Ketika telepon diterima oleh Sisca, Anggun dengan senyuman liciknya mulai mengatakan sesuatu yang sejak kemarin memenuhi isi kepala.
Satu per satu rencana yang tersusun rapi di dalam otaknya, mulai dia katakan pada sepupu Febby. Entah mengapa, dia percaya pada wanita itu seratus persen. "Seperti perjanjian awal, kalau kamu berhasil mengerjakan tugas, aku akan memberikan apapun yang kamu mau." Pertama-tama Anggun mengulang kesepakatan awal agar Sisca bersemangat. "Saya mau Mbak. Bilang aja apa yang harus saya lakuin," jawab Sisca. Anggun tersenyum kecil, "Pertama kamu harus mendapatkan bukti kehamilan Febby dan percakapan kalau anak itu anak dari mantan suamiku ...." "Cuma itu, Mbak?" "Aku belum selesai," ketus Anggun. "Dengar dulu!" "Maaf Mbak." "Aku tahu untuk mendapatkan hasil tes DNA janin itu 'kan sulit, tapi kalau merekam percakapan keduanya tentang kehamilan,Ketika telepon diterima oleh Sisca, Anggun dengan senyuman liciknya mulai mengatakan sesuatu yang sejak kemarin memenuhi isi kepala. Satu per satu rencana yang tersusun rapi di dalam otaknya, mulai dia katakan pada sepupu Febby. Entah mengapa, dia percaya pada wanita itu seratus persen. "Seperti perjanjian awal, kalau kamu berhasil mengerjakan tugas, aku akan memberikan apapun yang kamu mau." Pertama-tama Anggun mengulang kesepakatan awal agar Sisca bersemangat. "Saya mau Mbak. Bilang aja apa yang harus saya lakuin," jawab Sisca. Anggun tersenyum kecil, "Pertama kamu harus mendapatkan bukti kehamilan Febby dan percakapan kalau anak itu anak dari mantan suamiku ...." "Cuma itu, Mbak?" "Aku belum selesai," ketus Anggun. "Dengar dulu!" "Maaf Mbak." "Aku tahu untuk mendapatkan hasil tes DNA janin itu 'kan sulit, tapi kalau merekam percakapan keduanya tentang kehamilan,
Di ruang keluarga rumah Fandi. Sisca terlihat gugup, wajahnya pucat pasi. Kedua tangan dan kaki tremor, takut terlibat dalam masalah pelik yang berhubungan dengan hukum. Kalau boleh memilih, lebih baik dia secepatnya menikah dengan anak Juragan Harda, dibandingkan masuk penjara. "Aku ngga akan masuk penjara 'kan, Teh?" tanya Sisca pada Febby dengan suara gemetar. Febby ... calon ibu yang memiliki hati selembut Sutra, menenangkan sepupunya. Ia genggam jemari dingin Sisca erat lalu mengatakan, "Kamu ngga akan terlibat. Teteh pastikan kamu ngga akan masuk penjara. Kamu 'kan udah bantu Teteh. Kamu hebat. Makasih ya." Sisca menatap Febby dengan kedua manik mata berkaca-kaca. Tidak percaya ada manusia sebaik dan setulus sepupunya di dunia ini. Bukan hanya wajah yang cantik, tetapi hati pun ikut cantik, pikir Sisca. "Teteh bukan manusia nyak?" tanya Sisca dengan suara terisak menahan tangis.
"Maksud kamu Neng Sisca yang nyewa hacker?" tanya Inneke, kecewa.Dengan cepat Sisca menegakkan kepala, menggeleng berkali-kali dengan wajah panik. "Ngga Wak, aku mana punya duit buat sewa jasa hacker. Lagian aku udah tobat. Aku tahu aku salah dan aku mau minta maaf.""Yang bener kamu Sisca! Uwak kecewa sama kamu!" imbuh Fandi menatap tajam."Sumpah Wak, aku mah ngga tahu apa-apa," jawab Sisca dengan suara parau, menahan tangis.Dirga menengahi, "Bukan Sisca yang menyewa hacker. Maksudku, Sisca tahu siapa orang yang membantu Mas Andi. Bukan begitu?" tanyanya dengan nada dingin.Sisca menundukkan kepala, ketakutan."Kamu tahu darimana, Nak? Kamu udah cek hape Sisca?" tanya Inneke memastikan."Semua daftar chat dan riwayat panggilan sudah dihapus. Aku tidak bisa memulihkan datanya lagi, tapi aku yakin Sisca pernah berkomunikasi dengan seseorang yang membantu Mas Andi." Tatapan Dokter Kandungan itu masih tertuju pada Sisca.
Sambil memegang ponsel milik Innaya, Dirga menatap Sisca yang baru saja mengatakan niat untuk membantu. Dari mata indah sepupu Febby itu, terlihat jelas kesungguhan yang tersirat di dalamnya. "Aku mau nebus semua dosa aku sama Teh Febby," lanjut Sisca, menundukkan kepala dengan raut wajah menyesal. Membuang napas panjang, Dirga kembali fokus pada ponsel di tangan. Ia tatap layar benda pipih itu dengan serius, berharap video yang baru saja dihapus bisa dipulihkan. Fandi menunggu dengan wajah panik. Berharap ada keajaiban. Video tersebut satu-satunya senjata untuk mengalahkan Andi dan memulihkan nama baik anak semata wayang. Selama orang-orang belum tahu kelakuan bobrok Andi, kemungkinan para followers kurang kerjaan itu akan terus meneror Febby. "Gimana Nak Dirga? Masih ada videonya?" tanya Fandi menatap cemas. "Masih bisa dipulihkan datanya?" Dirga tersenyum kecil. Wajahnya yang
Anggun baru saja menyelesaikan pembayaran awal untuk melancarkan aksinya menghapus video Andi di hape Dirga.Tak sampai beberapa menit ponsel diletakkan dan dia bersandar ke sofa, bunyi deringan benda itu mengusik ketenangan.Anggun melihat ke layar yang menyala, satu nama tertulis_Hacker. Buru-buru dia mengambil ponsel itu dan menempelkan di telinga."Ada apa?" tanya Anggun, menegakkan tubuhnya. "Uangnya kurang? Aku lunasi pembayaran setelah kerjaan kalian selesai.""Bukan masalah uang, Bu. Tapi nomor hape yang Ibu berikan. Apa Ibu yakin masih aktif?"Anggun terdiam. Seingatnya nomor itu masih aktif, tetapi memang jarang bisa dihubungi. "Kayaknya dia gonta-ganti nomor hape. Kadang nomor itu aktif, kadang ngga aktif. Memang ngga bisa?""Kami coba ya, Bu. Tapi kalau mau lebih cepat lagi. Bisa minta nomor lain?"Anggun berdecak. "Kalian 'kan Hacker terbaik di negara ini, masa nyari tahu nomor hape aja ngga bisa. Cari pakai
Mengurungkan niatnya pergi ke Bandung, Dirga kembali ke Jakarta dan pulang ke rumah. Setelah melihat CCTV di depan pintu pagar, Dokter Kandungan itu tahu penyebab istrinya menangis dan mengalami shock berat. Tiba di rumah, Dirga langsung menemui Febby, memeluk Kesayangan erat. Ia membawa istrinya duduk di ruang tengah rumah mini malis itu, berkumpul dengan kedua orang tuanya. "Jadi urusan kamu ditunda dulu, Ga?" tanya Dewanto pada anaknya. "Urusannya sepenting apa sih? Kok sampai pergi ke sana?" "Iya. Coba kamu ngga pergi, pasti ngga akan kejadian seperti ini." Ratna terlihat murung setelah mendengar Febby akan dibawa ke Bandung. Padahal dia baru saja menyusun rencana, ingin menemani menantunya sampai sang cucu lahir ke dunia. "Aku hanya ingin mengambil hape milik sepupu Febby, Pa. Nanti hapenya dibawa sama Ayah Fandi. Dia mau ke sini," jawab Dirga yang duduk di samping Febby, menguatkan istrinya.