"Ah, jadi memang begitu, ya?" Tatapan Daniel menajam. Tanpa melepaskan pandangannya dari Liora, ia merogoh ponselnya."Di mana ponsel istriku?""...""Hancurkan dan buang."Mata Liora melebar mendengar perintah tersebut. "Apa yang kau lakukan, Daniel?""Jadi, barang apa saja yang diberikan pria itu padamu? Apakah semua isi lemarimu?""Kau pikir aku pengeruk emas Samuel?" kesal Liora tersinggung."Baguslah kalau tidak." Ada peringatan dalam kepuasan tersebut. "Lakukan itu padaku."Liora terdiam mendengarkan penuturan tersebut. Ada keposesifan yang familiar dalam suara dan tatapan Daniel yang membuatnya membeku. Untuk sejenak, hanya sejenak. Liora merasakan dadanya berdebar halus ketika tatapannya dikunci oleh Daniel."Liora?" Suara panik Jenna muncul dari arah pintu segera memecah keheningan di antara keduanya. Wanita itu setengah berlari mendekati ranjang pasien, membekap mulut dengan mata yang berkaca-kaca melihat keadaan sang kakak. "Apa yang terjadi padamu?"Liora memaksa seulas se
"Kenapa kau mengatakan semua itu, Daniel?" Liora ingin berkata lebih dingin dan kasar. Namun yang keluar malah suaranya yang lirih dan lembut. Lihatlah, hanya rangkaian kata-kata itu saja sudah berhasil membuatnya tak berkutik seperti ini. Pria ini jelas sudah menguasai dirinya lebih banyak dari yang seharusnya.Daniel tak langsung menjawab. Menatap dalam dan lembut kedua mata Liora, mengunci dan tak membiarkan wanita itu melepaskan pandangan mereka yang saling bertaut. "Sebagai permintaan maaf?"Kening Liora berkerut. Seharusnya tak semudah ini memaafkan."Aku tak pernah baik-baik saja tanpamu, Liora. Tak pernah."Kesungguhan dan keseriusan dalam ucapan Daniel berhasil memyentuh hati Liora meski wanita itu ingin menolaknya. Tatapan pria itu terlalu hangat dan entah bagaimana, seolah hatinya pun merindukan tatapan tersebut untuknya."Apa yang kau lihat tak pernah seperti yang sesungguhnya. Sekarang, aku tak menginginkan apa pun lagi selain kau tetap berada di sisiku.""Kau tahu aku ta
Part 34 MembutuhkanmuPonsel Daniel bergetar bersamaan ketika membaringkan Liora di tempat tidur. “Istirahatlah,” ucapny sambil memperbaiki selimut untuk Liora. Kemudian berjalan ke dinding kaca dan mengangkat panggilannya.“Ada apa?”“Salah satu anak buah tuan Saito baru saja menyelinap ke ruang perawatan nyonya Lim.”Daniel mengembuskan napas kelegaan. Seperti firasatnya, anak buah kakeknya pasti akan datang. Paling cepat mala mini. “Semua seperti yang ada dalam rencana, kan?”“Ya, Tuan.”“Bagus. Lanjutkan seperti rencana,” pungkasnya mengakhiri panggilan. Berbalik dan menatap Liora yang masih belum memejamkan mata. “Kau belum tidur?”“Kau membawaku pulang selarit ini karena kakekmu?” Liora tak tahu kenapa harus mempertanyakan hal itu. Tetapi menjadi istri simpanan, ia tak mengira akan serumit dan semengganggu ini. Juga ada kekesalan yang menyelinap masuk ke dalam hatinya meski ia paham situasi ini juga demi Xiu.Daniel menatap kecewa yang terlintas di mata Liora. Mendesah pendek,
Wajah Daniel membeku membaca setiap laporan informasi yang diberikan oleh James siang itu. Setelah lebih dari seminggu, akhirnya anak buahnya itu berhasil menemukan siapa orang yang sengaja menabrak mobil Liora. Yang adalah salah satu suruhan Arata Saito.Kepucatan segera menggenapi wajah Daniel, pantas saja CCTV terkendali dengan baik. Sejak awal sang kakek sudah menyelidiki semuanya.“Apa yang harus saya lakukan, Tuan?”Daniel terdiam. Bukan pilihan yang tepat untuk melanjutkan kasus percobaan pembunuhan ini. “Lepaskan.”Kening Daniel berkerut dalam. Tampak berpikir keras. “Di mana Carissa?”“Nyonya sedang berbelanja.”Sudah pasti suasana hati Carissa sedang sangat baik. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Carissa.“Halo, suami. Merindukanku?” Suara bahagia Carissa menjawab dari seberang.“Kau tahu apa yang dilakukan kakek pada Liora?”“Apa?”“Kau mendengarku, Carissa,” tekan Daniel tak butuh basa basi.Carissa menghela napas panjang. “Hanya menebak. Kau tahu kakek semakin
Hening yang cukup lama. Liora masih membungkam."Kau pasti memiliki alasannya, kan?" Suara Daniel yang lembut membuat rasa bersalah di dada Liora semakin jelas."Kenapa kau menikahiku? Kau tahu aku tak membutuhkan tanggung jawabmu atas kehamilanku.""Kehamilanmu memang rencanaku sejak awal."Liora tersentak pelan. Menoleh ke samping dan tak peduli meski wajahnya akan menabrak wajah Daniel. Pernyataan pria itu jelas mengejutkannya.Daniel sedikit menarik wajahnya, merasakan kedua lengan Liora yang mendorongnya menjauh, tetapi ia tetap mempertahankan jarak sedekat mungkin di antara mereka."Apa?""Saat aku menyadari Jerome yang mulai mengendur perselingkuhan kita, dia malah menetapkan tanggal pertunangan yang begitu mendadak dan mempersiapkan pernikahan. Aku tak ingin hubungan ini berakhir begitu saja, Liora. Aku tak ingin kehilanganmu. Hari pernikahan kalina semakin dekat dan aku semakin gugup.""Aku menghitung jadwal haidmu untuk menentukan saat yang tepat menghamilimu seperti yang d
Liora menarik tubuhnya kembali ke tempat semula. Carissa bisa hamil atau tidak, sedang hamil atau tidak. Dan entah urusan apa yang ada di antara Daniel dan Carissa untuk bertemu dokter di klinik jelas bukan urusannya. Seketika ia menyadari bahwa bukan hanya dirinya istri Daniel. Carissa juga istri Daniel. Istri pertama Daniel malah. Ialah yang istri simpanan pria itu. Suasana hati Liora seketika berubah suram. Dan bukan karena ada rasa panas membakar dadanya. Yang bahkan ia sendiri tak tahu kenapa hatinya mendadak kesal. “Kau sudah bangun?” Daniel melangkah keluarga dari kamar mandi. Mendekati tempat tidur sambil mengusap rambutnya yang basah dan handuk melilit inggang. Liora mengangguk singkat, berusaha terlihat senormal mungkin tanpa menunjukkan perasaannya yang mendadak berombak. Kenapa ia harus terpengaruh dengan apa yang ada di antara Daniel dan Carissa. “Kau ingin makan atau membersihkan diri lebih dulu?” Liora menggeleng. “Kenapa?” Daniel terheran. “Aku hanya ingin kemb
Sebuah mobil menghantam bagian depan mobil. Tubuh Liora terhentak ke depan lalu terbanting ke jok. Belakang kepalanya membentur jok yang beruntungnya cukup empuk. Meski benturannya cukup keras, tetap tak cukup untuk membuatnya kesakitan. Mengerang pelan, kepala Liora tanpa sengaja berputar ke samping. Matanya melebar ketika melihat mobil yang melaju pelan di samping mobil mereka, kaca jendelanya perlahan tertutup. Dan sebelum benar-benar tertutup, ia bisa melihat pria yang duduk di balik kemudi. Wajah pria itu tampak familiar, dan ia tersentak kaget ketika mengingat siapa pria itu. Salah satu anak buah kakek Daniel yang pernah ia lihat di rumah Daniel pada hari itu. Jadi, kakek Daniellah yang berusaha melukainya? Apakah kecelakaannya beberapa minggu yang lalu juga perbuatan kakek Daniel? Itulah sebabnya Daniel tak mengatakan siapa pelaku dalam kecelakaannya? “Apakah Nyonya baik-baik saja?” Liora memutar kepala dan menatap ke arah sopir yang sudah menjulurkan kepala ke belakang, m
Jenna mengetuk pintu kamar Jenna, tanpa menunggu jawaban dari sang adik, ia membuka pintu. Menemukan sang adik yang duduk tertunduk di sofa panjang. Dengan kedua tangan menutupi wajah, terisak pelan. Liora duduk di samping dengan perlahan, memegang pundak Jenna dan membawa sang adik ke dalam pelukannya. "Shhh …" Liora mengusap kepala Jenna dengan lembut. Membiarkan sang adik menangis dalam pelukannya. Setelah beberapa saat dan Jenna berhasil meluapkan emosi dalam tangisannya, akhirnya sang adik mulai sedikit tenang. "Maaf." "Untuk apa kau minta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan. Kenapa kau tidak cerita padaku lebih awal?" Jenna menggeleng pelan. "Kau tahu Jerome tidak seperti itu, Jenna. Ini hanya kesalah pahaman." Jenna menggeleng. "Aku tidak salah paham. Sepertinya dia memang sudah muak denganku, Liora. Aku … aku tak tahu. Aku tak yakin apakah aku harus percaya padanya." Liora terdiam. Menghela napas panjang dan menggenggam kedua tangan sang adik. "Kau sudah bicara dengan