Share

15. Era Baru

Author: Etna.S
last update Huling Na-update: 2021-07-25 23:20:38

"Lihat, dia memberikan aku kuasa penuh atas rumah ini." Rhea bersolek penuh kemenangan. Karna tersenyum kecut, lalu menggelandang pergi.

Para pelayan saling berkomunikasi dalam diam. Tampaknya berita yang beredar di sudut-sudut rumah tentang majikannya sangat mencintai Rhea itu benar. Para pelayan berusia muda diam-diam iri dengan si aktris yang berhasil menaklukkan seorang Hansa Adiwinata.

"Jadi, aku menginginkan semua pegawai di rumah ini untuk berkumpul satu jam kemudian. Diluar." Perintahnya.

Mereka mengangguk. 

Rhea menatap Mia yang masih berdiri di sudut. "Kau," tunjuknya. "Jika kau begitu tidak punya kesibukan hingga selalu kesini, kau bisa mulai menulis surat lamaranmu."

Dia berdiri dan menepuk-nepuk piyamanya dalam rangka untuk meluruskan. 

"Bersihkan kekacauan ini." 

Pada akhirnya dia memanggil Rani dan Sinta untuk memindahkan pakaian di kopernya ke lemari. Itu juga membuat Rhea baru sadar kalau lemari pakaiannya penuh dengan pakaian-pakaian baru bahkan hingga ke pakaian dalamnya.

Rhea memerah ketika melihat sekumpulan celana dalam dan bra berenda dengan warna masing-masing sepasang. Dia mencoba untuk tidak berpikir bagaimana Hansa bisa mengetahui ukurannya, mungkin ibunya yang memberitahunya. Ibunya selalu mencoba membuat kemajuan dalam hubungan mereka.

Dia telah memecat mereka keluar dan dia akhirnya bisa melakukan rutinitas paginya seperti biasa yang sedikit terlambat dari jadwal. Mandi singkat dan melakukan perawatan wajah, semuanya Rhea lakukan sambil menyenandungkan lagu favoritnya.

Jam sembilan pagi, Rhea telah duduk menegakkan diri di kursi depan teras dengan penampilan segar. Ia memakai dres selutut berwarna merah polkadot yang nyaman. Meski pakaian yang ia pilih sederhana, dia tetap memancarkan eleganitas yang langka. Dengan aura seperti itu, dia bisa dengan mudah menjadi model di tempat apapun.

Dia menyilangkan kaki, memangku ipad di pangkuannya. Sekitar lima langkah didepannya para pengurus rumah yang Rhea total jumlahnya 17 berdiri dalam barisan. Jumlah yang lumayan mengingat penghuni rumah ini hanya Hansa seorang. Dua, jika ia menambahkan dirinya sekarang. Juga, rupanya Mia telah meninggalkan rumah, yang memang seharusnya dia lakukan lebih cepat.

"Kalian pasti sudah tahu bahwa aku ingin membangun taman. Taman bunga." Ia berbicara. "Sekarang, aku tidak ingin hanya membangun taman. Tapi ingin mengubah seluruh tatanan rumah ini."

Para pelayan menahan napas kaget dan penuh kebingungan. Mereka menunggu instruksi lanjutan.

"Dimulai dari ruang tamu, aku akan memilih furnitur baru lewat ini, " Dia menunjuk gadgets di pangkuannya. "- dan kalian aku tugaskan untuk menyingkirkan semua barang lama." Dia menyuruh lima pelayan didepannya. "Yang lain, mulai mempersiapkan tanah untuk penanaman. Semuanya, segera bekerja."

"Siap, nyonya."

Selepas pembubaran, Rhea menyenderkan sikunya ke meja disampingnya. Ipadnya  diletakkan di atasnya, sedang tangan lain memegang cangkir teh hijau kesukaannya. Dia menyesapnya secara perlahan.

Dia kemudian mulai membuka ipadnya dan memulai berbelanja furnitur. Hansa telah memberikan akses keuangannya. Dan sebanyak barang yang ingin ia beli hari ini, jumlah seperti itu tidak akan membuatnya bangkrut. Lagipula, ini untuk rumah Hansa sendiri.

Email yang masuk mengalihkan perhatiannya. Terlebih melihat nama pengirimnya, Beautifullife, dia segera membukanya.

Dia memiliki teman pena. Dia menemukannya secara tidak sengaja dalam diskusi daring mengenai bunga. Tentu Rhea menggunakan identitas palsu. Secara mengejutkan diskusi itu berlanjut hingga saling tukar menukar email dan voila.. dia mendapat teman pena yang terkadang memberi info mengenai hal yang berbau bunga dan hidupnya. Agar semakin menarik, Rhea dan teman penanya itu telah berjanji untuk tidak mengekspos identitas aslinya masing-masing. Beautifullife, nama palsu teman penanya tinggal di Kanada tetapi dia pernah menulis kalau dia orang Indonesia. Rhea tidak peduli, dia juga bilang kepadanya kalau dia orang Indonesia tanpa memberitahu provinsi dan alamat spesifik lainnya.

Seperti yang dia duga, temannya itu memberikan link artikel tentang bunga-bunga eksotis dan cara menanamnya di lingkungan tropis. Itu membantunya untuk memilih bunga apa yang ia tanam nanti. Dia memutuskan untuk menunda membalasnya, dia punya banyak kegiatan hari ini dan membalas email bisa ia lakukan nanti.

***

Alih-alih pulang ke rumahnya, Karna memilih untuk menggerakkan mobilnya ke alamat perusahaan Prisma berada. Dia berdiam diri sejenak setelah memarkir mobilnya di parkiran bawah tanah. Sengaja mengacak-acak rambutnya, ingin menonjolkan pelipisnya yang lebam. Dia mengangkat tangan kirinya yang terbungkus perban. Setelah semua dirasa ok, dia baru keluar.

Jeremy dan kedua sekretaris CEO yang sedang duduk dan bekerja tepat di luar kantor bosnya menoleh kearah lift saat mendengar dentingan. Tidak ada yang datang langsung ke lantai enam puluh selain mereka, bosnya, dan orang-orang yang membuat janji temu terlebih dahulu. Pintu terbuka, menampilkan Karna Adiwinata yang berpenampilan kacau berjalan dengan kepercayaan diri seperti biasa ke ruangan bosnya.

Hansa terkurung dalam kursi dan meja kerjanya, sibuk seperti biasa. Dia tengah menandatangani tumpukan pekerjaannya yang menggunung ketika dia mendengar bunyi khas pintu dibuka. Dia mendongak dan melihat sepupunya berdiri didepannya dengan penampilan terburuknya.

"Kau tahu siapa yang membuatku seperti ini?" Karna berkata. Ia memperlihatkan tangannya dan menunjuk lebam di dahinya.

"Rhea! Ini Rhea! Dia bahkan menamparku dua kali!" Rajuknya ketika Hansa hanya memandangnya dengan tatapan datar seperti biasa.

"Oh, dia memang istri yang tangguh." Komentar Hansa. Dia kembali tertuju ke dokumen di mejanya dan mengacuhkan Karna yang membuat wajah merajuk.

"Aku masih tidak mengerti kenapa kamu menikahinya! Ada banyak wanita yang lebih baik di luaran sana tetapi kamu memilih menikahi wanita bengis dan kasar!" Ia meminta penjelasan.

Pena ditangannya berhenti bergerak. Hansa menatapnya tajam. "Satu kata buruk lagi tentang istriku, aku akan memutuskan semua hubungan denganmu termasuk akses masuk ke perusahaan ini." Katanya tegas.

Karna tergagap di tempat. Bukan kalimat itu yang dia inginkan dari bibir Hansa. Dia ingin Hansa memarahi istrinya. Apakah... Apakah sekarang kedudukannya di mata Hansa berada di bawah Rhea?! Tidak! Itu tidak boleh! Siapa itu Rhea? Dia hanya orang asing dalam klan Adiwinata. 

Karna dengan kesal duduk di sofa yang tersedia dan dengan cemberut menatap sepupunya yang kembali menjadi orang tabah dan serius di kursi kerjanya.

Benar, Hansa selalu sibuk. Dia tidak akan punya waktu untuk berkenalan dengan si aktris. Hansa tidak dekat dengan industri hiburan dan yang paling penting, pernikahan mereka seharusnya akan menjadi pernikahan Rhea dengan pacarnya, bukan Hansa.

Karna mendengus. Kenapa selingkuhan pacarnya Rhea bisa hadir dan mengacau di hari pernikahan? Ini tampak tidak masuk akal untuk menjadi nyata dan adegan selanjutnya bahkan hampir mustahil untuk semacam kenyataan, ini lebih tampak seperti skenario film atau variety show. Tapi di dunia nyata? Karna meragukannya.

Kenapa? Dia mengenal karakter Hansa secara matang. Hansa ini tipe-tipe orang yang memiliki perencanaan tinggi dengan otak bisnisnya, sehingga setiap apapun yang ia lakukan harus melalui kalkulasi yang panjang. Karna sangsi ketika keputusan gila Rhea diatas altar, Hansa kemudian mengajukan diri. Dipikir-pikir dari sisi Hansa, menikahi Rhea  tidak membawa manfaat apapun. Lalu kenapa Hansa masih melakukannya?

Cinta sejati? Karna akan berlari telanjang mengitari rumah Hansa jika alasan Hansa adalah cinta sejati. Jika sekedar cinta biasa, Karna masih percaya karena pasti semua orang punya. Tapi cinta sejati? Jenis cinta yang akan membuatmu sampai berpikir irasional dan pengabdian penuh kepada yang dicinta? Tidak. Orang seperti Hansa ini sudah dipastikan tidak bisa terjebak dalam jeratan budak cinta. Jadi bayangkan keterkejutannya ketika melihat tayangan yang menginfokan sepupunya menikah di portal berita. Karna menunggu untuk berita klarifikasi hanya untuk menyadari berita itu bukan kesalahan terbit.

"Kau tahu, aku sangat penasaran kenapa kamu mengorbankan diri untuk menikahinya." Pancingnya.

Hansa tetap bergeming dan menghiraukannya.

"Pasti ada kunci disini. Kunci yang membuat Hansa Adiwinata tampak terikat dengan Rhea." Karna memutuskan untuk bermonolog. "Cinta pertama? Kekasih masa kecil?" Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak mungkin." Putusnya.

Lalu ada alasan absurd yang terbentuk di kepalanya. Itu tampak menggelikan dan bisa dipastikan Hansa akan menganggapnya kurang waras jika dia menyebutkannya. Dia pasti terlalu banyak menonton drama bergenre reinkarnasi atau semacamnya. Tetapi dia tidak tahan untuk mengemukakannya.

 "Atau... cinta dari kehidupan sebelumnya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Engga Dera Rosa Andriana
reinkarnasi gituuu, ga sama kya descrip nya, bagus sih alurnya, kirain ini novel romansa modern, 🥲
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • After We Married   79. Comeback Yang Mengejutkan

    Rhea menatap dirinya di cermin. Jelas dia sedang tidak dalam keadaan baik. Rambutnya kusut karena ia sendiri lupa kapan menyisir rambut. Pelupuk matanya sedikit bengkak karena habis menangis satu malam. Rhea tidak menyukai tampilannya.Dia melewatkan sarapan bersama pagi ini karena ingin menghindari ibunya. Dia juga akan keluar rumah hari ini, pergi ke tempat baru yang akan ia tuju mengikuti seberapa jauh dia bisa mengendarai mobilnya. Sendirian, tanpa memberitahu Kay atau siapapun. Dia ingin menghilang sejenak, menenangkan diri, dan berpikir mengenai masa depannya yang baru.Dia memakai jaket dengan kaos putih dibaliknya dan ripped jeans yang ia beli beberapa tahun yang lalu yang untungnya masih muat. Dia memakai pakaian yang seadanya yang masih tertinggal di lemarinya.Ketika dia keluar, dia berpapasan dengan Eda.Adiknya bertanya, "Mau kemana?""Pergi." Balasnya singkat.Eda menatapnya selama beberapa detik sebelum mengangguk, lalu pergi.

  • After We Married   78. Kebenaran Pahit

    Dua hari setelah dia bangun dari koma dan dinyatakan sehat, dia akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit. Rhea senang dengan hal itu karena dia tidak menyukai berlama-lama tinggal di ruangan dengan alat-alat kesehatan dan bau obat yang menguar di setiap dindingnya.Berbeda dengan sikap penuh bunga yang ditampilkan Rhea. Christina menampilkan aura sebaliknya. Bukan karena dia tidak suka anaknya sembuh, Christina bahkan hampir gila ketika menunggui Rhea agar terbangun dari komanya yang berjalan selama sepuluh hari. Hanya saja, dia sebal dan ingin mulutnya gatal untuk memarahi anak sulungnya itu yang sekarang duduk di kursi belakang mobil suaminya dengan Edward disampingnya.Rhea tidak seharusnya pulang kerumahnya. Dia harusnya pulang bersama Hansa, bukan bersama mereka.Christina sebagai ibu sudah menyadari hubungan Rhea dengan suaminya sedang kisruh alias tidak sedang baik-baik saja. Itu membuatnya bingung, dia hanya tidak mengerti jalan pikiran anaknya yang sepert

  • After We Married   77. Mengukir Pengulangan Kisah

    Hansa seketika mematung. Dia sangat terkejut dengan perkataan Rhea yang tiba-tiba mengungkit soal perceraian. Tangannya berhenti bergerak dan dia menatap Rhea yang sekarang tengah memalingkan muka dan menolak menatapnya.Kedua mertuanya yang berdiri disampingnya juga sangat terkejut atas perkataan Rhea. Bagaimana tidak? Kalimat pertama yang diucapkan Rhea selepas terbangun dari komanya adalah meminta perceraian didepan suaminya yang merawatnya dengan baik ketika dia tenggelam dalam koma."Rhea, apa kau sadar apa yang kau katakan?" Christina bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia melirik menantunya yang wajahnya langsung berubah drastis dari kebahagiaan menjadi penuh tanda tanya.Rhea menolak untuk melihat mereka. Matanya menunduk dan lebih memilih melihat selang infus yang menyalurkan nutrisi ke tubuhnya."Kalian keluar saja. Aku ingin sendirian bersama Hansa." Ucapnya enggan.Christina ingin mendebat namun tangan Theodorus yang menyentuh bahunya

  • After We Married   76. After We Married

    Rhea terduduk saking tidak bisa berdirinya dia setelah mengetahui akhir kisah dari Sekar yang ada dalam mimpinya. Itu bukan kisah yang akan dia harapkan. Rhea tidak pernah menebak Sekar akan berakhir mati di tangan Arya, juga tidak pernah menebak kehidupan pernikahan Sekar akan lebih sering terselimuti duri dibanding bahagia.Tanpa sadar air mata telah mengalir dari kedua matanya yang ia tujukan kepada Sekar yang masih duduk didepannya."Sekarang kamu telah tahu ceritaku." Sekar menatap Rhea dengan pandangan yang tak terbaca.Itu membuat Rhea semakin tidak mengerti kenapa dia harus memiliki pengalaman seperti ini. Dia sendiri tidak tahu dia masih hidup atau mati, dan sekarang dia sedang berhadapan dengan tokoh di mimpinya. Rasa-rasanya Rhea sudah tahu seperti apa keterkaitan antara mereka berdua tetapi dia mencoba untuk tidak berpikir kearah itu."Jatuh cinta membuat kita bodoh bukan?" Tanya Sekar, melanjutkan kisahnya dengan

  • After We Married   75. Sekar : Akhir Dari Cerita

    Tepat hari minggu pertama sejak istana berduka atas kematian permaisuri, alun-alun kota ramai dengan berbagai kalangan yang kesemuanya punya satu tujuan. Melihat perang tanding antara rajanya dengan patihnya hingga salah satu diantara mereka mati.Mereka semua sudah tahu mengenai berita cinta segitiga diantara raja ratu dan patihnya. Rakyat biasa mengira itu hanyalah rumor yang dibuat untuk mencoreng nama permaisuri. Namun sekarang melihat dua pria itu bertanding yang kabarnya berhubungan dengan kematian Sekar membuat mereka tertarik mendengar gosip lebih dalam lagi.Pertandingan masih akan dimulai di sore hari namun saat siang alun-alun sudah padat dengan orang. Para pejabat kerajaan sudah berdiri di poskonya masing-masing. Terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung Ayudhipa dan kubu pendukung Arya yang rata-rata dari prajurit bekas perang terakhir.Ketika matahari mulai tergelincir dari puncaknya, rombongan Aryalah yang pertama kali muncul. Dia

  • After We Married   74. Sekar : Memeluk Kematian

    Arya langsung melepaskan gagang pedangnya. Seluruh tubuhnya gemetar ketika menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Tidak," bisiknya.Dia terduduk lemas ditanah. Matanya menatap siapa yang ia hunus dengan pandangan tidak percaya.Ini semua tidak ada dalam rencananya.Ayudhipa lah yang ingin dia bunuh. Bukan perempuan yang dicintainya yang sekarang tengah berbaring di tanah didepannya dengan darah bersimbah di perutnya."Sekar!" Teriak Ayudhipa.Pria itu menatap pedang yang menancap di perut Sekar dengan ketakutan. Dia segera bersimpuh dan memangkunya."Rwanda!" Teriaknya. Memanggil bawahannya yang izin buang air kecil.Senopati muda itu datang tergopoh-gopoh mendengar teriakan rajanya. Matanya melihat kejadian didepannya dan keterkejutan serta ketakutan terlihat di matanya."Panggil tabib! Cepat!" Perintah Ayudhipa. Suaranya bergetar karena menahan tangis. Matanya telah berkac

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status