Home / Romansa / Ah! Enak Mas Dokter / Keberadaan Dylan

Share

Keberadaan Dylan

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-12-03 08:00:08

"Anda yang bernama Juan?"

Salah satu Polisi menghampiri pria tinggi yang berdiri di teras rumah dan berbicara padanya.

"Iya Pak, nama saya Juan," angguk pria itu. "Ada apa Pak?" Wajah Juan mendadak panik, takut kesalahpahaman kembali terjadi.

Namun, di sampingnya Sasa terus memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Mari ikut saya. Kita bicara di dalam." Polisi itu meminta Juan masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

Juan dan Sasa mengikuti. Ke-duanya duduk di sofa bersama dengan yang lain.

"Bisa Anda jelaskan tentang kejadian sebelum Dylan dibawa pergi oleh Marco?"

Juan menganggukkan kepalanya, "Bisa Pak. Sangat bisa." Ia menelan ludah, gugup saat melihat semua mata tertuju padanya.

Duduk di sampingnya, Sasa menggenggam jemari Juan erat-erat. Memberi ketenangan.

Tak lama, Bramanto dan Dewanto masuk ke dalam, mereka duduk di sofa panjang berwarna beige itu sambil menyimak pembi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Kania Evie
smw selamat.....pngen tw nasib si Marco az gmn,,
goodnovel comment avatar
Senandika_nk
mana ada penjahat baik Dylan ...
goodnovel comment avatar
Ayu Ayuningtiyas
masak si kumis lele mo dijadiin pecel ,kasihan dong kak , harusknya si kumis lele dpt penghargaan juga krn membantu polisi membebaskan dirga . janganlah di buat pecel itu kumis lele nya kak Dita
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Golongan Darah

    Di lorong panjang Rumah Sakit Internasional Hong Kong, derap langkah Polisi berbaur dengan suara alat medis yang berdengung.Polisi Hong Kong berjaga di setiap pintu Rumah Sakit, dan di halaman sekitarnya.Sementara di dalam ruang ICU beberapa Petugas Medis mulai memberi pertolongan pertama pada Dylan.Dengan wajah tegang mereka bergerak cepat menangani bocah laki-laki itu, sesekali mereka menatap layar monitor di depan.Suasana ruang dingin itu terasa tegang dan penuh harap. Dinginnya AC menghilang di tengah ketegangan.Dokter Zhuang, ahli bedah syaraf yang telah berpuluh kali menangani kasus kritis, menunduk serius di dekat ranjang pasien kecilnya.Bocah berusia lima tahun bernama Dylan masih terbaring lemah, dahi dan kepala terbalut perban basah berdarah, napasnya terengah-engah di bawah alat bantu pernapasan.Tangan mungilnya yang penuh luka tampak rapuh, seolah setiap detik bisa menjadi perjuangan terakhir.Zhuang menatap monitor yang menunjukkan tekanan darah dan denyut jantung

  • Ah! Enak Mas Dokter   Regan Diculik!

    "Bos gawat!" Pintu ruangan khusus pertemuan dengan klien penting, dibuka paksa oleh pria berkacamata bernama Wylan.Prams mengembus napas kasar. Matanya menatap nyalang ke arah orang kepercayaan ayahnya itu.Sementara tiga orang klien-klien pentingnya langsung terdiam sambil menatap ke arah yang sama ... pintu ruangan. "Jangan mengganggu Bos Besar!" maki penjaga pintu tersebut, menarik kasar lengan Wylan, dan menyeretnya menjauh. Wylan memberontak, kemudian kembali melangkah menuju pintu. "Bos, tolong dengar saya dulu. Situasi di luar .... "Buk! Ucapan Wylan terhenti saat sebuah pukulan mendarat di pipi pria berkacamata itu. Tinjuan mantap dari kepalan tangan besar tersebut, membuat kacamata yang bertengger di hidung Wylan retak. "Brengsek! Cepat pergi dari sini!" Pria bertubuh tinggi besar, menyeret Wylan menjauh dari pintu. Sementara, Prams kembali berbicara dengan klien-klien pentingnya. Ia melirik sesaat, memberi kode pada penjaga untuk kembali menutup pintu.Pintu ditutup,

  • Ah! Enak Mas Dokter   Dalam Perjalanan

    Dor! Dor! Dor!Tembakan dari Polisi Hong Kong berhasil melumpuhkan enam orang anak buah Prams. Tubuh mereka terjatuh dari lantai atas gedung.Darah mengalir dari kepala yang pecah, dengan tubuh terluka parah.Polisi Hong Kong terus mendekati gedung tinggi itu sambil menembak di balik baja pelindung anti peluru.Melihat suasana yang semakin chaos, salah satu anak buah Prams meminta teman-temannya untuk menghentikan serangan. "Jangan menembak! Ayo kita kembali ke Bar!" teriak salah satu anak buah Prams pada teman-teman yang tersisa.Sepuluh orang pria menurunkan senjata. Beberapa dari mereka, meringis, menekan luka yang cukup parah. Suara napas terengah, terdengar. Wajah-wajah pria-pria itu pucat, dengan tubuh bersimbah darah."Kita laporkan penyerangan ini pada Bos Besar," ucap pria berkacamata. "Bos sedang sibuk. Tidak mungkin kita masuk ke ruangan Bos."Pria berkacamata terdiam, berpikir sejenak lalu mengatakan, "Kalau begitu, kita pergi saja dari sini. Kita temui Bos setelah klie

  • Ah! Enak Mas Dokter   Gugur!

    Setelah berjuang hampir satu jam, akhirnya kedua adik-kakak itu berhasil keluar dari Bar melewati pintu belakang. Melihat dua orang temannya berlari menuju gang yang dijaga Polisi Hong Kong. Roni tersenyum, dan bersiap untuk bergabung dengan Hendra dan Edric.Saat ini Roni sudah berada di luar Bar, tetapi ia terjebak di dalam sebuah bangunan kosong, karena hampir kepergok oleh salah satu anak buah Prams.Ketika ia bersiap berlari melewati parkiran luas di depan. Tanpa sengaja sudut matanya menangkap bayangan anak buah Prams yang berada di atas gedung, tepat di samping Bar. Shap!Roni terhenyak kaget saat melihat peluru dari senapan tanpa suara melesat cepat dan berhasil mengenai Hendra yang tengah menggendong Regan."Aaggggghhhh!" teriak Hendra, kesakitan.Peluru tersebut menembus betis Hendra, membuat tubuhnya nyaris tersungkur ke depan. "Bang!" Edric memutar tubuh, berlari mendekati sang kakak.Melihat adiknya mendekat, Hendra menggeleng berkali-kali, "Jangan ke sini! Cepat berla

  • Ah! Enak Mas Dokter   Berhasil?

    Hendra melirik adik laki-lakinya yang tengah menjual kesedihan di depan Intan.Sepertinya sang adik sudah tahu apa kelemahan wanita yang tengah mengandung itu. Intan memang memiliki hati lembut dan keibuan.Semua terbukti dari perhatian yang ditunjukkan Intan pada Edric. Keduanya kemungkinan memiliki usia yang sama, itu sebabnya Intan merasa kasihan pada Edric yang tengah menceritakan kisah sedih ditinggal sang Ibu. Sementara Hendra yang berhasil mengajak Regan, tengah menyiapkan diri untuk keluar tanpa dicurigai orang-orang.Regan menghentikan langkah kakinya di dekat meja Intan. "Tunggu Paman!"Hendra terdiam. Wajahnya terlihat tegang, takut usahanya gagal. "Tuan Muda mau apa?" Regan mendongak, "Aku ijin dulu sama Kak Intan. Aku takut dia khawatir."Hendra hanya diam sambil menghela napas panjang. Jika ia melarang, kemungkinan Regan akan curiga dan tak mau ikut. "Silakan Tuan Muda." Dalam hati Hendra berharap Intan memperbolehkan.Regan melangkahkan kaki kecilnya mendekati Intan

  • Ah! Enak Mas Dokter   Usaha Hendra

    Kedua adik-kakak itu berhasil masuk ke ruangan khusus Regan. Mereka melangkah perlahan mendekati meja panjang di depan sofa berwarna Maron. Nampan di tangan Edric bergetar, ia kembali gugup hingga membuat piring dan cangkir di atas nampan saling beradu.Suara itu mengundang perhatian Intan yang tengah memainkan ponsel. Wanita muda itu menatap ke arah Edric.Keningnya berkerut saat melihat wajah Pelayan dengan stelan jas hitam putih itu terlihat pucat dan berkeringat.Dua Pelayan berjongkok di depan meja dan meletakkan nampan ke atasnya.Mata Intan masih tertuju pada Edric. Pria itu seperti menahan sakit."Anda baik-baik saja?" tanya Intan dengan ramah.Edric hanya menundukkan kepala sambil mengusap keringat.Melihat adiknya kembali gugup, dengan cepat Hendra mendekat dan merangkul pundak pria muda itu."Dia baik-baik saja Non. Dia hanya gugup, karena baru pertama kali masuk ke ruangan ini. Tadi, kami berdua diminta mengantar cemilan khusus untuk Tuan Kecil." Hendra menatap Regan. Ana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status