Share

Sentuhan Andi

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-07 09:00:23

Cup!

Kecupan lembut mendarat di bibir Febby, membuat wanita itu mendesis risih. Menahan air mata yang nyaris tumpah.

Entah apa yang terjadi, Febby sendiri bingung kenapa dia merasa jijik berada di dekat Andi, bahkan membuat perutnya bergejolak, mual.

"Mas! A-aku ... aku mau muntah." Febby menggerakkan tubuhnya. "Turun Mas! Aku mau muntah. Cepat!"

Andi mengerutkan kening, "Kamu mau muntah?"

"Iya, Mas. Hoek!" Satu tangan memegang mulut.

"Tunggu! Jangan muntah di wajahku. Sial!" Andi beranjak dari tempat tidur, melepas kungkungannya.

Febby berdiri, berlari ke kamar mandi dan masuk.

"Hoek! Hoek! Hoek!"

Terdengar suara Febby yang mengeluarkan isi perut.

Andi bergidik, jijik. "Kok bisa kamu muntah dicium aku? Hah! Sial!" kesalnya. "Memang mulutku bau? Aku baru selesai gosok gigi."

"Maaf, Mas."

"Sial!" umpat Andi, emosi. Kedua tangan mengepal kuat-kuat. Ingin marah, tetapi takut Febb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Nyebelin!

    Crot!Kedua mata Monica melebar sempurna saat cairan kental menyembur ke wajah. "Pak, kok udah keluar? Baru juga saya mainin sebentar."Andi yang masih berada di awang-awang, meremas rambut Monica kencang sambil meraung. "Ugh! Monica! Ngeliat kamu pakai pakaian begitu aja udah bikin saya tera ngsang. Gimana kalau dimasukin."Monica mendengus kesal. "Belum juga dimasukin, Pak. Gimana dong? Udah munc rat aja." Ia melangkah cepat ke meja Andi, mengambil tissue dan mengusap wajahnya dengan kesal.Terkekeh pelan, Andi menaikan celana dan berjalan mendekati Monica. "Jangan marah Sayang. Kita ulang lagi ya. Tadi itu pemanasan aja. Yuk kita coba lagi."Melirik, Monica terlihat jengkel karena belum merasakan apapun. Meski dibayar, tetapi dia ingin juga merasakan sentuhan nakal Andi."Ayo, jangan marah. Nanti saya tambahin uang jajan buat kamu," bisik Andi."Ya udah, tapi janji yang kedua harus lama.""Iya," angguk Andi,

  • Ah! Enak Mas Dokter   Bapak Mau Sekarang?

    Setelah mendapat perintah dari Andi di dalam telepon tadi, Monica berdiri dari tempat duduknya yang berada di depan ruangan CEO abal-abal itu. Sebelum masuk ke sana, ia mengemasi meja kerja dan merapikan pakaian dari atas sampai ke rok span yang terdapat lipatan."Mau ke mana, Mon?" tanya salah satu karyawan, yang memang hanya satu-satunya di kantor itu.Monica yang tengah merapikan kancing kemeja, menegakkan kepala, melihat ke arah laki-laki itu, "Pak Andi nyuruh aku nunggu di ruangannya. Ada tugas tambahan katanya."Laki-laki bertubuh kurus dan kulitnya agak gelap itu manggut-manggut, "Tugas ehem-ehem ya?" candanya mengulum senyum. Ia tahu tugas apa saja yang harus dikerjakan oleh Monica, karena dia yang mencarikan calon sekretaris untuk Andi dengan beberapa syarat."Pokoknya gitu, lumayan buat tambahan," jawab Monica jujur. "Ngomong-ngomong kantor ini bergerak di bidang apa sih? Kok kayak ngga ada kejelasan di surat kontrak kerja. Apa jangan-ja

  • Ah! Enak Mas Dokter   Sekretaris Seksi

    Sejak beberapa hari yang lalu, Andi mengurus diri sendiri di rumah. Masak, mencuci pakaian, merapikan rumah, yang biasanya dikerjakan Febby, kini menjadi pekerjaan tambahan setelah pulang bekerja.Mulai lelah menjalani semuanya seorang diri, Andi berpikir untuk secepatnya menjemput istrinya di Bandung. Toh kakinya sudah berangsur membaik.Saat ini di tengah perjalanan menuju kantor, Andi menyempatkan diri singgah di depan ruko yang dulunya menjadi tempat praktek Dirga.Menarik sudut bibir dengan tatapan sinis, Andi tertawa meremehkan. "Ruko ini dijual. Hubungi pemilik asli. Anggun." Ia mengeja tulisan di depan ruko tersebut. "Ternyata Dunia itu memang berputar. Dulu Dirga selalu dibanggakan. Sekarang dia hanya seorang pecundang yang ngga punya kerjaan. Emang enak."Puas menghina sepupunya, Andi kembali melajukan mobil menuju kantor di jam sembilan pagi.Karena dia adalah Bos di sana, dia menciptakan jam kerja sendiri agar bisa lebih santa

  • Ah! Enak Mas Dokter   Aku Akan Berjuang

    Sepanjang jalan menuju stasiun kereta, wajah Dirga terlihat murung, tak lagi bercahaya seperti kemarin. Duda Tampan itu menyanderkan kepala di kaca mobil dengan satu tangan bertumpu menahan pipi.Pandang matanya tertuju pada jalanan licin yang disirami rintik hujan. Sesekali helaan napas berat mengiringi detik demi detik waktu yang berputar.Jemarinya mengusap embun yang menghiasi jendela setiap kali hembusan napas keluar dari hidung.Rindu, tidak tega, perasaan itu menyelimuti hatinya saat ini. Belum sanggup melewati hari tanpa melihat senyuman wanita kesayangan.Kembali menghela napas panjang, Dirga melihat jam di lengan kekarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat.Perjalanan menuju stasiun terasa sangat panjang baginya. Perasaan bosan mulai menghantui diri, meski sejak tadi Fandi memutar musik khas Sunda untuk menemani mereka.Laki-laki berkacamata itu mengeluarkan ponsel dari saku jas hitam yang dikenakan. Te

  • Ah! Enak Mas Dokter   Jangan Pergi!

    ~~Paginya~~Bangun dari tidur dengan tubuh terasa lelah seperti habis berlari keliling lapangan, Febby beranjak turun dari ranjang. Pandang matanya tertuju pada jendela kamar yang tertutup rapat.Kejadian semalam seperti mimpi, namun saat melihat tubuhnya tak berbusana sama sekali, ia sadar kalau semua itu nyata.Sentuhan hangat dan lembut. Permainan panas dan kecupan basah semalam, benar-benar terjadi."Mas Dirga." Febby tersenyum, memeluk tubuh sambil membayangkan sentuhan nakal calon suaminya. "Aku akan merindukan sentuhanmu setiap malam."Menghela napas lesu, tiba-tiba saja dia merasa lemas saat mengingat hari ini Dirga akan kembali ke Jakarta.Deg!Kedua mata membulat, melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dengan gerakan cepat dia memakai pakaian satu per satu lalu keluar dari kamar.Takut ditinggal lebih awal, Febby mencari sosok Dirga di seluruh ruangan rumahnya."Kamu nyari siapa, Feb?

  • Ah! Enak Mas Dokter   Malam Perpisahan

    Bisikkan lembut Dirga membuat detak jantung Febby berdegup kencang, nyaris melompat dari dada."Mau ya." Suara itu terdengar merdu di telinga Febby. "Aku berjanji hanya malam ini. Setelah itu aku akan menahan diri dan menunggu sampai kita sah menjadi suami-istri."Febby terdiam membisu, merasakan hembusan napas hangat lelaki pujaan yang saat ini tengah mengungkung tubuhnya."Please." Dirga mengerlingkan mata.Wajah tampan memelas itu seakan menahan keinginan Febby untuk menolak.Cup!Ciuman lembut mendarat di bibir, Dirga tersenyum mesra dan kembali bertanya, "Sudah siap?" Seolah Febby sudah menjawab, 'Iya.'"Aku 'kan belum jawab, Mas." Wanita cantik pemilik hidung mancung itu mengerucutkan bibir.Dirga terkekeh, "Kalau diam artinya mau.""Masa gitu?" Febby memalingkan wajahnya."Baby, please. Sekali ini saja, untuk mengisi energi sebelum aku pulang ke Jakarta. Kamu tahu 'kan siapa yang aku had

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status