Khusus 21+ Sekuel 'Trapped by Hot CEO' Hobinya yang suka bermain wanita, membuat Daniel Lim jatuh terperangkap pada wanita tunangan sepupunya, Liora Shanaya dan bermain api. Hingga menghamili wanita itu dan ketika semua kedoknya terbongkar, ia dilempar dari perusahaan oleh sang sepupu dengan penuh pernghinaan. Tak sampai di situ, dengan dirinya yang jatuh bangkrut. Liora berselingkuh dengan pria lain dan membuat Daniel masuk ke penjara karena tak bisa menahan emosinya. Hingga ia berada di titik terendah hidupnya, kekuasaan sang kakek dari almarhum ibunya, yang sedang sekarat mengulurkan tangan ke arahnya. Daniel membalas uluran tangan sang kakek dan bangkit kembali. Membalas perbuatan buruk orang-orang di sekitarnya. Terutama wanita yang sudah mencampakkannya. Daniel bisa pastikan, Liora Shanaya akan mendapatkan hukuman yang paling buruk.
View MoreLiora membekap mulutnya, menatap nanar stik berwarna biru muda itu ke cermin. Seluruh tubuhnya gemetar, lututnya melemah dan terhuyung jatuh di dudukan toilet. Selesai sudah. Ia sudah menghancurkan masa depannya yang sudah dipenuhi kenyamanan dan keamanan. Semua rancangan masa depannya runtuh dengan kehadiran buah hati yang datang tidak tepat. Bagaimana ia harus memberi tahu Jerome?
Denting bel apartemennya berbunyi. Liora terperanjat kaget. Jerome? Dengan panik ia segera melompat berdiri. Mengambil testpack di wastafel dan melempar bukti dosa besarnya ke dalam tempat sampah. Sekilas mematut wajahnya di cermin untuk menyembunyikan kepucatannya. Setengah berlari keluar kamar dan menghampiri pintu apartemen. Menghela napas sejenak sebelum membuka pintu dan memasang seulas senyum.
Senyum itu hanya sekilas bertengger di bibir Liora, ketika pintu terbuka dan ia belum sempat bereaksi ketika tubuhnya didorong mundur. Oleh seseorang yang jelas bukan Jerome Lim, tunangannya.
Daniel langsung menangkap pinggang dan memenjara tubuh Liora di dinding. Menyambar lumatan panas di bibir Liora sebelum wanita itu sempat berkedip. Melahap rasa manis yang seperti candu, tangannya mulai bergerak menelusup ke balik pakaian Liora. Bersamaan lumatannya yang semakin dalam dan panas.
Kedua mata Liora membulat. Tubuhnya menggeliat, mengusir gairah Daniel yang mulai merambati dirinya. Kedua tangannya mendorong dada Daniel. Melemparkan tatapan tajamnya.
“Hentikan, Daniel. Jerome sebentar lagi datang,” sergah Liora.
Daniel hanya tersenyum, sama sekali tak terpengaruh dengan kalimat Liora. “Aku melihatnya masuk ke lift. Kita masih punya lima sampai sepuluh menit untuk bersenang-senang.”
Liora melotot, menyelinap keluar dari kedua lengan Daniel yang mengurungnya dan membuka pintu apartemen. “Sebaiknya kau keluar sekarang.”
Daniel malah bersandar di dinding, menyilangkan kedua tangan di depan dada dengan sikap santai. “Kau ingin melewatkan lima menit berharga kita begitu saja?”
“Cepat, Daniel. Jangan bercanda.” Liora mendelik penuh peringatan. Saat kepalanya bergerak ke arah luar sebagai isyarat pengusiran, tanpa sengaja pandangannya melihat pintu lift di ujung lorong terbuka dan Jerome muncul. Kontan ia melompat masuk dan mendorong pintu apartemen terbuka.
“Jerome, cepat sembunyi.”
Daniel memutar matanya, membiarkan Liora mendorong tubuhnya ke ruang tengah. Wanita itu tampak panik, sibuk mencarikannya tempat untuk bersembunyi. “Masuk ke kamar tamu, Daniel.”
Daniel menghela napas panjang, menuruti perintah Liora bukan karena takut pada sepupunya, tetapi karena kepucatan yang memenuhi permukaan wajah kekasih gelapnya tersebut.
Jantung Liora berdegup kencang, tepat ketika Daniel menghilang di balik pintu kamar tamu, pintu apartemennya terbuka dan Jerome melangkah masuk. Pria itu berhenti sejenak, menatapnya dengan kerutan tersamar di kening. Dengan napas tertahan, Liora memaksa seulas senyum sambutan untuk pria itu.
“Hai, sayang.” Liora mehampiri Jerome. Mengalungkan kedua lengan di leher Jerome. Namun ketika ia hendak menempelkan bibir, Jerome mengurai lengannya.
“Aku harus bergegas. Apa sekretarisku membawa pakaian gantiku?”
Liora melirikkan sudut matanya ke pintu kamar tamu sambil mengangguk. “Ya, ada di kamar.”
Jerome langsung melangkah melewati Liora.
“Aku akan menyiapkan secangkir kopi untukmu.”
Jerome tak menjawab dan menghilang di balik pintu.
Liora bergegas ke pintu kamar tamu. Daniel keluar. “Cepat, Daniel.”
Daniel kembali merapatkan tubuh mereka. Berusaha mencium bibir Liora.
“Lepaskan, Daniel.” Liora menggeliat dalam pelukan Daniel. Menatap panik ke arah pintu kamar tidurnya.
Daniel hanya terkekeh. Mengikuti arah tatapan Liora. “Tenang saja, baby.”
“Daniel!” delik Liora mendorong tubuh Daniel menjauh darinya ke arah ruang tamu. “Keluar.”
“Katakan kau mencintaiku.”
“Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu, baby.” Daniel tersenyum puas, mencuri lumatan kecil sebelum benar-benar melangkah pergi seperti keinginan Liora.
Liora bernapas lega setelah Daniel benar-benar lenyap di balik pintu apartemen, Ia bergegas ke dapur. Membuat secangkir kopi untuk Jerome. Saat ia keluar dari dapur, Jerome melangkah keluar dengan penampilan yang sudah lebih segar.
“Kau sudah selesai?” Liora menyodorkan cangkir kopi di nampan kepada Jerome.
Jerome berhenti. Selama tiga detik penuh pria itu menatap wajah Liora. Kemudian turun ke arah
Dengan tatapan sedatar itu, Liora merasa seakan Jerome tengah mencari sesuatu di wajahnya. Membuatnya menahan napas dengan waspada. “K-kenapa kau menatapku seperti itu? A-apa ada yang salah dengan wajahku?”
Segurat senyum tersamar di ujung bibir Jerome. Kemudian pria itu menggeleng.
Liora tak tahu apakah harus merasa lega atau tidak dengan jawaban Jerome. Tiga tahun menjadi kekasih dan dua tahun bertunangan dengan Jerome Lim, hingga detik ini ia tak pernah mampu meraba emosi pria itu lebih dalam.
“Aku harus pergi.” Jerome melangkah melewati Liora.
“Kopimu?”
Jerome tak menjawab.
Liora terdiam. Meletakkan nampan di meja terdekat dan melangkah mengejar Jerome ke pintu. “Jerome?”
Jerome berhenti, menoleh ke arah Liora.
Liora tampak gugup. Kedua tangannya di depan perut tampak saling terpaut. “Ada sesuatu yang perlu kubicarakan denganmu.”
Jerome mengangkat salah satu alisnya, tampak berpikir kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam metalik dari dompet dan menyodorkannya pada Liora. “Lakukan apa pun yang kauinginkan. Kau tahu aku sibuk mengurus pekerjaan untuk persiapan pernikahan kita, kan?”
Pandangan Liora turun ke arah tangan Jerome. menatap kartu itu sesaat dan mengambilnya. Memaksa seulas senyum di kedua bibirnya lalu mengangguk. Menyembunyikan kecewa yang menyelimuti hatinya.
Liora masih tertegun di depan pintu apartemen selepas kepergian Jerome. Menatap kartu hitam di tangannya, meremas kartu tersebut dan satu tangannya menyentuh perutnya yang masih rata.
Raut Jenna tampak berantakan ketika Liora menemui wanita itu di ruang tengah. Dengan Axel dan Alexa yang berada dalam pangkuang sang mama. Jenna tampak kewalahan memegang si kembar yang merengek dengan kedua tangan. Membuat Liora bergegas mengambil alih Alexa dan menenangkan bocah mungil tersebut, dengan begitu Jenna lebih mudah menenangkan Axel. Setelah beberapa saat kemudian setelah si kembar lebih tenang dan bersama pengasuh Xiu di kamar Xiu, Liora dan Jenna duduk di kursi pantry dengan gelas berisi jus untuk masing-masing. “Di mana Jerome?” Liora memulai pembicaraan lebih dulu. “Di kantor.” “Apa Jerome tahu kau di sini?” “Belum.” Jenna mengangkat pergelangan tangannya. “Sepertinya sebentar lagi akan datang.” “Kau bertengkar dengannya?” Jenna menggeleng, tetapi kemudian mengangguk. “Keberadaan Juna benar-benar mempengaruhi hubunganku dan Jerome.” Liora mendesah pelan. Pria itu tak hanya menargetkan dirinya untuk balas dendam, tetapi juga pada Jenna. Tetapi mereka pun tak b
Daniel menggeram dengan wajah yang menggelap. Kedua tangannya terkepal kuat dan tubuhnya siap melayang ke arah Juna. Tubuhnya sudah menghambur ke arah Juna sebelum Liora mendorong tubuhnya dan menghadang kemurkaan yang siap diluapkan. “Kita pergi, Daniel,” bisik Liora menahan kedua lengan sang suami dengan sekuat tenaga. Daniel menggeram tak setuju. Satu-satunya hal yang diinginkannya hanyalah meninju wajah Juna yang dengan lancangnya menyentuh Liora. Dan semakin berang bukan main ketika menangkan seringai di ujung bibir pria itu. Salah satu tangan Juna bergerak naik menyentuh bibir bagian bawah dengan ujung ibu jari. Sambil terkekeh, Juna bergumam pelan, “Well, mungkin inilah yang dirasakan Jerome ketika memergoki kalian berselingkuh di belakangnya. Jangan terlalu mengambil hati, Daniel.” “Tutup mulutmu, Juna,” sentak Liora menyangkal. “Kita pergi.” “Dengarkan istrimu, Daniel.” Tentu saja Juna tak mengindahkan kata-kata peringatan Liora. Kali ini juga menjilat bibir bagian bawahn
Ya, apartemennya memang bukan apartemen mewah seperti milik Daniel. Yang ia yakin keamanannya masih bisa diterobos oleh Juna menggunakan Lim sebagai nama belakang pria itu. ‘Kau ingin aku mengirim foto ini pada mantan selingkuhan yang kau bilang suami itu? Mata Liora terpejam, hanya sesaat rasanya hubungannya dan Daniel baru saja membaik, dan sekarang kenapa harus direcoki oleh hal semacam ini. Seolah belum cukup ia harus membayar dosanya di masa lalu. Liora memutuskan tak menggubris pesa n tersebut. Menghapus chat tersebut dan meletakkan ponselnya kembali ke meja kemudian berjalan ke dapur menyiapkan makanan untuk Daniel. Ia baru saja selesai menyeduh coklat hangat ketika Daniel muncul dan langsung duduk di kursi pantry. “Kau memasak?” tanya pria itu. “Sudah kubilang aku akan mengurusnya …” Liora menggeleng. Meletakkan piring berisi dada ayam panggang yang sudah ia hangatkan. “Tadi sore Jenna menyuruh orang mengirimnya.” Daniel hanya mengangguk. “Besok aku akan meminta pelayan
“Hai, apa yang kau pikirkan?” Daniel menyentuh pundak Liora yang tampak melamun di depan cermin wastafel. Liora menoleh, memegang lengan Daniel dan memberikan seulas senyum tipis. Membiarkan tubuhnya dipeluk dari belakang. “Sepertinya ada sesuatu yang menggelisahkanmu.” “Hanya sedikit kekhawatiran.” Liora tak sepenuhnya berbohong. Sejak pulang dari rumah Jerome, pikirannya masih dipenuhi oleh Juna. Keseriusan pria itu tampaknya tak bisa ia abaikan begitu saja. “Tentang?” Daniel mencium pipi Liora dan sisi wajahnya dirangkum oleh telapak tangan wanita itu sedangkan pandangan mereka bertemu di cermin. Liota tak langsung menjawab. Tak yakin apakah harus membicarakan hal tersebut pada Daniel tentang apa yang dilakukannya pada Juna untuk menyelamatkan hidupnya saat itu dari Jerome. Tapi, setidaknya ia perlu tahu lebih dalam tentang Juna, kan? “Apa kau mengenal Juna?” “Juna? Julian?” Liora mengangguk, mengamati lekat-lekat ekspresi di wajah Daniel. Kening pria itu berkerut tipis, ta
"Hai." Liora berhasil menangkap lengan Samuel. Membuat tubuh pria itu menghadapnya. "Ada apa?" "Liora." Suara Samuel terdengar begitu sendu, dengan kedua mata yang mulai digenangi air mata. Menatap Liora dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya. "Alicia. Kening Liora berkerut. Belum pernah Samuel mengucapkan nama Alicia dengan nada sesedih ini. "Ada apa dengan Alicia?" "Dia nyaris mati karena kehabisan darah," jawab Samuel dalam isak tangisnya. "D-dia … dia hamil dan keguguran." Liora terkesiap kaget, sebagai seorang ibu tentu saja ia bisa merasakan kehilangan itu. Telapak tangannya mengelus punggung Samuel. Menyalurkan dukungan dan semangat dengan tulus. "Sshhh, semuanya akan baik-baik saja." "Aku bahkan tak tahu kalau dia sedang hamil. Dia tak mengatakannya padaku." Ada rasa bersalah di hati Liora akan keberadaannya di antara hubungan Alicia dan Samuel. "Maafkan aku." "Tidak, Liora. Kau tak bersalah. Akulah yang paling bersalah. A-aku … seharusnya aku lebih memperhatikan Al
Liora keluar dari ruangan Arata Saito dengan senyum samar yang menghiasi ujung bibirnya. Tentu saja ia tak akan kalah tanpa melakukan apapun. Arti Daniel bagi Arata Saito jelas lebih besar ketimbang Carissa atau kerajaan bisnis ini. Sejujurnya ia tak mengharap lebih, ia pun bisa hidup dengan Daniel tanpa bayang-bayang Arata Saito. Ditambah arti Arata tak lebih besar dari dirinya dan Xiu, juga anak dalam kandungannya bagi Daniel. Ia bisa membanggakan diri untuk yang satu itu. Huffttt, setidaknya satu masalah sudah tertangani. Berkat bantuan dari Jerome. Ya, kemarin ia menghubungi Jerome untuk mencari tahu tentang hubungan Arata Saito dan kedua orang tua Daniel, yang ternyata memang tidak baik seperti perkiraannya. “Ck, ck, ck.” Suara decakan mengejek dari arah depan menghentikan Liora yang baru saja akan masuk ke dalam lift. Carissa dengan kedua lengan bersilang dada, mengamati Liora dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan merendahkan. “Apa yang sedang dilakukan istri sim
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments