Dia langsung menoleh kearah Hansa untuk meminta penjelasan.
Didepannya ini, terdapat tiga anjing siberian baru yang kesemuanya menatapnya. Yang disisi kanan, berwarna perpaduan hitam putih, yang tengah warnanya coklat putih, dan yang terakhir mirip dengan Ares dengan berwarna putih meski kemudian Rhea menyadari yang satu itu memiliki titik warna hitam di sekitar leher.
"Apa ini?" Tanyanya dengan kebingungan. Dia ingin melihat Ares, bukan tiga anjing baru yang tidak dia kenal.
"Dimana Ares?"
Seolah Ares mendengar pertanyaannya, anjing itu langsung menggonggong keras dari lantai dua dan menuruni tangga dengan semangat untuk segera menghambur ke pelukan Rhea.
"Aku mengadopsi tiga anjing baru saat mengetahui kalau kau menyukai mereka." Balas Hansa.
Dia berjongkok dan membiarkan ketiga anjing baru itu mendatanginya untuk memberi mereka belaian.
"Kau bisa menamainya." Lanjutnya.
Rhea ikut berjongkok, masih dengan Ares disekel
Halo Pembaca, aku membuat karya lain berjudul 'What Is Love'. Namun pastikan umur kalian sudah 18 tahun ke atas ya, karena novel What Is Love tidak akan se-light novel ini. Itu akan menceritakan toxic relationship dari Jason Dane dan Annatasia Aleksi. Sampai jumpa kembali...,
Perayaan bisnis tidak seperti acara selebritas. Orang-orang yang menghadirinya saja sudah memiliki background yang berbeda dengannya. Meski begitu, ini bukan pertama kali Rhea menghadiri acara semacam ini. Ingat, ayahnya memiliki perusahaan game yang besar dan tiap tahun juga menyelenggarakan acara perayaan tahunan. Rhea sudah pasti akan selalu menghadirinya.Dia memakai gaun warna hitam yang klasik dan polos. Sengaja untuk tidak memakai pakaian yang terlalu mewah karena dia tidak ingin mendapat perhatian berlebih. Mereka yang datang hari ini saja sudah akan mendapatkan sorotan."Sudah siap?" Hansa disampingnya bertanya. Laki-laki itu malam ini memakai jas hitam bergaris. Rambutnya disibakkan ke atas untuk menampilkan ketampanan paripurna wajahnya.Rhea mengangguk. Dia kemudian memegangi lengan Hansa dan mereka meneruskan berjalan memasuki ball room yang menjadi tempat acara.Aktris itu melihat beberapa wajah yang terlihat familiar yang ia sadari adalah o
Rhea merasakan dirinya seperti habis tertidur selama empat puluh delapan jam. Dia merasakan tubuhnya pegal-pegal dan kaku disetiap persendiannya. Dia juga merasa berat untuk membuka mata, tetapi dia memaksakannya.Untuk beberapa saat, dia tidak tahu dia berada dimana. Sebelum akhirnya dia tersadar setelah mengerjapkan mata beberapa kali dan menyadari dia sedang berada di kamarnya yang biasa.Dia meregangkan tubuhnya dengan susah payah. Tangannya menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya sampai dada, dan dia beranjak bangun dan bersandar."Kau sudah sadar."Hansa masuk ke kamar sambil membawa nampan berisi susu hangat. Dia meletakkan nampan di nakas dan menarik kursi untuk didudukinya."Sudah merasa baikan?" Dia bertanya.Rhea mengangguk-angguk. Sebenarnya masih bingung. Dia mencoba mengumpulkan ingatannya kenapa dia tidak ingat tidur di kamar. Dia hanya ingat tadi malam dia menghadiri acara bersama Hansa. Kenapa dia bisa sampai disini? Rhea
Kembali menjalani syuting selepas membuat skandal besar bukanlah hal yang menyenangkan, karena kamu akan menjadi pusat perhatian.Kedatangan Rhea tidak disambut meriah, alih-alih semua orang menatapnya seolah dia sebuah barang antik yang bisa berjalan. Rhea mau tidak mau harus menerimanya, karena itu merupakan konsekuensi yang sudah dia tahu dia akan dapatkan.Pagi pertamanya dia langsung mengambil banyak adegan untuk menutupi ketiadaannya selama tujuh hari. Dia lakukan semua itu tanpa mengeluh."Berapa lagi yang harus aku ambil?" Tanyanya kepada Toni di waktu istirahat mereka."Tinggal satu take untuk hari ini." Balas sutradara itu, dia menatap hasil retake adegan terakhir dengan seksama.Rhea mengangguk.Toni kemudian berhenti melakukan aktivitasnya dan menatapnya. "Kerja bagus Rhea." Pujinya.Kay melihat semua itu dalam keadaan mental. Dia menatap Rhea, aktrisnya yang sekarang tengah memulai adegan terakhir dari syuting hari ini be
Rhea menatap layar ponselnya yang berdering tanda dia mendapat telpon dengan tanpa minat untuk mengangkatnya. Pasalnya, nama peneleponnya adalah bertuliskan huruf kapital membentuk kata 'MOTHER'. Sudah pasti dia akan mendapat omel karena tidak memberi kabar. Di dering ketiga, dia akhirnya dengan enggan mengangkatnya."Apa yang kamu tunggu Rhaenira Aslein!"Rhea menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ibunya tidak akan memanggilnya dengan nama lengkapnya selain jika dia sedang marah."Maaf." Ia membalas dalam nada pelan."Apa katamu?! Kau sudah membuat orang satu rumah khawatir!" Ibunya membentaknya."Maaf," ia mengulang.Rha baru menyadari bahwa mematikan handphone selama berhari-hari bukanlah tindakan bijak. Itu tidak akan menyelesaikan masalah melainkan malah menambah masalah baru. Seperti ini misalnya.Bukannya dia tidak ingat keluarga. Rhea tentu ingat dan kangen dengan ayahnya, ibunya, Eda. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah paham
Dia tengah terduduk di pinggiran kolam untuk melihat ikan-ikannya berenang kesana kemari. Dia memandangnya dengan tanpa minat dan kebosanan yang tercetak jelas di wajah cantiknya. Sesekali, tangannya ia turunkan ke air dan memercik mercikkannya untuk menjahili ikan-ikan yang mendekatinya.Dyah Sekar tidak sedang bahagia. Dia merasa bosan setengah mati di tamannya karena Ayudhipa tidak mengunjunginya karena terlalu sibuk mengurusi kerajaan. Arya disisi lain juga tidak ada kabar mengenainya. Sekar sebenarnya memiliki pikiran kalau Arya, yang kini telah menjabat sebagai patih, itu menghindarinya sejak pertemuan terakhir mereka."Ndoro Ayu,""Apa?" Balasnya bernada ketus. Karena suara itu tadi, ikan yang ingin dia tangkap dengan tangan kosongnya langsung berenang menuju ke sisi lain kolam.Sekar mendecak kesal sebelum menoleh menatap dayangnya."Ada undangan dari Istana." Dayang itu menyodorkan lontar dengan sedikit gemetar yang segera diambil majikann
Sesuai janjinya kemarin, Hansa telah duduk di ruang tunggu untuk menunggu pesawat yang ditumpangi Rhea yang akan segera mendarat. Kehadirannya disadari oleh beberapa orang yang langsung menyapanya yang Hansa balas dengan anggukan singkat.Akhir-akhir ini, dia memiliki kehidupan lain selain mengurus perusahaan. Euforianya bahwa dia menyadari dia akan menjadi seorang ayah belum surut, dan bahkan semakin hari semakin antusias. Masalahnya hanya satu, bagaimana caranya memberitahukan kehamilan Rhea kepada Rhea sendiri tanpa membuat ia terkejut dan Tuhan melarang membuat ia depresi?Hansa memikirkan opsi untuk membawanya ke dokter sendiri tetapi bagaimana dia akan menjawab pertanyaan kenapa mereka harus ke dokter obgyn? Pada akhirnya Rhea harus tahu.Pengumuman kedatangan pesawat telah terdengar. Hansa berdiri untuk bersiap-siap.Dia langsung memeluknya ketika dia melihatnya keluar dengan tangan menyeret kopernya sendiri."Biarkan aku." Dia langsung meng
Rhea tidak menginginkan hal ini. Dia tidak percaya bahwa selama ini Reihan adalah saudara Emma. Wanita yang ia labeli berbahaya baginya.Usai kalimat itu terucap dari bibir Emma, Rhea segera menoleh kearah Reihan yang sejak tadi tak bersuara. Pria itu menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dia artikan.Rhea merasakan pengkhianatan disini. Dia hanya tidak percaya, Reihan yang telah menjadi temannya selama ini ternyata memiliki hubungan dengan Emma.Tanpa berpamitan, dia segera keluar dari ruangan dan berjalan cepat, kembali menuju lift. Dia membutuhkan waktu untuk memproses semua ini. Apakah dia masih berteman dengan Reihan? Mungkin. Tetapi sekarang? Rhea hanya ingin mencari tempat untuk menenangkan diri.Pada akhirnya dia terdampar di taman yang sama yang selalu ia gunakan untuk nongkrong saat sedang suntuk. Dia duduk di salah satu bangku taman yang kosong dan terpencil dari area, mencoba untuk tidak mencolok perhatian sehingga dia tidak lupa memakai m
"Bagaimana dengan dinner? Kita bisa pergi ke restoran yang kau mau?" Tanyanya.Hansa tidak bisa untuk tidak merajuk selepas kepulangan istrinya siang tadi. Rhea langsung pergi ke kamar dan tidak keluar, dan dia mengikutinya untuk mengemukakan ide briliannya mengenai kencan malam ini di restoran mewah yang akan diakhiri dengan dia memberitahunya mengenai kehamilan itu. Tapi istrinya tampak terlihat tidak tertarik dan tidak mengacuhkannya."Aku tidak mau." Balas Rhea. Dia berselanjar dengan bagian atas tubuhnya bersandar ke sandaran ranjang. Fokusnya masih kearah layar ponselnya. Dia tengah memainkan sudoku."Kenapa?" Hansa membalas dengan cepat.Dia berdiri di didepan Rhea.Rhea meletakkan ponselnya ke sembarang tempat dan menatap suaminya. "Aku lelah."Dia langsung memiringkan tubuh dan menyamankan bantal untuk kepalanya. Rhea tidak berbohong, dia memang lelah dan sedang malas untuk makan di luar. Sekarang saja dia bersiap untuk tidur sore.