LOGIN"Apa yang terjadi?" Prams meninggikan suaranya sambil menatap Intan yang menangis, menyebut nama Regan.
Intan menghampiri pria bertato itu, "Regan diculik Kak. Dia dibawa pergi oleh penyusup."Mendengar penjelasan Intan, kedua mata Prams membulat sempurna. Ia mengalihkan pandangan pada tiga orang penjaga ruangan tersebut.Ketiga pria itu hanya diam sambil menundukkan kepala mereka dengan wajah ketakutan."Regan dibawa pergi? Lalu, kalian bertiga hanya diam di sini seperti pecundang?" Suaranya terdengar menggema. Terlihat urat-urat leher terlihat. "Bangsat! Apa saja kerja kalian!"Tangan Prams mengepal kuat-kuat hingga otot-otot pergelangannya menonjol keluar.Tiga orang penjaga hanya diam, menundukkan kepala sambil menggenggam sepuluh jemari mereka ke depan."Cepat cari Regan! Bawa dia kembali ke sini!" murka Prams. Dengan cepat ia meraih senjata di balik pinggang, mengarahkannya pada tiga penjaga itu. "Cari Regan sampAwalnya mobil yang dikendarai oleh Polisi Hong Kong melaju dengan tenang di jalan tol yang lengang, suara sirine hanya terdengar samar agar tak menarik perhatian pengguna jalan.Di dalam mobil, sang supir bernama Lian dan rekannya, yang duduk di samping kemudi, saling bertukar pandang penuh keyakinan bahwa mereka akan segera sampai di Rumah Sakit tepat waktu.Namun, di tengah perjalanan, suasana berubah drastis. Kedua Polisi itu panik.Tanpa peringatan, dari arah berlawanan muncul kawanan Gengster bermobil sport yang melaju kencang dengan lampu depan menyilaukan.Polisi tersebut segera menginjak rem mendadak, membuat mobil berhenti dengan hentakan yang membuat badan semua penumpang terpental ke depan.Rekannya mencengkeram pegangan pintu, dengan wajah tegang, dan bibir mengeras menahan kecemasan yang tiba-tiba membuncah.Jantung Lian berdegup kencang, pikirannya berputar cepat mencari cara agar situasi tidak semakin memburuk.
"Apa yang terjadi?" Prams meninggikan suaranya sambil menatap Intan yang menangis, menyebut nama Regan. Intan menghampiri pria bertato itu, "Regan diculik Kak. Dia dibawa pergi oleh penyusup."Mendengar penjelasan Intan, kedua mata Prams membulat sempurna. Ia mengalihkan pandangan pada tiga orang penjaga ruangan tersebut.Ketiga pria itu hanya diam sambil menundukkan kepala mereka dengan wajah ketakutan."Regan dibawa pergi? Lalu, kalian bertiga hanya diam di sini seperti pecundang?" Suaranya terdengar menggema. Terlihat urat-urat leher terlihat. "Bangsat! Apa saja kerja kalian!"Tangan Prams mengepal kuat-kuat hingga otot-otot pergelangannya menonjol keluar.Tiga orang penjaga hanya diam, menundukkan kepala sambil menggenggam sepuluh jemari mereka ke depan."Cepat cari Regan! Bawa dia kembali ke sini!" murka Prams. Dengan cepat ia meraih senjata di balik pinggang, mengarahkannya pada tiga penjaga itu. "Cari Regan samp
Di lorong panjang Rumah Sakit Internasional Hong Kong, derap langkah Polisi berbaur dengan suara alat medis yang berdengung.Polisi Hong Kong berjaga di setiap pintu Rumah Sakit, dan di halaman sekitarnya.Sementara di dalam ruang ICU beberapa Petugas Medis mulai memberi pertolongan pertama pada Dylan.Dengan wajah tegang mereka bergerak cepat menangani bocah laki-laki itu, sesekali mereka menatap layar monitor di depan.Suasana ruang dingin itu terasa tegang dan penuh harap. Dinginnya AC menghilang di tengah ketegangan.Dokter Zhuang, ahli bedah syaraf yang telah berpuluh kali menangani kasus kritis, menunduk serius di dekat ranjang pasien kecilnya.Bocah berusia lima tahun bernama Dylan masih terbaring lemah, dahi dan kepala terbalut perban basah berdarah, napasnya terengah-engah di bawah alat bantu pernapasan.Tangan mungilnya yang penuh luka tampak rapuh, seolah setiap detik bisa menjadi perjuangan terakhir.Zhuang menatap monitor yang menunjukkan tekanan darah dan denyut jantung
"Bos gawat!" Pintu ruangan khusus pertemuan dengan klien penting, dibuka paksa oleh pria berkacamata bernama Wylan.Prams mengembus napas kasar. Matanya menatap nyalang ke arah orang kepercayaan ayahnya itu.Sementara tiga orang klien-klien pentingnya langsung terdiam sambil menatap ke arah yang sama ... pintu ruangan. "Jangan mengganggu Bos Besar!" maki penjaga pintu tersebut, menarik kasar lengan Wylan, dan menyeretnya menjauh. Wylan memberontak, kemudian kembali melangkah menuju pintu. "Bos, tolong dengar saya dulu. Situasi di luar .... "Buk! Ucapan Wylan terhenti saat sebuah pukulan mendarat di pipi pria berkacamata itu. Tinjuan mantap dari kepalan tangan besar tersebut, membuat kacamata yang bertengger di hidung Wylan retak. "Brengsek! Cepat pergi dari sini!" Pria bertubuh tinggi besar, menyeret Wylan menjauh dari pintu. Sementara, Prams kembali berbicara dengan klien-klien pentingnya. Ia melirik sesaat, memberi kode pada penjaga untuk kembali menutup pintu.Pintu ditutup,
Dor! Dor! Dor!Tembakan dari Polisi Hong Kong berhasil melumpuhkan enam orang anak buah Prams. Tubuh mereka terjatuh dari lantai atas gedung.Darah mengalir dari kepala yang pecah, dengan tubuh terluka parah.Polisi Hong Kong terus mendekati gedung tinggi itu sambil menembak di balik baja pelindung anti peluru.Melihat suasana yang semakin chaos, salah satu anak buah Prams meminta teman-temannya untuk menghentikan serangan. "Jangan menembak! Ayo kita kembali ke Bar!" teriak salah satu anak buah Prams pada teman-teman yang tersisa.Sepuluh orang pria menurunkan senjata. Beberapa dari mereka, meringis, menekan luka yang cukup parah. Suara napas terengah, terdengar. Wajah-wajah pria-pria itu pucat, dengan tubuh bersimbah darah."Kita laporkan penyerangan ini pada Bos Besar," ucap pria berkacamata. "Bos sedang sibuk. Tidak mungkin kita masuk ke ruangan Bos."Pria berkacamata terdiam, berpikir sejenak lalu mengatakan, "Kalau begitu, kita pergi saja dari sini. Kita temui Bos setelah klie
Setelah berjuang hampir satu jam, akhirnya kedua adik-kakak itu berhasil keluar dari Bar melewati pintu belakang. Melihat dua orang temannya berlari menuju gang yang dijaga Polisi Hong Kong. Roni tersenyum, dan bersiap untuk bergabung dengan Hendra dan Edric.Saat ini Roni sudah berada di luar Bar, tetapi ia terjebak di dalam sebuah bangunan kosong, karena hampir kepergok oleh salah satu anak buah Prams.Ketika ia bersiap berlari melewati parkiran luas di depan. Tanpa sengaja sudut matanya menangkap bayangan anak buah Prams yang berada di atas gedung, tepat di samping Bar. Shap!Roni terhenyak kaget saat melihat peluru dari senapan tanpa suara melesat cepat dan berhasil mengenai Hendra yang tengah menggendong Regan."Aaggggghhhh!" teriak Hendra, kesakitan.Peluru tersebut menembus betis Hendra, membuat tubuhnya nyaris tersungkur ke depan. "Bang!" Edric memutar tubuh, berlari mendekati sang kakak.Melihat adiknya mendekat, Hendra menggeleng berkali-kali, "Jangan ke sini! Cepat berla







