Share

Tukang Kebun

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-07-11 08:00:38

Berhasil masuk ke rumah Fandi, menjadi pencapaian tersukses Dirga. Ia yang kesulitan menemui ayah satu anak itu, mencari siasat lain agar bisa memberitahu tentang kejahatan Andi.

Sadar, Fandi tidak akan mudah mempercayai ucapan dari orang asing, membuat Dirga terus mencari cara agar informasi yang dia miliki langsung sampai pada calon ayah mertuanya.

Saat ini Dirga sedang memperlihatkan keahlian memangkas rumput, hal yang biasa dia lakukan saat masih bersekolah dulu. Dia dan ayahnya memang sering merawat kebun warisan sang kakek.

Mantan Dokter Kandungan yang ijin prakteknya dicabut dan karirnya dihancurkan oleh Anggun dan Anugerah itu, terlihat sibuk merapikan halaman rumah keluarga Fandi.

Tanpa dia sadari, dari dalam rumah mewah bercat putih, Febby sedang berdiri memperhatikan lewat kaca jendela panjang dekat ruang tamu.

"Bu, ada Tukang Kebun baru, ya?" tanya Febby menoleh ke belakang, bertanya pada ibunya yang duduk santai sambil meraju
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Boleh?

    ~~~Malam harinya~~~Setelah menghabiskan makan malam bersama. Berbincang di ruang keluarga, Fandi, Inneke, Febby dan Dirga kembali ke kamar masing-masing.Dirga tak lagi menempati bangunan kosong di halaman belakang, malam ini dan seterusnya dia akan tidur di kamar tamu rumah mewah itu.Di dalam kamar sunyi yang hanya diterangi lampu tidur, Dirga berbaring telentang di atas ranjang empuk sambil menatap layar ponsel.Seperti biasa, postingan Andi menjadi hiburan tersendiri untuk menghilangkan bosan.Hari ini Andi memposting foto bersama satu karyawan baru dan sekretaris yang bekerja di kantor tersebut.Foto itu diberi caption, "Akhirnya aku memiliki karyawan dan sekretaris baru. Semoga kita bisa bekerja dengan kompak untuk memajukan bisnis ini. Semangat."Menarik sudut bibir, Dirga berdecak kasar, "Tunggu saja Mas. Sebentar lagi hak Febby akan kembali padanya. Kamu harus terima kehancuranmu karena mengambil uang Ayah Fand

  • Ah! Enak Mas Dokter   Luluh

    Baru saja ingin mengakui nama aslinya, tiba-tiba seseorang datang ke rumah dan mengucapkan salam.Fandi dan Dirga menoleh ke arah pintu, melihat wanita paruh baya melangkah masuk ke rumah sambil cengengesan."Ini dia biang keroknya," kata Fandi menatap ke arah Bu Ida yang baru datang. "Tumben ngucapin salam?" Karena biasanya Bu Ida langsung nyelonong masuk ke rumah tanpa permisi.Pertanyaan Fandi mewakili isi hati Dirga, hampir saja dia lari ke dalam karena mengira yang datang orang tua Andi.Yang ditanya hanya menunjukkan susunan giginya dengan wajah tanpa dosa. "Pak Fandi, makin kasep aja," kekeh Bu Ida cengar-cengir. "Saya mau masak makan malam dulu, nyak." Ia menundukkan tubuh, berjalan sopan menuju dapur.Setelah Bu Ida hilang dari pandangan, Fandi kembali bertanya pada calon menantunya, "Jadi nama asli kamu siapa? Dudung bukan nama asli 'kan? Masa muka kasep kayak orang Kota, namanya Dudung.""Bukan, Yah. Nama asli saya Dir

  • Ah! Enak Mas Dokter   Nama Saya....

    "Kalian berdua sama-sama salah. Sama-sama malu-maluin. Selingkuh, Ayah paling benci sama orang selingkuh. Apalagi istri yang selingkuh dari suami. Meskipun suaminya ngga baik, tapi selingkuh itu tetap ngga bisa dibenarkan. Ayah yakin bukan keinginan Febby melakukan itu, tapi kamu yang maksa. Iya 'kan?" Fandi meninggikan suaranya.Dirga mengangguk lirih, perlahan turun dari tempat duduk dan melangkah menggunakan dengkul mendekati Fandi.Melihat itu, Fandi melotot, "Mau apa kamu?" tanyanya ketus.Dirga menegakkan kepala, menatap calon ayah mertua sesaat. Kedua tangan meraih jemari Fandi dan mencium berkali-kali. "Maafin saya Yah. Saya memang laki-laki brengsek yang membawa pengaruh buruk untuk Febby, tapi saya memiliki cinta yang tulus untuk anak perempuan Ayah. Saya ingin menikahi Febby setelah perceraian dia selesai."Fandi memalingkan wajah, "Mana bisa Febby cerai langsung nikah. Dia lagi hamil anak Andi!"Deg!Dirga terhenyak.

  • Ah! Enak Mas Dokter   Maaf Ayah

    Melangkah menuju ruang tamu tempat calon Ayah mertuanya beristirahat. Perasaan Dirga mulai tak karuan. Apalagi saat dia melihat laki-laki paruh baya itu berpindah posisi duduk dengan wajah dingin sambil menggenggam jemari tangan di atas lutut.Perlahan Duda Tampan itu mendekat dan berdiri di dekat sofa panjang, seberang Fandi.Menyadari kedatangan Dirga, Fandi menegakkan kepala, menatap dengan sorot mata tajam.Dari tatapan seperti Elang lapar itu, Dirga sudah merasakan kemarahan Fandi yang kemungkinan sudah tahu tentang hubungannya dan Febby."Ayah manggil saya?" tanya Dirga gugup. Baru pertama kali dia merasa sangat takut seperti sekarang. Biasanya Mantan Dokter Kandungan itu tak gentar meski harus berhadapan dengan orang berpangkat sekalipun."Duduk!" titah Fandi dengan nada dingin, tak seperti laki-laki yang dikenal oleh Dirga sejak awal.Menghela napas dalam, Dirga duduk di seberang meja sambil menundukkan kepala.S

  • Ah! Enak Mas Dokter   Pengakuan

    ***Di tempat berbeda, Febby sedang mengumpulkan berkas-berkas untuk mengajukan gugatan cerai. Ia berdiri di depan meja kerja ayahnya, membelakangi pintu. Dan tiba-tiba seseorang dari belakang memeluk tubuhnya.Deg!Febby terhenyak, tetapi dia tahu siapa itu. "Mas, jangan nekat, nanti ada Ibu," protesnya melepas kedua tangan Dirga yang melingkar di perut."Perut kamu udah agak gede, Baby?" Dirga memutar tubuh Febby berhadapan. Kedua mata membulat dengan senyuman merekah di bibir merah alaminya.Febby mengangguk pelan, "Iya, kayaknya karena aku banyak makan," jawabnya sambil melihat ke arah pintu. "Kamu ngapain masuk? Kata Ibu kamu harus nunggu di luar. Nanti Ibu lihat gimana?" Wajahnya terlihat panik.Duda Tampan itu tersenyum, "Nanti aku jelasin kalau aku lagi bantu kamu memilih beberapa berkas yang kamu ngga tahu.""Jangan nekat deh, Mas. Mending kamu nunggu di luar, nanti Ibu mikir macam-macam."Bukannya kelu

  • Ah! Enak Mas Dokter   Jangan Pingsan Lagi!

    "Tadi Ayah ngomong apa? Ada kabar baik? Soal apa?" tanya Inneke pada suaminya yang bersandar di sofa sambil melebarkan kedua tangan."Nanti Ayah jelasin, Bu. Tunggu kopi buatan anak Ayah dulu. Ayah capek banget abis muter-muter sama Nak Dudung. Tuh tanya sama orangnya." Fandi melirik ke arah Dirga."Malah tadi di kantor Polisi, kita disuruh nunggu dulu berjam-jam. Pas udah duduk di depan Polisi, masih aja berbelit-belit. Untung Nak Dudung nelpon kenalan dia lagi, jadi bisa diproses dan diterima beberapa bukti barunya. Sekarang tinggal nunggu surat pemanggilan dari Polisi yang langsung nangkep Andi, tapi kata Nak Dudung, dia masih mau nyari bukti lain sebelum proses hukum berjalan," jelas Fandi panjang lebar.Inneke menyimak penjelasan suaminya sambil mengangguk pelan. Sesekali pandang matanya tertuju pada Dirga yang diam seribu bahasa sambil melirik ke arah dapur.Pertama kali melihat tatapan Dirga pada anak tersayang, dia sama sekali tidak memiki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status