“Tenang broe, jangan gugup, tarik nafas panjang dan anggap saja puluhan ribu penonton itu hanya sekumpulan manusia biasa!” Amang menenangkan Manthis yang terlihat agak nervous di ruang make up.
Manthis benar-benar tak tenang dari tadi, inilah penampilan perdananya bersama group bandnya The Stollen’s di panggung secara terbuka, juga disiarkan langsung sebuah TV swasta yang di tonton 50 ribu penonton lebih di stadion. Stadion Jalak Harupat bak mau runtuh saking hebohnya suara-suara penonton yang terus bersorak sorai dari tadi.
Ben dan John dari tadi terlihat tak putus-putusnya merokok, sesekali mereka menenggak air mineral untuk menenangkan hati.
Hanya Ray yang terlihat agak tenang, leader The Stollen’s ini benar-benar jadi sosok panutan, karena mampu menahan diri tidak berlebihan seperti tiga sahabatnya.
Ketika mereka ingin menenggak minuman keras agar lebih tenang, mata Ray langsung melotot, sehingga Ben dan John terpaksa diam tak berani lagi berniat minum. Manthis sampai berkali-kali melepas pasang jaket kulitnya, lalu duduk kembali, tangannya terasa dingin.
Amang dan Nadu kini selalu mendampingi sahabatnya atas permintaan Manthis sendiri, kedua orang ini di perbantukan di bagian manajemen The Stollen’s dan Ray tidak keberatan, apalagi Nadu dan Amang ternyata sangat rajin dan selalu sigap.
Setelah penampilan dua band lokal, kini MC pun bersiap memanggil empat personel The Stollen’s naik panggung yang di tata sedemikian megah.
Sound systemnya juga langsung di bawa dari Jakarta dengan tata lampu yang sangat megah, Produser Ogong Lee yang meminta hal ini, dia ingin band pendatang baru ini benar-benar mencetak sejarah, sebagai band yang sangat menjanjikan dan suatu saat jadi legenda.
“Kita sambutttttt, The Stollen’s band…salah satu band fenomenal tanah airrrr!” teriak sang MC yang biasa memandu acara-acara music di TV swasta ini. Suara penonton langsung bergemuruh luar biasa.
Raungan gitar Ben menghentak kuat, dia langsung tampil ke depan panggung yang menjorok ke depan, lampu sorot pun memperlihatkan remaja yang mulai gondrong ini memainkan guitarnya dengan lead yang cepat dan menghentak, lalu muncul John yang cabikan gitar bassnya tak kalah garangnya, penonton makin heboh dan makin bersorak sorai. Ben dan John lalu berlarian ke sana kemari memainkan dawai-dawai gitar secara konstan dan kuat.
Raymand masuk dengan pukulan drumnya yang sangat kuat, dan tak lama kemudian sang vocalis Manthis De Jong masuk, maka mengalunlah sebuah lagu dengan irama rock alternative yang sangat keras dan tentu saja sangat familiar di telinga ribuan penonton.
Tak sadar penonton yang dominasi anak-anak muda dan remaja ini koor turut bernyanyi sambil berjoget mengikuti alunan suara Manthis yang melingking tinggi dan tetap terjaga intonasinya, walaupun dia dari tadi selalu berlari-lari dari ujung panggung ke ujung panggung besar itu.
Seiring dengan menyanyikan lagu perdana itu, rasa nervous seluruh personel The Stollen’s langsung hilang, berganti dengan kebanggaan luar biasa. Kini permainan music cadas ke 4 personel ini makin sempurna, Ben dan John tak sungkan-sungkan berjingkrakan sambil terus ikutan lari-lari dengan gitar masing-masing.
Masuk lagu kedua yang tak kalah menghentaknya, Ben sampai mencopot jaketnya karena keringat terus bercucuran di badannya, dan kini dia hanya mengenakan kaos singlet, tato di lengan kirinya makin menambah kegarangan gitaris yang mempunyai bakat otodidak ini.
John juga sama, dia melepas jaket kulitnya dan kini dia bahkan hanya mengenakan celana jeans selutut saja dan kaos oblong saat lagu ke 3 sampai ke 5 di bawakan Manthis dengan sempurna, walaupun ke sana kemari berlarian, intonasi suaranya tetap stabil.
Produser Ogong Lee berada di sisi kanan panggung megah itu sampai melongo melihat penampilan ke 4 perseonel The Stollen’s ini, tak terasa dia sampai ikutan goyang, saking senangnya melihat sambutan penonton yang sangat luar biasa.
Amang tetap tenang sambil senyum melihat bagaimana sahabatnya Manthis malam ini telah menjelma sebagai sosok bintang muda berbakat. Nadu tak henti-hentinya berjoget dari awal lagu hingga kini, sampai-sampai Amang menegur sahabatnya ini agar lebih tenang.
Setelah istirahat 5 menitan, lagu ke enam pun kembali tersaji, kali ini Ben kembali jadi bintang, raungan gitarnya membuai ribuan penonton, sampai-sampai ada yang menenteng hape dan diikuti ribuannya lain, lagu slow pun dilengkingkan Manthis diiringi cabikan bass John yang sangat nyaring terdengar.
Pukulan bertenaga drum dari Raymand sukses membuat ribuan kembali bersorak dan lagi-lagi mereka menyanyikan lagu-lagu band ini yang beat yang kencang.
Manthis pun kini membuka jaketnya, dia hanya mengenakan kaos oblong putih, memperlihatkan badannya yang mulai berisi tak lagi ceking, setelah lebih tiga bulanan ini berlatih keras di gym. Celana kulit warna hitam di padu sepatu cowboy yang ujungnya lancip membuat vocalis jangkung ini makin sempurna sebagai rocker idola baru para remaja penikmat music lagu-lagu beraliran rock alternative.
Wajahnya yang makin glowing setelah rajin perawatan, membuat wajah rupawan Manthis makin terlihat tampan, terlebih dia memang ada blaster-blasterannya.
Total mereka membawakan tak tanggung-tanggung yakni 17 lagu, terdiri dari 12 lagu dari album pertama dan 5 lagu yang akan segera mereka rilis. Hebatnya ribuan penonton tak ada yang beranjak sampai konser perdana The Stollen’s di panggung terbuka berakhir dengan sempurna.
Begitu lagu terakhir di nyanyikan Manthis, dan lampu panggung langsung di redupkan, ribuan penonton masih sempat-sempatnya berteriak agar The Stollen’s kembali tampil, tapi keinginan ini tak terkabul. Ray, Manthis, Ben dan John tetap tak keluar lagi dari balik panggung. Begitu turun dari panggung mereka langsung di bawa ke hotel untuk beristirahat menggunakan mobil MPV yang sudah stanby sejak tadi.
“Malam ini telah lahil band baru yang fenomenal…!” gumam Produser Ogong Lee sumringah, sudah terbayang cuan-cuan yang bakal membuat dia makin kaya raya dan jadi produser paling sukses di antara produser lainnya.
Di hotel walaupun wajah sangat kelelahan, tapi ke empat personel The Stollen’s ini berjingkrak-jingkrak kesenangan, karena show perdana mereka sukses besar. Selama ini mereka hanya tampil di TV dan pub, dengan penonton paling banyak ratusan saja.
“Sudah-sudah…cukup jingkrak-jingkraknya, kita semua tentu sangat lelah bukan, mari beristirahat!” kata Ray, akhirnya semuanya istirahat di kamar masing-masing dan tidur nyenyak sampai pagi.
Siangnya mereka bermaksud langsung kembali ke Jakarta, ke 4 personel The Stollen’s sangat kaget ketika hampir 300 an lebih remaja yang di dominasi para remaja putri ini berteriak-teriak di halaman hotel.
Ternyata mereka ingin melihat idola baru ini keluar dari hotel, ketika mereka bersiap akan masuk mobil yang membawa mereka ke Jakarta dan stanby di lobby.
Sebagai idola baru, mereka enteng saja menemui penggemar itu, akibatnya mereka kaget bukan kepalang, saat para remaja putri ini bak kesurupan memeluk, mencium bahkan ada yang nekat mencakar tubuh ke 4 personel ini, sehingga 7 aparat keamanan hotel turun tangan mengamankan ke 4 nya.
Hampir saja mereka kewalahan menghadapi kenekatan dan banyaknya yang histeris ingin memeluk serta berfoto dengan idola baru mereka ini.
Setelah masuk kembali ke dalam lobby hotel dan jaga ketat di pintunya, mereka kapok keluar dan hanya melambai-lambaikan tangan saat berhasil masuk ke mobil jenis MPV dan mobilpun bergerak menuju Jakarta.
“Anjritttt…lengan gue memar dan biru-biru ini, kok sampai histeris gitu ya mereka!” kata Ben sambil mengelus-elus lengan kirinnya yang ada tato dan habis kena cakar itu para abege wanita tadi.
Nasib Ray, Manthis dan John jangan di tanya, sama semua, lengan mereka memar-memar, bahkan pipi Manthis beberapa kali kena cipokan para abege yang super nekat itu.
Wajahnya yang glowing belepona gara-gara ada bekas lipstick, sampai-sampai Ray, John dan Ben terbahak-bahak melihat wajah Manthis.
“Untung elooe belum punya kekasih atau istri, kalau udah bisa perang di rumah wa-ka-ka-ka-kak!” kata John terbahak. Rombongan The Stollen’s menggunakan dua mobil, mobil pertama tentu berisi personel ini dan rombongan kedua staf manajemen mereka, di komandani Andi, tentu saja Nadu serta Amang termasuk sebagai bagian dari jajaran staf manajemen ini.
Dua hari kemudian, sesuai janji Produser Ogong Lee mereka pun kembali tanda tangan kontrak album kedua plus kontrak show di 100 kota besar di Indonesia, yang dimulai 4 bulan dari sekarang.
Artinya nanti mereka akan show bisa 2 atau 3 kali dalam seminggu, saking padatnya jadwal manggung mereka.
Pundi-pundi kekayaan ke empat personel ini makin gemuk saja, undangan tampil di TV sampai keteteran mereka layani, termasuk jadi bintang-bintang tamu di berbagai acara, endorse pun berdatangan tak terkendali.
Poster-poster dan spanduk iklan mereka bertebaran di mana-mana di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
*****
Dua wanita cantik ini sama-sama bengong menatap sebuah poster besar yang terpampang di pinggir jalan tol, kemacetan yang parah membuat keduanya terpaksa menghentikan mobilnya dan kalaupun jalan harus pelan.
“Anita, liat dehhh siapa yang di poster itu”” tunjuk salah satu wanita ini sambil pegang setiran.
“Apa kan ku bilang Dess, dia akan jadi seleb papan atas…ini sudah poster ke 5 dengan endorse berbeda dia bersama groupnya!” sahut wanita yang ternyata Anita dan sahabatnya Dessy.
“Deuhhh ngitung bangettttt….Manthis makin tampan dan ga lagi ceking yaa, badannya bagus banget, semakin berisi dan agak berotot!” sahut Dessy tertawa.
“Kamu masih kontak-kontakan ga sama dia?” kata Dessy lagi.
“Udah hampir satu tahun ini lost kontak, gapapalah mungkin dia sangat sibuk sekali meniti karir,” sahut Anita.
“Coba kontak, kita undang makan malam di mana kek, moga aja dia tak berubah sombong setelah jadi orang terkenal!” saran Dessy.
“Oke dehh, aku coba yahh, moga dia masih nyimpan nomorku!” Anita lalu mengeluarkan smartphone terbarunya bermerek buah apple dari tasnya.
Sampai habis panggilan, belum juga di terima Manthis, Dessy minta Anita ulangi lagi. Anita pun mengiyakan. Sudah 3X Manthis ternyata tidak mengangkat juga telponnya, Anita akhirnya pasrah dan tidak lagi menelpon.
“Sabarrr dehhh…namanya juga arteeessss…!” olok Dessy tertawa, Anita hanya tersenyum mesem. Mobil merekapun mulai lancar jalannya, kedua wanita cantik ini bermaksud jalan-jalan ke mall memanfaatkan akhir pekan.
Tiba-tiba smartphone Anita berbunyi, saat dia melihat ternyata yang memanggil adalah Manthis, Anita pun memperlihatkan pada Dessy.
“Angkatlah..!” saran Dessy, Anita langsung mengangguk
“Hallooo…masih ingat ga dengan kaka?”
“Hai Kak Anita…maaf baru nelpon balik, tadi pas kaka nelpon aku lagi diwawancara beberapa wartawan infotaiment!” sahut Mathis di seberang telpon, speakernya sengaja di buka Anita agar Dessy ikut mendengar.
“Tak apa…lagi apa sekarang?”
“Mau kembali ke studio ka, aku akan latihan lagi, persiapan kami untuk show kelak di 100 kota di Indonesia!” jawab Manthis lagi.
“Wowww hebattt kamu Manthis, ini Ka Dessy, masih ingat kan, ehh pindah dong ke Vidcal!” sela Dessy.
“Boleh ka, ingat donkkk!” lalu telpon pun berpindah ke vidcal.
“Weessss…makin ganteng aja kamu sekarang!” puji Dessy, sambil menoleh ke smartphone yang memperlihatkan wajah tampan Manthis. Manthis sendiri saat itu lagi berada dalam mobil dan dia duduk di tengah, di depan ada Amang yang pegang setiran dan Nadu duduk di samping menemaninya.
“Kaka berdua juga tetap cantik!” Manthis tidak bohong, Anita dan Dessy yang saat itu hanya mengenakan kaos di padu jeans terlihat sangat modis dan cantik sekali, beda saat mereka berbaju kerja, rambut keduanya yang sama panjang juga tergerai di bahu.
“Yee mulai nakal yaaa…!” ceplos Anita sambil tertawa.
“Manthis, kapan dongk ajak kami makan malam, kamu sejak jadi artis ga pernah ngajak-ngajak kami makan?” Dessy kini menghentikan mobilnya karena sudah berada di parkiran mall.
“Malam ini gimana?” Manthis langsung merespon ajak Dessy.
“Oh yaaa…boleh di mana?” sambung Anita.
“Kaka berdua sebutin tempatnya, nanti aku nyusul!” sahut Manthis lagi.
“Oke dehh, nanti susul yaa, jam 7.30 malam…jangan telat yaaa!” Dessy lalu menyebutkan nama sebuah kafe yang merangkap restoran di bilangan Jakarta Selatan.
Manthis tanpa basa-basi langsung menyanggupi dan akhirnya mereka pun mengakhiri vidcal.
Dessy dan Anita kemudian beriringan masuk mall, saat kedua orang ini jalan, beberapa pasang mata para lelaki menatap langkah keduanya yang sangat anggun dan sama jelitanya ini.
Dessy sudah bertunangan dengan kekasihnya setelah lama kumpul bersama dan bulan depan akan menikah.
Sedangkan Anita baru 5 bulan yang lalu putus dengan kekasihnya, sama dengan Dessy, dia juga hidup bak suami istri dengan seorang pengusaha di sebuah apartemen yang dihadiahkan buat Anita.
Putusnya hubungan Anita dengan pacarnya tersebut, karena hubungan mereka hampir saja ketahuan istri sang pengusaha itu.
Anita akhirnya mengalah dan tak ingin merusak kebahagian keluarga mantan kekasihnya tersebut. Baik Dessy dan Anita bersahabat sejak sama-sama tergabung dengan sebuah agency model, setelah diterima kerja, Dessy di perusahaan property dan Anita di sebuah dealer mobil, keduanya resign dari agency model itu dan fokus ke pekerjaan saja lagi.
Tapi persahabatan mereka terus terjalin hingga saat ini, apalagi mereka sama-sama berasal dari daerah yang selalu mencetak gadis-gadis cantik, yakni Bandung, sehingga persahabatan mereka makin erat.
Keduanya juga selalu terbuka terkait hubungan asmara dengan kekasih, baik Desy maupun Anita kalau berduaan tak segan menceritakan hal yang sangat pribadi, termasuk selama ini sudah kumpul bersama dengan kekasih masing-masing, sampai hal yang bersifat detil pun keduanya tak sungkan saling terbuka.
*****
BERSAMBUNG
Manthis datang walaupun telat 15 menit dari jadwal yang sudah mereka sepakati. Baik Dessy maupun Anita ternyata tidak pulang sejak dari mall, mereka masih mengenakan baju kaos dan celana jeans ketat yang mereka pakai sejak siang tadi. Rupanya mereka betah juga berlama-lama di mall.Manthis pun ternyata sama, dia masih mengenakan baju kaos di padu jaket hitam, yang dia pakai saat latihan di studio music The Stollen’s.“Maaf aku telat, bukan karena sengaja lo yaa, tapi jalanan lumayan macet!” ucap Manthis sambil duduk di depan dua wanita jelita ini. sejak di parkiran Anita sudah memberi tahu Manthis di mana mereka menunggu di kafe yang tentu saja di ketahui Manthis letaknya.Rambut Manthis kini makin panjang, tapi di ikat ala cepol atau gaya rambut chonmage yang dulu sangat terkenal di jaman kerajaan Jepang, dan kini kembali populer di kalangan remaja dan anak muda, terlebih pesepakbola Real Madrid Gareth Bale selalu suka meniru gaya rambut itu.
Satu hari sebelum mereka berangkat ke Surabaya, album kedua mereka ‘Dara…di Sinilah Cinta Kita Bermula’ di rilis dan mulai di putar di youtube, radio-radio dan juga TV-TV music. Dan tepat seperti dugaan Ray, Ben dan John, lagu yang intronya di mulai dengan alunan lembut piano Manthis, lalu di susul raungan guitar Ben dan cabikan bass John serta di beri sentuhan sedikit drum Raymand ini langsung merajai topchart lagu-lagu di seluruh tanah air.Di youtube lagu ini sudah di tonton lebih dari 1 juta orang, hanya dalam tempo satu hari saja, albumnya pun meledak di mana-mana, walaupun tentu saja beda dengan penjualan album di masa lalu, karena kini sudah di jual melalui podcast-podcast yang menjamur dan tentu saja menjangkau hingga ke luar negeri.Bahkan hampir semua podcast meraup untung tak sedikit dengan lagu ini, karena selalu di putar berulang-ulang oleh pendengarnya, sehingga royalty ke produser Ogong Lee bak mencetak duit saja lagi.Setiap ha
“Duehhh weceee…Machicaaaa…kenapa yee pake handukann sihh, ehhh sapaaaa tuhh yang lagi buru-buru berpakaian?” Vene langsung tertawa dan bilang liat aja sendiri orangnya.Begitu Manthis keluar kamar, dia terperanjat saat melihat Jeje sudah ada di apartemen ini.“Ihh doskiiii…kirain siapaahhh, ehh mau keminong kok buru-buru amirrrr?”“Sorry Je, gue buru-buru ada latihan di studio!’ kata Manthis sedikit gugup, tak menyangka manejer Vena yang suka ngegibah ini ada di sini.“Ga usah bo’onggg dehhh, band kalian kan lagi cuti, emank studio yang mana?” Jeje langsung menarik tangan kekar Manthis. Vena yang meliat Jeje dan dan Manthis bicara, langsung permisi mau ke kamar mandi.“A-anu Je…mau latihan buat endorse nanti!”“Ssssttt…sini dehh!” Jeje pun lalu menarik tubuh Manthis kemudian berbisik, Manthis langsung kaget.&ld
Resepsi itu kelar pukul 11 malam, Manthis dan Vena turun panggung dan Ia akhirnya kembali istirahat ke kamarnya yang mewah dan sudah di bokingkan sang pengusaha ini. Belakangan Manthis baru tahu, kalau hotel ini milik sang pengusaha itu sendiri.Sementara Vena juga istirahat di kamarnya sendiri, sesaat sebelum masuk lift menuju kamarnya, Jeje sempat berbisik kalau malam ini Vena akan bersama sang pengusaha itu, Manthis hanya tersenyum mesem saja.“Tenanggg weceee…ga usah cimbikirrr gicuuuu yaaa…ntar ye sama Hana di Jakarta, tenang ajeee, eykee yang aturrr!” kata Jeje tertawa.Nadu dan Arman berbeda kamarnya, Manthis di kamar sendirian, setelah melepas pakaiannya Manthis pun ingin mandi, karena badannya sangat gerah, apalagi tadi saat nyanyi pipinya selain kena cubit, juga beberapa kali di cium para undangan.“Berendam di bathub segerr kali yaa,” kata Manthis seorang diri.Baru 30 menitan berendam, tiba-tiba tel
“Whatsss…jadi besok kamu mau ke Kalimantan show sayangg!” kata Sheila, saat Manthis bilang besok dia akan pergi.“Ga bisa di tunda yaa?” Manthis langsung menggeleng, dia bilang, karena ini menyangkut group band mereka yang telah mengangkat namanya, tidak ada alasan apapun dia tidak hadir dan show bersama The Stollen’s. Sheila akhirnya pasrah dan tidak melarang kekasihnya pergi besok.“Sayang…ada kabar baik, Adit setuju bercerai, tapi kami akan bercerai diam-diam, jadi sambil kelak bicara dengan ortu, kami masih serumah!” Sheila memeluk Manthis.Manthis memang pernah blak-blakan bilang, dia tak bisa terus menerus jadi orang ketiga dalam rumah tangga Sheila dan Adit.Keduanya kemudian tenggelam dalam kemesraan, sampai menjelang pagi, karena jam 9 pagi Manthis harus segera ke bandara untuk terbang ke Juanda, Surabaya, lanjut Bandara Syamsudinoor Banjarbaru.Di perjalanan menuju bandara, Amang men
Di balik kesuksesan luar biasa group band The Stollen’s dan kenapa Ray sering banget senewen kalau ada yang tak berkenan di hatinya, itu semuanya gara-gara persoalan orang tuanya. Alan Suhilin diam-diam ternyata memiliki WIL alias wanita idaman lain.WIL Alan Suhilin seorang perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit miliknya sendiri, kesibukan Rani sebagai bisnis women membuat Alan haus kasih sayang seorang wanita. Perkenalannya dengan Weni, seorang perawat yang umurnya hanya terpaut 3 tahun dari Ray, membuat Alan bak menemukan cinta baru lagi.Walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh, karena Alan sudah berusia 47 tahunan, sedangkan Weni baru jalan 24 tahun.Hubungan itu awalnya aman-aman saja, namun Alan tak bisa menyembunyikan lagi hubungannya dengan Weni, gara-gara keteledorannya sendiri, yakni kepergok Rani dia membeli membeli popok bayi di sebuah supermarket.Tentu ini pemandangan yang sangat aneh, seorang konglomerat membeli popok bayi d
Begitu sampai di hotel tempat mereka nginap, personel The Stollen’s bisa bernafas lega, karena penjagaan di hotel mereka lebih ketat, sehingga ratusan penggemar tak bisa merangsek masuk ke dalam area hotel, bahkan ke halaman hotel pun tak boleh, pihak hotel berkilah ini demi kenyamanan para tamu hotel lainnya.“Hebatt yahh kalian, punya penggemar fanatic gituhh?” puji Sonia.“Kamu beruntung lohh Sonia, bisa duduk dan ngobrol bareng kami yang di puja-puji…cucukkk dehhhh,” kata Ben bergaya kenes, hingga semuanya tertawa. Sonia makin suka bergaul dengan personel group ini. Padahal awalnya dia mengira mereka itu sombong dan angkuh, karena sedang berada di puncak popularitas.Ben, John dan Manthis langsung beristirahat di kamar masing-masing, Ray menemani Sonia di restoran yang terdapat di hotel itu, karena sopir Sonia masih dalam perjalanan.“Hebat kamu Sonia, masih muda udah punya usaha!” kata Ray.&ldq
Kata orang, kalau cinta sudah melekat, halangan jarak tidak akan menghalangi rintangan itu, diam-diam usai show di Manado, Ray menghilang satu hari. Manthis, Ben dan John sampai ketar-ketir kemana sang leader menghilang, sementara dua hari lagi mereka akan show di Kota Tomohon, setelah sukses show di Kota Manado.Kurang dari 3 jam sebelum show di mulai, Ray akhirnya nongol juga.“Gila loe bro, kemana saja ngilang, aku hampir jantungan tau!” sungut Ben.“Iya nihh, ngilang ko ga bilang-bilang,” sahut John yang sudah bersiap-siap tampil di panggung terbuka, di mana gemuruh suara penonton terus terdengar dari tadi, menunggu penampilan idola mereka ini.Ray hanya mesem-mesem saja dari tadi, dia memaklumi ketegangan semua personel dan juga anggota tim manajemen The Stollen’s.“Udah tenang aja, yang penting kita tampil maksimal malam ini,” Ray pun kini bersalin pakaian. Manthis menepuk bahu sahabatnya ini. &