Kembali menjalani syuting selepas membuat skandal besar bukanlah hal yang menyenangkan, karena kamu akan menjadi pusat perhatian.
Kedatangan Rhea tidak disambut meriah, alih-alih semua orang menatapnya seolah dia sebuah barang antik yang bisa berjalan. Rhea mau tidak mau harus menerimanya, karena itu merupakan konsekuensi yang sudah dia tahu dia akan dapatkan.
Pagi pertamanya dia langsung mengambil banyak adegan untuk menutupi ketiadaannya selama tujuh hari. Dia lakukan semua itu tanpa mengeluh.
"Berapa lagi yang harus aku ambil?" Tanyanya kepada Toni di waktu istirahat mereka.
"Tinggal satu take untuk hari ini." Balas sutradara itu, dia menatap hasil retake adegan terakhir dengan seksama.
Rhea mengangguk.
Toni kemudian berhenti melakukan aktivitasnya dan menatapnya. "Kerja bagus Rhea." Pujinya.
Kay melihat semua itu dalam keadaan mental. Dia menatap Rhea, aktrisnya yang sekarang tengah memulai adegan terakhir dari syuting hari ini be
Rhea menatap layar ponselnya yang berdering tanda dia mendapat telpon dengan tanpa minat untuk mengangkatnya. Pasalnya, nama peneleponnya adalah bertuliskan huruf kapital membentuk kata 'MOTHER'. Sudah pasti dia akan mendapat omel karena tidak memberi kabar. Di dering ketiga, dia akhirnya dengan enggan mengangkatnya."Apa yang kamu tunggu Rhaenira Aslein!"Rhea menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ibunya tidak akan memanggilnya dengan nama lengkapnya selain jika dia sedang marah."Maaf." Ia membalas dalam nada pelan."Apa katamu?! Kau sudah membuat orang satu rumah khawatir!" Ibunya membentaknya."Maaf," ia mengulang.Rha baru menyadari bahwa mematikan handphone selama berhari-hari bukanlah tindakan bijak. Itu tidak akan menyelesaikan masalah melainkan malah menambah masalah baru. Seperti ini misalnya.Bukannya dia tidak ingat keluarga. Rhea tentu ingat dan kangen dengan ayahnya, ibunya, Eda. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah paham
Dia tengah terduduk di pinggiran kolam untuk melihat ikan-ikannya berenang kesana kemari. Dia memandangnya dengan tanpa minat dan kebosanan yang tercetak jelas di wajah cantiknya. Sesekali, tangannya ia turunkan ke air dan memercik mercikkannya untuk menjahili ikan-ikan yang mendekatinya.Dyah Sekar tidak sedang bahagia. Dia merasa bosan setengah mati di tamannya karena Ayudhipa tidak mengunjunginya karena terlalu sibuk mengurusi kerajaan. Arya disisi lain juga tidak ada kabar mengenainya. Sekar sebenarnya memiliki pikiran kalau Arya, yang kini telah menjabat sebagai patih, itu menghindarinya sejak pertemuan terakhir mereka."Ndoro Ayu,""Apa?" Balasnya bernada ketus. Karena suara itu tadi, ikan yang ingin dia tangkap dengan tangan kosongnya langsung berenang menuju ke sisi lain kolam.Sekar mendecak kesal sebelum menoleh menatap dayangnya."Ada undangan dari Istana." Dayang itu menyodorkan lontar dengan sedikit gemetar yang segera diambil majikann
Sesuai janjinya kemarin, Hansa telah duduk di ruang tunggu untuk menunggu pesawat yang ditumpangi Rhea yang akan segera mendarat. Kehadirannya disadari oleh beberapa orang yang langsung menyapanya yang Hansa balas dengan anggukan singkat.Akhir-akhir ini, dia memiliki kehidupan lain selain mengurus perusahaan. Euforianya bahwa dia menyadari dia akan menjadi seorang ayah belum surut, dan bahkan semakin hari semakin antusias. Masalahnya hanya satu, bagaimana caranya memberitahukan kehamilan Rhea kepada Rhea sendiri tanpa membuat ia terkejut dan Tuhan melarang membuat ia depresi?Hansa memikirkan opsi untuk membawanya ke dokter sendiri tetapi bagaimana dia akan menjawab pertanyaan kenapa mereka harus ke dokter obgyn? Pada akhirnya Rhea harus tahu.Pengumuman kedatangan pesawat telah terdengar. Hansa berdiri untuk bersiap-siap.Dia langsung memeluknya ketika dia melihatnya keluar dengan tangan menyeret kopernya sendiri."Biarkan aku." Dia langsung meng
Rhea tidak menginginkan hal ini. Dia tidak percaya bahwa selama ini Reihan adalah saudara Emma. Wanita yang ia labeli berbahaya baginya.Usai kalimat itu terucap dari bibir Emma, Rhea segera menoleh kearah Reihan yang sejak tadi tak bersuara. Pria itu menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dia artikan.Rhea merasakan pengkhianatan disini. Dia hanya tidak percaya, Reihan yang telah menjadi temannya selama ini ternyata memiliki hubungan dengan Emma.Tanpa berpamitan, dia segera keluar dari ruangan dan berjalan cepat, kembali menuju lift. Dia membutuhkan waktu untuk memproses semua ini. Apakah dia masih berteman dengan Reihan? Mungkin. Tetapi sekarang? Rhea hanya ingin mencari tempat untuk menenangkan diri.Pada akhirnya dia terdampar di taman yang sama yang selalu ia gunakan untuk nongkrong saat sedang suntuk. Dia duduk di salah satu bangku taman yang kosong dan terpencil dari area, mencoba untuk tidak mencolok perhatian sehingga dia tidak lupa memakai m
"Bagaimana dengan dinner? Kita bisa pergi ke restoran yang kau mau?" Tanyanya.Hansa tidak bisa untuk tidak merajuk selepas kepulangan istrinya siang tadi. Rhea langsung pergi ke kamar dan tidak keluar, dan dia mengikutinya untuk mengemukakan ide briliannya mengenai kencan malam ini di restoran mewah yang akan diakhiri dengan dia memberitahunya mengenai kehamilan itu. Tapi istrinya tampak terlihat tidak tertarik dan tidak mengacuhkannya."Aku tidak mau." Balas Rhea. Dia berselanjar dengan bagian atas tubuhnya bersandar ke sandaran ranjang. Fokusnya masih kearah layar ponselnya. Dia tengah memainkan sudoku."Kenapa?" Hansa membalas dengan cepat.Dia berdiri di didepan Rhea.Rhea meletakkan ponselnya ke sembarang tempat dan menatap suaminya. "Aku lelah."Dia langsung memiringkan tubuh dan menyamankan bantal untuk kepalanya. Rhea tidak berbohong, dia memang lelah dan sedang malas untuk makan di luar. Sekarang saja dia bersiap untuk tidur sore.
Rhea menepati janjinya. Pada pukul delapan pagi, dia telah siap sedia dan duduk di sofa ruang tamunya dengan tangan memegangi tablet. Dia tengah berselancar di internet untuk mencari tahu destinasi wisata yang akan mereka datangi buka atau tutup.Dia tidak akan membawa Hansa ke tempat-tempat wisata mencolok dan terkenal. Rhea telah membuat perencanaan bahwa mereka akan melakukan brunch di salah satu kafe, kemudian jalan-jalan singkat di trotoar sambil melihat pertokoan. Siangnya mereka akan pergi ke galeri yang pernah dia kunjungi bersama Reihan. Kemudian kencan akan ditutup dengan melihat sunset di pantai yang tidak terkenal dan tentu saja jangan melupakan seks yang dia inginkan terjadi untuk malam ini.Ketika melihat Hansa yang ia tunggu-tunggu datang, dia langsung berdiri. Pria itu memakai kemeja biru muda yang kedua sisi lengannya ditekuk hingga ke hasta."Siapa yang menyetir?" Tanyanya. Pria itu setengah berharap Rhea yang mengemudikan kali ini. Dia ingin m
Ini adalah keadaan yang paling menakutkan yang pernah Rhea alami. Ia tidak bisa merasakan tubuhnya dan ia seperti udara yang terombang ambing.Apa ia sudah mati?Rhea tidak tahu. Dia tidak merasakan tubuhnya, jadi kemungkinan besar dia sudah mati. Tapi dia indra pendengarannya masih berfungsi, setidaknya tadi. Dia bisa mendengar teriakan panik Hansa yang suaranya tampak terdengar jauh di telinganya. Rhea ingin menjawabnya, membalasnya, dia ingin mengatakan kepada laki-laki itu bahwa dia baik-baik saja. Tapi dia tidak baik-baik saja. Dia tidak merasakan mulutnya, dia tidak tahu cara bersuara, dia tidak tahu dimana dia.Disinilah dia sekarang, selamat datang di tempat setelah kematian. Rhea telah menganggap dirinya telah mati karena bagaimanapun dia tidak merasakan raganya. Dia bisa bergerak bebas ditempat ini menyerupai seringan kapas.Tidak pernah dalam bayangannya dia akan mati dengan cara ini dan di waktu semuda ini. Kecelakaan mobil, pikirnya. Dia sela
Sekarang, kamu akan tahu cerita ku - Sekar,Selepas pertemuan dengan Permaisuri, dia tidak lagi mau datang ke Istana meski Ayudhipa pernah mengajaknya sekali lagi. Dia trauma, masih tercetak jelas di wajah Sekar mengenai si permaisuri dan antek-anteknya yang menertawakannya. Bahkan, dia bisa melihat dari sudut pandangnya, Anjani pun tidak berada disisinya. Sekar memang tidak pernah dekat dengan adik dari Ayudhipa itu. Tapi mereka jelas tidak memiliki perseberangan sisi sebelumnya. Ayudhipa pernah mengatakan bahwa adiknya telah berubah menjadi seperti orang yang berbeda sejak kematian tunangannya di medan perang satu bulan yang lalu. Mungkin itu menjadi penyebabnya.Berita yang akan dia dengar malam ini mengacaukan segalanya."Ndoro Ayu...!" Seorang dayang senior tengah memasuki kamar sang putri yang bercahaya remang-remang.Ketika tidak ada balasan, dia kemudian memberanikan diri menyentuh lengan gadis muda yang sedang tertidur di dipannya da