Manthis asal saja, Anita tersenyum sambil mengecup pipi Manthis.
“Sore ini kata Bang Ray kita kumpul di studio, untuk mematangkan show kita di 100 kota, karena minggu depan kita sudah berangkat ke Surabaya. Titik pertama show di sana, lanjut ke Sidoarjo, Malang, Batu dan lain-lain!” kata Andi, sang pimpinan Manajemen.
Manthis mengiyakan semua ucapan Andi, setelah menelpon diapun bersama Anita mencari makan di sebuah restoran yang tak jauh dari apartemen itu.
Setelah mengantar Anita pulang, setelah sebelumnya mereka kembali larut dalam pelajaran cinta, Manthis pun langsung menuju ke studio.
Pengalaman bercinta inilah tercipta lagu yang kelak menjadi bomming tak terkira saat di launching dan menjadi super hit hingga berbulan-bulan. Lagu dengan tema pelajaran bercinta seorang remaja yang sedang puber dan bertemu dara cantik.
Yappp!!! Judul lagunya adalah “Dara…di Sinilah Cinta Kita Bermula. Begitu sampai di studio di mana Ray, Ben dan John belum tiba. Dengan hanya iringan piano Manthis menyanyikan lagu cinta yang mendayu-dayu dan dengan penuh perasaan itu.
Dia terus menyanyikan lagu itu hingga berulang-ulang dan memperbaiki kalau di rasanya kurang sempurna.
Tanpa Manthis sadari, ketiga sohibnya tiba dan menikmati lagu itu dan sengaja tidak menganggunya. Setelah selesai menyanyikan lagu itu, ketiga sohibnya langsung bertepuk tangan.
“Perpeckkkkk….ini lagu andalan kita di album kedua dan akan jadi lagu utama!” seru Ray masuk ke dalam ruangan, sambil menepuk bahu Manthis yang sedang duduk manis di depan piano.
“Iya, insting gue ni lagu bakalan bomming…tinggal di beri sentuhan gitarku dan bass John serta sedikit pukulan drum, sempurna ni lagu!” sambut Ben.
“Sipp…gapapa judulnya dikit agak ke melayu-melayuan, tapi ini akan buat penggemar kita penasaran!” timpal John.
Merekapun latihan hingga malam hari dan di lanjutkan dengan metting dengan jajaran manajemen, untuk mematangkan show ke 100 kota dan kabupaten di Indonesia.
*****
BERSAMBUNG
Satu hari sebelum mereka berangkat ke Surabaya, album kedua mereka ‘Dara…di Sinilah Cinta Kita Bermula’ di rilis dan mulai di putar di youtube, radio-radio dan juga TV-TV music. Dan tepat seperti dugaan Ray, Ben dan John, lagu yang intronya di mulai dengan alunan lembut piano Manthis, lalu di susul raungan guitar Ben dan cabikan bass John serta di beri sentuhan sedikit drum Raymand ini langsung merajai topchart lagu-lagu di seluruh tanah air.Di youtube lagu ini sudah di tonton lebih dari 1 juta orang, hanya dalam tempo satu hari saja, albumnya pun meledak di mana-mana, walaupun tentu saja beda dengan penjualan album di masa lalu, karena kini sudah di jual melalui podcast-podcast yang menjamur dan tentu saja menjangkau hingga ke luar negeri.Bahkan hampir semua podcast meraup untung tak sedikit dengan lagu ini, karena selalu di putar berulang-ulang oleh pendengarnya, sehingga royalty ke produser Ogong Lee bak mencetak duit saja lagi.Setiap ha
“Duehhh weceee…Machicaaaa…kenapa yee pake handukann sihh, ehhh sapaaaa tuhh yang lagi buru-buru berpakaian?” Vene langsung tertawa dan bilang liat aja sendiri orangnya.Begitu Manthis keluar kamar, dia terperanjat saat melihat Jeje sudah ada di apartemen ini.“Ihh doskiiii…kirain siapaahhh, ehh mau keminong kok buru-buru amirrrr?”“Sorry Je, gue buru-buru ada latihan di studio!’ kata Manthis sedikit gugup, tak menyangka manejer Vena yang suka ngegibah ini ada di sini.“Ga usah bo’onggg dehhh, band kalian kan lagi cuti, emank studio yang mana?” Jeje langsung menarik tangan kekar Manthis. Vena yang meliat Jeje dan dan Manthis bicara, langsung permisi mau ke kamar mandi.“A-anu Je…mau latihan buat endorse nanti!”“Ssssttt…sini dehh!” Jeje pun lalu menarik tubuh Manthis kemudian berbisik, Manthis langsung kaget.&ld
Resepsi itu kelar pukul 11 malam, Manthis dan Vena turun panggung dan Ia akhirnya kembali istirahat ke kamarnya yang mewah dan sudah di bokingkan sang pengusaha ini. Belakangan Manthis baru tahu, kalau hotel ini milik sang pengusaha itu sendiri.Sementara Vena juga istirahat di kamarnya sendiri, sesaat sebelum masuk lift menuju kamarnya, Jeje sempat berbisik kalau malam ini Vena akan bersama sang pengusaha itu, Manthis hanya tersenyum mesem saja.“Tenanggg weceee…ga usah cimbikirrr gicuuuu yaaa…ntar ye sama Hana di Jakarta, tenang ajeee, eykee yang aturrr!” kata Jeje tertawa.Nadu dan Arman berbeda kamarnya, Manthis di kamar sendirian, setelah melepas pakaiannya Manthis pun ingin mandi, karena badannya sangat gerah, apalagi tadi saat nyanyi pipinya selain kena cubit, juga beberapa kali di cium para undangan.“Berendam di bathub segerr kali yaa,” kata Manthis seorang diri.Baru 30 menitan berendam, tiba-tiba tel
“Whatsss…jadi besok kamu mau ke Kalimantan show sayangg!” kata Sheila, saat Manthis bilang besok dia akan pergi.“Ga bisa di tunda yaa?” Manthis langsung menggeleng, dia bilang, karena ini menyangkut group band mereka yang telah mengangkat namanya, tidak ada alasan apapun dia tidak hadir dan show bersama The Stollen’s. Sheila akhirnya pasrah dan tidak melarang kekasihnya pergi besok.“Sayang…ada kabar baik, Adit setuju bercerai, tapi kami akan bercerai diam-diam, jadi sambil kelak bicara dengan ortu, kami masih serumah!” Sheila memeluk Manthis.Manthis memang pernah blak-blakan bilang, dia tak bisa terus menerus jadi orang ketiga dalam rumah tangga Sheila dan Adit.Keduanya kemudian tenggelam dalam kemesraan, sampai menjelang pagi, karena jam 9 pagi Manthis harus segera ke bandara untuk terbang ke Juanda, Surabaya, lanjut Bandara Syamsudinoor Banjarbaru.Di perjalanan menuju bandara, Amang men
Di balik kesuksesan luar biasa group band The Stollen’s dan kenapa Ray sering banget senewen kalau ada yang tak berkenan di hatinya, itu semuanya gara-gara persoalan orang tuanya. Alan Suhilin diam-diam ternyata memiliki WIL alias wanita idaman lain.WIL Alan Suhilin seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit miliknya sendiri, kesibukan Rani sebagai bisnis women membuat Alan haus kasih sayang seorang wanita. Perkenalannya dengan Weni, seorang perawat yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Ray, membuat Alan bak menemukan cinta baru lagi.Walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh, karena Alan sudah berusia 47 tahunan, sedangkan Weni baru jalan 24 tahun.Hubungan itu awalnya aman-aman saja, namun Alan tak bisa menyembunyikan lagi hubungannya dengan Weni, gara-gara keteledorannya sendiri, yakni kepergok Rani dia membeli membeli popok bayi di sebuah supermarket.Tentu ini pemandangan yang sangat aneh, seorang konglomerat membeli popok bayi d
Begitu sampai di hotel tempat mereka nginap, personel The Stollen’s bisa bernafas lega, karena penjagaan di hotel mereka lebih ketat, sehingga ratusan penggemar tak bisa merangsek masuk ke dalam area hotel, bahkan ke halaman hotel pun tak boleh, pihak hotel berkilah ini demi kenyamanan para tamu hotel lainnya.“Hebatt yahh kalian, punya penggemar fanatic gituhh?” puji Sonia.“Kamu beruntung lohh Sonia, bisa duduk dan ngobrol bareng kami yang di puja-puji…cucukkk dehhhh,” kata Ben bergaya kenes, hingga semuanya tertawa. Sonia makin suka bergaul dengan personel group ini. Padahal awalnya dia mengira mereka itu sombong dan angkuh, karena sedang berada di puncak popularitas.Ben, John dan Manthis langsung beristirahat di kamar masing-masing, Ray menemani Sonia di restoran yang terdapat di hotel itu, karena sopir Sonia masih dalam perjalanan.“Hebat kamu Sonia, masih muda udah punya usaha!” kata Ray.&ldq
Kata orang, kalau cinta sudah melekat, halangan jarak tidak akan menghalangi rintangan itu, diam-diam usai show di Manado, Ray menghilang satu hari. Manthis, Ben dan John sampai ketar-ketir kemana sang leader menghilang, sementara dua hari lagi mereka akan show di Kota Tomohon, setelah sukses show di Kota Manado.Kurang dari 3 jam sebelum show di mulai, Ray akhirnya nongol juga.“Gila loe bro, kemana saja ngilang, aku hampir jantungan tau!” sungut Ben.“Iya nihh, ngilang ko ga bilang-bilang,” sahut John yang sudah bersiap-siap tampil di panggung terbuka, di mana gemuruh suara penonton terus terdengar dari tadi, menunggu penampilan idola mereka ini.Ray hanya mesem-mesem saja dari tadi, dia memaklumi ketegangan semua personel dan juga anggota tim manajemen The Stollen’s.“Udah tenang aja, yang penting kita tampil maksimal malam ini,” Ray pun kini bersalin pakaian. Manthis menepuk bahu sahabatnya ini. &
Alan Suhilin, Weni dan Ray datang langsung ke rumah Sonia, untuk melamar gadis cantik ini, sebelumnya Ray sudah mengontak Sonia terkait rencana itu, Sonia tentu saja sangat berbinar-binar bahagia, karena kekasihnya ini tidak bercanda akan segera menjadikan dia istri sah.Awalnya Sonia tentu saja ragu-ragu, apalagi dia tahu latar belakang Ray yang seorang musisi dan lagi di gilai penggemarnya di mana-mana. Terlebih Ray seorang musisi band rock alternative yang dia tahu memiliki banyak penggemar fanatic dari kalangan abege wanita.Saat Ray blak-blakan ingin mengajaknya menikah, Sonia sampai sakit perut tertawa dan bilang apakah Ray lagi mabuk. Ray sendiri hanya mendiamkan kekasihnya ini tertawa saat mereka vidcal.“Gimana…udah puas ketawanya?” sahut Ray sambil menatap wajah kekasihnya di smartphone.“Belum…ulangin lagi, benaran kamu mau jadikan aku bini secara sah?” sahut Sonia masih tertawa-tawa.Tanpa di duga S