Share

Jangan Kasar!

Penulis: Dita SY
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 08:00:43

Febby masuk ke kamar, menuruti permintaan suaminya. Ia mengambil lingerie seksi dari dalam lemari lalu membawanya ke kamar mandi untuk dikenakan.

Jam baru menunjukkan pukul sebelas siang, namun seperti biasa, Andi selalu meminta jatah sesuka hatinya.

Sejak menjalani program kehamilan, Febby memang belum disentuh oleh Andi, mengikuti saran Dokter Tampan itu.

Sebenarnya ada sesuatu yang janggal mengusik pikiran Febby, dan hingga saat ini dia belum bisa memecah kejanggalan itu.

Tentang Andi yang mengetahui perselingkuhannya dengan Dirga, namun kenapa suaminya seolah membiarkan dia menjalani program kehamilan itu?

Febby mematut diri di depan cermin panjang di atas wastafel, memikirkan Andi yang semakin lama semakin menakutkan.

"Kalau Mas Andi tahu aku selingkuh dengan Mas Dirga, kenapa dia diam saja? Malah terkesan membiarkan hubungan aku dan Mas Dirga berlanjut," gumamnya pelan. Tak habis pikir.

Sekian menit termenung di de
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ah! Enak Mas Dokter   Gugatan Cerai Diterima

    Yang dirindukan setengah mati, sedang merindukan setengah mati juga. Dirga duduk termenung di dalam mobil sambil menatap foto Febby yang dijadikan pajangan di atas dasbor."Aku kangen kamu, Baby. Gimana kabarmu, hem? Gimana kabar anak kita? Dia baik-baik saja 'kan? Dia pasti kangen Papanya." Dirga tersenyum lembut, membayangkan pergumulan panas semalam yang membuatnya tidak bisa tidur.Saat sedang termenung menikmati suasana sepi di dalam mobil, tiba-tiba kaca mobilnya diketuk seseorang.Dirga menoleh ke kaca jendela, melihat Edi_karyawan Andi yang memiliki janji temu dengannya tadi.Ia membuka kaca, dan berbicara dengan Edi, "Letakan kamera pengintai ini di dalam ruangan Andi!" kata Dirga memberikan tiga kamera yang memiliki bentuk sangat kecil, pada Edi.Laki-laki kurus itu menundukkan tubuh, "Tapi saya takut ketahuan, Pak." Tangan Edi gemetar, berkeringat.Dirga menatap tajam, satu tangannya mengeluarkan berkas dari dalam tas

  • Ah! Enak Mas Dokter   Kangen

    "Sisca! Mana susunya?" seru Febby dari dalam kamar mewah bernuansa pink-putih, lengkap dengan hiasan boneka Hello Kitty."Sabar Teh, ini lagi dibawa ke kamar," sahut Sisca berjalan cepat ke kamar sepupunya sambil membawa nampan dengan kedua tangan. Ia membuka pintu kamar lebar lalu melangkah masuk.Febby tersenyum simpul melihat Sisca membawa susu hangat pesanan. Ia berdiri dari ranjang, menghampiri Sisca dan membantu membawa nampan itu."Makasih ya," ucap Febby pada wanita yang memiliki usia lebih muda satu tahun darinya. "Udah cantik, baik, rajin. Sepupu aku emang best," puji wanita hamil itu pada satu-satunya sepupu kandung dari keluarga Inneke.Sisca, adalah anak dari adik Inneke yang menikah dengan pedagang gorengan di pinggir jalan. Adiknya juga hanya memiliki satu anak, yaitu Sisca."Sama-sama Teh, diminum dulu susunya." Sisca melangkah mendekati kursi di depan meja rias lalu duduk. "Teteh mau cemilan sekalian? Aku ambilin ya."

  • Ah! Enak Mas Dokter   Nyebelin!

    Crot!Kedua mata Monica melebar sempurna saat cairan kental menyembur ke wajah. "Pak, kok udah keluar? Baru juga saya mainin sebentar."Andi yang masih berada di awang-awang, meremas rambut Monica kencang sambil meraung. "Ugh! Monica! Ngeliat kamu pakai pakaian begitu aja udah bikin saya tera ngsang. Gimana kalau dimasukin."Monica mendengus kesal. "Belum juga dimasukin, Pak. Gimana dong? Udah munc rat aja." Ia melangkah cepat ke meja Andi, mengambil tissue dan mengusap wajahnya dengan kesal.Terkekeh pelan, Andi menaikan celana dan berjalan mendekati Monica. "Jangan marah Sayang. Kita ulang lagi ya. Tadi itu pemanasan aja. Yuk kita coba lagi."Melirik, Monica terlihat jengkel karena belum merasakan apapun. Meski dibayar, tetapi dia ingin juga merasakan sentuhan nakal Andi."Ayo, jangan marah. Nanti saya tambahin uang jajan buat kamu," bisik Andi."Ya udah, tapi janji yang kedua harus lama.""Iya," angguk Andi,

  • Ah! Enak Mas Dokter   Bapak Mau Sekarang?

    Setelah mendapat perintah dari Andi di dalam telepon tadi, Monica berdiri dari tempat duduknya yang berada di depan ruangan CEO abal-abal itu. Sebelum masuk ke sana, ia mengemasi meja kerja dan merapikan pakaian dari atas sampai ke rok span yang terdapat lipatan."Mau ke mana, Mon?" tanya salah satu karyawan, yang memang hanya satu-satunya di kantor itu.Monica yang tengah merapikan kancing kemeja, menegakkan kepala, melihat ke arah laki-laki itu, "Pak Andi nyuruh aku nunggu di ruangannya. Ada tugas tambahan katanya."Laki-laki bertubuh kurus dan kulitnya agak gelap itu manggut-manggut, "Tugas ehem-ehem ya?" candanya mengulum senyum. Ia tahu tugas apa saja yang harus dikerjakan oleh Monica, karena dia yang mencarikan calon sekretaris untuk Andi dengan beberapa syarat."Pokoknya gitu, lumayan buat tambahan," jawab Monica jujur. "Ngomong-ngomong kantor ini bergerak di bidang apa sih? Kok kayak ngga ada kejelasan di surat kontrak kerja. Apa jangan-ja

  • Ah! Enak Mas Dokter   Sekretaris Seksi

    Sejak beberapa hari yang lalu, Andi mengurus diri sendiri di rumah. Masak, mencuci pakaian, merapikan rumah, yang biasanya dikerjakan Febby, kini menjadi pekerjaan tambahan setelah pulang bekerja.Mulai lelah menjalani semuanya seorang diri, Andi berpikir untuk secepatnya menjemput istrinya di Bandung. Toh kakinya sudah berangsur membaik.Saat ini di tengah perjalanan menuju kantor, Andi menyempatkan diri singgah di depan ruko yang dulunya menjadi tempat praktek Dirga.Menarik sudut bibir dengan tatapan sinis, Andi tertawa meremehkan. "Ruko ini dijual. Hubungi pemilik asli. Anggun." Ia mengeja tulisan di depan ruko tersebut. "Ternyata Dunia itu memang berputar. Dulu Dirga selalu dibanggakan. Sekarang dia hanya seorang pecundang yang ngga punya kerjaan. Emang enak."Puas menghina sepupunya, Andi kembali melajukan mobil menuju kantor di jam sembilan pagi.Karena dia adalah Bos di sana, dia menciptakan jam kerja sendiri agar bisa lebih santa

  • Ah! Enak Mas Dokter   Aku Akan Berjuang

    Sepanjang jalan menuju stasiun kereta, wajah Dirga terlihat murung, tak lagi bercahaya seperti kemarin. Duda Tampan itu menyanderkan kepala di kaca mobil dengan satu tangan bertumpu menahan pipi.Pandang matanya tertuju pada jalanan licin yang disirami rintik hujan. Sesekali helaan napas berat mengiringi detik demi detik waktu yang berputar.Jemarinya mengusap embun yang menghiasi jendela setiap kali hembusan napas keluar dari hidung.Rindu, tidak tega, perasaan itu menyelimuti hatinya saat ini. Belum sanggup melewati hari tanpa melihat senyuman wanita kesayangan.Kembali menghela napas panjang, Dirga melihat jam di lengan kekarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat.Perjalanan menuju stasiun terasa sangat panjang baginya. Perasaan bosan mulai menghantui diri, meski sejak tadi Fandi memutar musik khas Sunda untuk menemani mereka.Laki-laki berkacamata itu mengeluarkan ponsel dari saku jas hitam yang dikenakan. Te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status