Beranda / Romansa / After That Night / HMT 6 - MUSISI JALANAN

Share

HMT 6 - MUSISI JALANAN

Penulis: Dewa Amour
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 22:57:58

Cinta itu tak berupa tatapan satu sama lain, tetapi memandang keluar bersama ke arah yang sama.

   ~B.J. Habibie~

***

Darren sedang duduk di ruangan kerjanya, dengan satu tangan menopang dagunya. Di mejanya tampak setumpuk berkas menunggu jamahan tangannya. Namun entah kenapa hari ini pikirannya sangat kacau, yang ada di sana hanya Angela, Angela dan Angela. Bagaimana keadaan kekasihnya itu sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Ah, Darren sungguh sangat gelisah memikirkannya.

Jeremy dan Lusiana, dua orang staf yang dari tadi berdiri di depannya hanya bisa saling pandang bingung, karena Darren masih asik termenung dan tak juga menyentuh berkas-berkas yang mereka bawa. Ini tak bisa dibiarkan! Beberapa Clien penting akan segera datang, dan CEO mereka malah asik dengan fantasinya. Jeremy menggelengkan kepalanya.

"Bos," tukas Jeremy cukup membuat Darren tersentak, dia segera menurunkan tangannya dari dagunya lantas menengadah pada pria yang sedang berdiri di seberang mejanya itu. Darren tampak linglung seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya.

"Oh iya, ada apa ini? Kenapa kalian ada di sini?" pertanyaan macam apa itu? Jeremy menoleh pada Lusiana yang sedang mengulum senyumnya. Tampaknya Bos mereka itu benar-benar baru terbangun dari mimpinya sampai-sampai dia lupa jika dirinya dan Lusiana sudah berdiri sekitar lima belas menit, menunggunya untuk menandatangi beberapa berkas yang mereka bawa.

"Bos, kami datang untuk meminta tanda tanganmu. Proyek baru kita akan segera diresmikan lusa nanti, dan beberapa Clien penting dari Jerman akan datang siang ini," jawab Jeremy yang terpaksa mengulang ucapannya yang sebenarnya sudah ia ucapkan lima belas menit yang lalu.

Darren mengangguk, dia segera menyentuh beberapa berkas di depannya, dan memusatkan netranya untuk memeriksa semuanya. Jeremy menoleh pada Lusiana lagi, dan wanita itu memberinya senyuman masam.

Jemari putih Darren segera meraih sebuah bolpoint favoritnya yang bertandang manis di mejanya. bolpoint yang di belikan Angela saat mereka berlibur di Beijing dua bulan yang lalu. Bolpoint dengan warna gold dan terasa sangat nyaman saat digenggam itu di produksi oleh perusahaan alat tulis ternama di Beijing, China.

Angela membelikan bolpoint itu sebagai hadiah atas keberhasilan Darren yang telah memenangkan sebuah proyek besar kala itu. Bolpoint ringan dengan warna gold itu ia beli dengan harga 10 ribu dolar. Harga yang cukup mahal hanya untuk sebuah bolpoint, namun Darren memang menyukai barang-barang yang bernilai. Untuk membeli sehelai dasi pun dia rela mengeluarkan ribuan dolar, bahkan jutaan.

"Ada lagi?" tanya Darren sembari menanggah pada  Jeremy.

"Tak ada bos, namun sebaiknya anda bersiap-siap karena para Clien dari Jerman itu sudah memasuki lobi kantor," jawab Jeremy dengan wajah sedikit cemas.

Darren mengangguk, tangannya masih menggenggam bolpointnya.

"Baiklah, kami permisi." Jeremy dan Lusiana segera pergi sambil membawa berkas-berkas yang baru saja Darren tanda tangani.

Darren menghela napas dan bersandar pada sandaran bangkunya. Dipandanginya bolpoint yang sedang ia pegang. Angela, dimana dirimu? Raungnya dalam hati.

***

Sang surya mulai mencondongkan sinarnya ke upuk barat bertanda hari mulai petang. Di tepi jalan tampak seorang pria musisi jalanan yang sedang memainkan biolanya sambil bersenandung dengan bahasa Mexico yang pasih. Alunan musiknya sangat merdu dan syahdu, bahkan mendayu-dayu di telinga Xavia yang baru saja melintas di depannya dengan mobilnya.

Xavia menoleh dari tepi jendela mobilnya, dia meminta sang sopir untuk berhenti sejenak. Dia ingin menghampiri musisi jalanan itu. Setelah mobil Limosin putih itu menepi, Xavia segera keluar di susul dua orang pria berpakaian rapi, mungkin pengawalnya. Mereka berjalan di belakang Xavia sambil pasang badan dan wajah sangarnya.

Xavia tersenyum hangat pada musisi jalanan itu. Usia pria itu sekitar 40 tahun, penampilannya sangat lusuh. Sepertinya pria itu bukan warga asli New York. Gurat wajahnya lebih mirip orang Mexico, pantas lagu yang dia mainkan pun menggunakan bahasa Mexico. Pria itu tersenyum padanya lalu sedikit membungkuk tanpa melepaskan biola yang bertandang di bahu kirinya.

"Sore, Tuan." Xavia menyapanya

"Sore, Nona." pria itu menjawab dengan ramah dan hormat.

Xavia tersenyum sebelum berkata, "Aku sangat menyukai lagumu, Tuan. Apakah kau orang Mexico?"

"Benar, Nona."

"Waw, aku sangat menyukai Mexico. Sewaktu kecil ayahku pernah mengajakku ke sana. Negaramu sangat indah, Tuan." Xavia tampak sangat senang. Pria itu merasa terharu mendengarnya.

"Terimakasi, Nona. Namun sudah lama sekali aku tak bisa kembali ke negaraku," ucap pria itu tampak sedih. Xavia menatapnya heran.

"Kenapa?" tanyanya.

Pria itu terdiam sejenak lalu berkata, "Aku tak punya uang untuk kembali, bahkan visa-ku ikut hilang di rampas perampok jalanan. Hanya biola ini yang aku miliki sekarang," 

Xavia membungkam mulutnya menahan tangisnya, matanya berkaca-kaca menatap pria itu. Benar, tak semua orang bernasib baik sepertinya. Pria ini tampak begitu memprihatinkan, namun dia sangat berbakat.

"Tuan, datanglah ke kantor ayahku. Aku akan membantumu untuk bisa kembali ke negaramu." Xavia menyodorkan sebuah kartu nama yang diraihnya dari dalam tas bredeetnya pada pria lusuh di depannya itu.

"Terimakasi, Nona." pria itu menerimanya tampak berbinar.

Xavia mengangguk sambil mengusap kedua pipinya kemudian dia kembali merogoh pada tas mewah yang dipegangnya itu.

"Tuan, terimalah ini." Xavia menyodorkan sejumlah uang yang cukup banyak. Sejenak pria itu dibuatnya tertegum.

"Nona, ini terlalu banyak untukku," ucap pria itu tampak ragu, namun berharap. Xavia tersenyum

"Ambilah, ini rizkimu petang ini," ucap Xavia dengan sorotnya matanya yang tulus.

Pria itu tersenyum dan menerimanya.

Siapa sangka apa yang sedang Xavia lakukan di tepi jalan itu tertangkap oleh netra Darren yang kebetulan sedang berdiri di tepi jendela ruang meeting yang ada di lantai 5 kantornya. Sembari memegang gelas winenya pria itu mengulas senyum kagum atas apa yang dilihatnya di bawah sana.

Bersambung..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • After That Night   HMT 51 - MARI BERCINTA [ END ]

    Darren tampak sedang berdiri di tepi jendela kamarnya. Nyonya Hawk baru saja memasuki kamar. Sedikit canggung dan cemas pada Darren yang dari kemarin tak mau lagi bicara padanya."Tinggalkan kamarku, Ma!" perintah Darren tanpa mau menoleh."Sayang, aku tahu kau sangat marah padaku. Namun, alangkah baiknya bila kau jemput Xavia kembali. Bawalah calon menantu Mama itu pulang, Darren." Nyonya Hawk bicara dengan suaranya yang serak."Dimana Xavia sekarang?" tanya Darren. Dia menoleh pada wanita di belakangnya itu."Paris. Xavia ada di Paris. Di apartemennya yang dulu," jawab Nyonya Hawk lirih.Darren segera mendekatinya, lantas memeluk tubuh tinggi ibunya itu. Nyonya Hawk menangis dalam pelukan Darren. Sedangkan Tuan Hardin Hawk hanya memandangi mereka dari ambang pintu dengan terharu.***Pukul 21:00 waktu Perancis.Xavia sedang bersiap untuk tidur. Tubuhnya sangat kelelahan karena jadwal pemotretannya yang mulai padat. Terleb

  • After That Night   HMT 50 - PERNIKAHAN DARREN

    Hari berikutnya Nyonya Hawk, Darren dan Xavia tiba di New York. Darren sangat senang karena ternyata ibunya sudah menyiapkan pesta pernikahan untuknya. Sedangkan Xavia sangat sedih, karena Darren akan segera menikah dengan Julie.Julie sendiri sudah berada di rumah orang tua Darren. Hanya saja Nyonya Hawk melarang gadis itu untuk menunjukkan wajahnya di hadapan Darren sebelum pernikahan.Nyonya Hawk tahu, pasti Darren takkan mau menikahi Julie jika mengetahui semua ini lebih awal. Sedangkan Xavia sendiri akan kembali ke Paris esok pagi."Ayo Darren. Kau dan Xavia harus beristirahat, bukan?" tukas Nyonya Hawk segera menggiring Darren dan Xavia menuju tengah rumah.Darren mengulas senyum melihat banyak pelayan yang sedang menatata ruang tengah rumahnya itu. Pasti akan ada pesta yang meriah di sini besok malam, pikirnya.Wajahnya menoleh pada Xavia. Namun gadis itu tampak tidak senang melihat semua persiapan ini.Ada apa dengan Xavia? Kenapa dia

  • After That Night   HMT 49 - AFTER WAKE UP

    Nyonya Hawk menyeka titik kecil yang ingin terjatuh dari sudut matanya. Kenapa ini sangat sakit baginya. Apa yang harus ia katakan pada Darren saat puteranya itu tersadar nanti. Kenyataannya Darren harus menikahi Julie, karena wanita itu telah menyelamatkan nyawanya. Dan si brengsek itu meminta syarat yang sangat konyol; menikahinya."Xavia," lirih Nyonya Hawk. Tangannya terulur pada bahu mungil Xavia. Meremasnya, menguatkan gadis itu yang mulai menitikan air matanya."Ma, jangan katakan apa pun pada Darren. Biarkan Darren mengetahuinya saat dia sudah menikahi Julie. Kumohon," lirih Xavia sembari menatap bola mata kebiruan Nyonya Hawk. Penuh harap dan sedih.Nyonya Hawk hanya mengangguk. Wajah putihnya berubah merah menahan tangis. Dia segera meraih Xavia dalam pelukannya. Xavia pun menangis sejadinya. Mungkin ini akhir kisahnya dengan Darren. Pria tampan yang sangat ia cintai. Nyatanya Young Master Hawk memang bukan tercipta untuknya.Julie hanya memalin

  • After That Night   HMT 48 - SYARAT DARI JULIE

    PLAAKK!!Tamparan keras mendarat pada pipi kiri Julie. Nyonya Hawk menatapnya tajam, dengan kedua bahunya yang turun naik menahan emosi. Sepertinya tamparan itu cukup menegaskan; apa kedudukkan wanita di hadapannya itu, sampai-sampai dia berani mengatakan hal konyol tadi.Meminta Darren menikahinya? Dasar sinting! Nyonya Hawk tampak sangat murka pada Julie. Sedangkan Xavia hanya membungkam mulutnya kaget. Dia tak menyangka Nyonya Hawk semarah itu pada Julie.Sejujurnya ia pun sangat kesal mendengar tutur wanita itu. Namun ini bukan saatnya untuk berdebat. Darren sedang kritis sekarang, dia sangat membutuhkan tranfusi darah itu.Julie menatap Nyonya Hawk dengan wajah merah memanas. Dia menoleh seketika pada dokter yang sedang berdiri di sampingnya. Wanita dengan stelan serba hijau itu hanya menunduk tak nyaman atas pandangan Julie padanya."Beraninya kau mengatakan hal bodoh seperti itu. Kau pikir siapa dirimu ini? Apa kau pantas untuk puterak

  • After That Night   HMT 47 - DARREN KRITIS

    Darren segera bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki. Dia segera mencengkeram bahu Aaron dari belakang, lantas menariknya agar menjauh dari Xavia."Beraninya kau menyentuh Xavia! Rasakan ini, brengsek!" Darren menghajar Aaron dengan kepalan kekar tangannya.Seketika pria itu pun tersungkur menubruk meja rias di sana. Sedangkan Xavia segera bangkit dan berlari menuju pintu keluar untuk mencari pertolongan.Namun ternyata di luar sangat sepi. Kemana semua orang-orang yang tadi sedang berpesta di sini? Pikir Xavia bingung. Dia pun segera berlari menuju gerbang tempat kontruksi itu. Ya, dia mendengar suara sirine polisi. Pasti itu Jeremy bersama para polisi, pikir Xavia.Langkah kecil setengah berlari, Xavia segera mencegat mobil polisi itu."Berhenti! Kumohon tolong Darren-ku!" teriak Xavia sambil melambaikan tangannya."Nona Price?!" Jeremy segera menepikan mobilnya. Dia keluar dan langsung berlari menuju Xavia."Nona Price, dimana Bos?"

  • After That Night   HMT 46 - MENYELAMATKAN XAVIA

    Darren sangat ingin mengejar mobil Aaron yang membawa Xavia pergi. Dia sangat mencemaskan kekasihnya itu. Tentu saja. Namun para bandit itu tak henti memberinya pukulan demi pukulan. Tidak, keselamatan Xavia jauh lebih penting!Dengan sisa tenaga yang Darren miliki. Dia segera bangkit berlari menuju mobilnya. Bagaimanapun dia harus menyelamatkan Xavia."Hei, pengecut! Rupanya kau mau lari seperti seekor tikus betina, hah?!" teriak salah satu dari para bandit itu.Darren tak perduli, yang terpenting adalah Xavia. Dia pun bergegas memasuki mobilnya."Hei, pengecut!" teriak pria itu lagi, sedangkan Darren sudah mulai melajukan mobilnya."Tangkap dia, bodoh! Jangan sampai lolos! Kita habisi dia!" teriaknya lagi pada semua orang-orangnya.Mereka pun berusaha menghadang mobil Darren beramai-ramai. Darren mulai kesal, dia segera menambah kecepatan dan menabrak beberapa pria yang menghadangnya itu."Shit!""Kejar dia. Cepat!"Para b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status