"Akhirnya aku bisa melihatnya dari dekat." Kay berfangirling ria.
Dia adalah pengagum pria tampan, dan menurutnya, Malik adalah aktor tertampan di Indonesia. Dia tidak pernah melihatnya dari dekat karena Malik berbeda agensi. Baru kali ini Rhea akhirnya bermain drama bersama aktor tersebut. Sehingga Kay senang bukan main ketika nama-nama pemeran dramanya mendatang diungkapkan.
Rhea bisa mengerti kegilaan Kay akan selebriti tampan. Dia juga mengakui Malik memang memiliki ketampanan yang membuat sebagian besar perempuan menggila kepadanya. Itulah kenapa fanbase Malik juga merupakan yang paling ganas.
"Ada adegan kamu menciumnya." Asistennya menambahkan. "Aku begitu iri. Kak Jenna memang ahli menyeleksi naskah untukmu." Dia menyebut manager Rhea yang sekarang sedang cuti melahirkan tetapi tetap memantau mereka dari jauh.
"Pada akhirnya peranku bernasib mengenaskan di akhir drama." Rhea mengingatkan ending menyedihkan dari perannya.
"Setidaknya bukan d
Kafe itu berada di gang sempit. Tertutupi oleh gedung yang menjulang didepannya. Hampir semua pelanggannya berasal dari daerah lokal yang tahu lokasi kafenya. Pemiliknya adalah seorang wanita tua yang tidak memiliki ambisi untuk mengembangkan kafenya menjadi lebih besar, sehingga di jam-jam tertentu, tempat itu bisa menjadi sangat sepi karena tidak ada pelanggan yang datang.Rhea bukan orang lokal kawasan itu tetapi dia tahu kafe itu. Dia dikenalkan oleh Jenna, managernya yang dulunya tinggal didaerah itu. Dia bahkan telah dikenal sebagai pelanggan setia oleh pemilik kafe. Disamping tempat itu sebagian besar dalam keadaan sepi, racikan kopinya dan sandwichnya sangat enak dan sesuai dengan seleranya.Di kafe Sarang Hati itu, rata-rata para pelanggan yang satu waktu dengannya tidak menyadari keberadaannya. Mungkin dikarenakan persepsi bahwa selebriti rata-rata hang out ditempat terkenal dan fancy sedangkan kafe ini tidak memiliki kedua kriteria itu.Disinila
Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Faktanya dia tengah berduka, berkabung karena ibunya meninggalkannya. Firasatnya benar, penyakit kronis ibunda tercintanya itu sudah tidak bisa ditolong lagi bahkan oleh tabib istana sekalipun.Kini dia terduduk mangu di samping makam yang gundukan tanahnya masih basah. Bekas aliran air mata di wajahnya menjadi penanda betapa banyak air mata yang telah ia keluarkan. Dia sendirian. Dia telah mengusir enam dayang untuk menunggunya di kejauhan. Dia sedang tidak ingin di ganggu.Dia memakai cundik berlukiskan bunga melati pemberian ibunya hari ini. Sebagai pengingat atas cintanya yang tidak terbatas untuk anak perempuan satu-satunya. Ibunya adalah sosok wanita yang tegar dan kuat yang selalu membalas orang-orang yang mencoba mempermalukannya karena sebagai istri sah, dia tidak bisa melahirkan anak laki-laki sebagai penerus.Sekarang, setelah kepergiannya, dia merasakan kekosongan yang amat sangat. Tidak ada lagi ibunda ya
Kay melambaikan tangannya dengan semangat ketika melihat Rhea menatap sekeliling mencari mereka."Bagaimana bunganya?" Tanyanya langsung setelah Rhea menarik kursi terakhir yang tersedia di meja mereka."Berjalan bagus." Ucap Rhea.Dia tersenyum kearah dua sosok lain di kiri kanan meja. Nino dengan adik perempuannya, Camila."Kami kesini setelah Nino menghadiri pembukaan toko brand sponsornya di lantai dua." Terang Kay. "Ah, aku telah memesankan minumanmu."Rhea mengerang ketika pelayan membawa jus jeruk kearahnya. Itu membuat Kay dan Nino tertawa melihat reaksinya yang sesuai dugaan. Camila disisi lain masih menjaga citra dirinya didepan aktris papan atas yang biasa dia lihat di film-film yang ia tonton. Dia awalnya mengira Rhea akan menjadi orang pendiam dan menakutkan, tetapi melihat dia tertawa dan bercanda dengan suadaranya, citranya yang menakutkan di kepalanya langsung menghilang."Aku sudah berekspektasi kau akan memesankanku b
"Kenapa kamu seperti ini?"Rhea memutar tubuhnya dan mendapati wajahnya berhadapan dengan dada bidang Hansa karena jarak tubuh mereka yang begitu dekat.Karena perbedaan tinggi dua puluh sentimeter, Rhea harus mendongak agar bisa menatap wajah suaminya. Rhea ingin melangkah mundur untuk memperlebar jarak, tetapi tubuh belakangnya telah menekan pinggiran marmer dingin."Bisakah kau membuatkanku segelas susu?" Tanya Hansa. Sadar bahwa Rhea tampak tidak nyaman, dia memutuskan untuk mundur selangkah."O-oke." Jawab Rhea, bingung dengan pertanyaan tidak terduga.Dia segera mengambil gelas lain di rak dan bekerja membuat dua gelas susu hangat untuk dia sendiri dan Hansa. Dia melirik kearah laki-laki itu yang sekarang tengah berdiri di belakangnya, tengah mengawasi dirinya. Diamati seperti itu, membuatnya sedikit gugup. Rhea juga melihat bahwa suaminya itu telah memakai setelan piyama tidur.Rhea mengambil nampan hitam dari laci bawah lalu meletakk
Seluruh orang di ruangan terkesiap melihat kejadian yang terjadi. Rhea masih terduduk di kursinya, mata coklat madunya menatap dadanya yang kini tercetak noda hitam kecoklatan yang menjijikkan. Dia juga merasakan panas di kulitnya."Maaf, aku tidak sengaja. Maafkan aku."Rhea menghiraukannya. Dia masih terpaku dan mencoba untuk mendinginkan emosinya agar tidak melakukan hal-hal yang dia akan sesali nanti, marah-marah misalnya. Dia tidak ingin tampil di headline berita lagi dalam citra negatif."Rhea kau tidak apa-apa?"Kay langsung secepat kilat mendatangi Rhea dan bersimpuh didepannya. "Tisu, mana tisu?" Ia bertanya dalam keadaan panik dan menoleh ke sekeliling untuk meminta yang lainnya membantunya mencari benda itu."Ini."Tak diduga, Malik lah yang langsung bertindak mencari sekotak tisu dan menyerahkannya. Kay menatapnya terkejut tetapi sedetik kemudian mereka langsung bekerja sama mencoba membersihkan tumpahan kopi di baju
"Tentu saja itu urusanku, suamiku."Selepas kalimat itu diucapkan, Hansa langsung berdiri dan berjalan keluar dari kungkungan mejanya untuk berhadapan langsung dengan wanita tersebut yang kini tersenyum penuh kemenangan."Sudah mengingat istrimu ini?" Tambahnya. Wanita itu menutup jarak diantara mereka. Tangannya bergerak menjalari dada Hansa dan menyentuhnya. Senyum tak pernah lepas dari bibir mungilnya.Hansa menoleh sejenak kearah pintu untuk memastikan bahwa hanya ada mereka berdua, setelahnya dia bergerak mencengkram bahu wanita didepannya."Aggh!" Tangan Hansa bergerak cepat untuk mencekik leher perempuan ini. Tidak ada eskpresi selain kekejaman murni yang tertera diwajahnya. Ekspresi yang jelas tidak pernah ia tampilkan didepan Rhea.Wanita itu tersedak dan tangannya memukul-mukul pergelangan tangan Hansa untuk membebaskan diri. Itu semakin membuat Hansa mengetatkan cengkraman lehernya. Menekan wanita itu hingga punggungn
"Kenapa dengan bajumu?"Rhea berhenti melangkah ketika mendengar suara serak dan dalam yang telah dia kenal dari belakang.Dia menoleh dan mendapati Hansa telah berganti memakai kaos abu-abu yang berhasil mencetak tubuh atletisnya dan celana boxer selutut berwarna gelap.Rhea menyengir mendapati dia tertangkap basah karena dia sebetulnya ingin untuk tidak membiarkannya melihat keadaannya."Ketumpahan kopi panas." Ia menjawab.Hansa mendekat untuk melihat keadaannya dengan lebih baik. Dia memegangi kain yang ternoda dan mengusapnya."Buka pakaianmu." Suruhnya."A-apa?" Rhea langsung tergagap dan memerah. Dia tidak salah dengar kan?Hansa memegangi tangannya, membawanya menuju ke ruang santai yang letaknya terpencil dan tidak pernah Rhea datangi. Dia mendudukkan Rhea yang masih linglung berkat perkataan Hansa yang menyuruhnya membuka pakaian.Hansa membuka lemarin penyimpanan dan mengambil kit yang berisi kumpulan botol sa
"Bisakah kamu melakukannya Ambari?"Dia membelakangi dayang kepercayaannya itu. Tangannya saling bertaut di belakang punggungnya. Ia menatap ke luar dengan tekad penuh di matanya. Ada banyak luka, kekecewaan, kemarahan, dan keinginannya untuk bertahan."S-saya..."Wanita yang membungkuk hormat dibelakangnya tergagap dalam menjawab. Ia menoleh kesana kemari dengan panik."Cut!"Rhea melemaskan bahunya setelah kata itu diucapkan. Dia memberikan pandangan jengkel kearah lawan mainnya yang sekarang tengah melakukan re-make up oleh kru.Toni menggerakkan-gerakkan kakinya dengan ritme cepat dalam duduknya. Menahan berang karena adegan yang menurutnya mudah ini ternyata telah menghabiskan waktu begitu lama karena aktris pendatang baru itu ternyata gagal mengucapkan line dialognya.Dia menatap Rhea yang masih mempertahankan kesabarannya dan mengulangi adegan dengan kualitas yang bahkan lebih baik setiap kali retake ulang."Ulangi