Accueil / Romansa / Ah! Sentuh Aku Lagi, Om / Perasaan Yang Berbeda

Share

Perasaan Yang Berbeda

last update Dernière mise à jour: 2025-11-25 09:31:05
Celine kembali ke ruang devisinya, menarik napas pelan sebelum duduk di meja kerjanya. Ia langsung membuka chat Aldean lagi dan tanpa sadar, menyimpan nomor pria itu.

Ia menggigit bibir bawahnya. Perhatian Aldean membuat dadanya hangat, tapi dia tetap tidak mau merepotkan pria itu.

Celine tersenyum tipis, sebelum mengetik pelan di layar ponselnya.

Celine: [Untuk saat ini aku belum kepikiran, Om. Kalau nanti butuh sesuatu, aku kabarin. Makasih ya.]

Tak sampai satu menit, balasan muncul.

Om Dean: [Kamu nggak perlu nunggu butuh dulu, Cel. Kamu tinggal di apartemenku dan aku harus memastikan kamu nyaman.]

Celine mengembuskan napas. Ia merasa antara hangat, sungkan, dan… entah apa lagi.

Celine: [Iya, tapi beneran belum ada yang kepikiran, Om. Nanti kalau ada aku bilang.]

Balasan Aldean datang lagi, kali ini lebih cepat.

Om Dean: [Baik. Tapi jangan ngerasa sungkan atau ngerasa ngerepotin. Aku sendiri yang mau dan nggak keberatan.]

Celine mengetik balasan lagi, tapi baru
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Semalaman

    “Om Dean, aku... aku... udah mau. Ah—aku kayaknya aku udah gila, Om.” gumam Celine, matanya yang sayu menatap penuh hasrat pada Aldean.Aldean juga, dia tak berkedip sedikitpun menatap wajah Celine yang menggoda, terlihat begitu cantik dan memikat. Melihatnya, Aldean tak mampu lagi menahan gejolak dalam dirinya yang semakin memuncak. Kenikmatan itu pun berkumpul pada satu titik di tubuhnya.“Oh, Bebi... aku nggak tahan lagi...” ungkap Aldean dengan napas terengah-engah.Tanpa menunggu lama, dia semakin mempercepat tempo gerakannya hingga tak terkendali, rahang tegasnya mengeras, kepalanya mendongak ke atas.“Arrgghh, Celine...!” erang Aldean, suaranya berat dan sensual, teramat seksi dan menggoda.Hingga pada sepuluh menit berikutnya, Aldean tak tahan lagi dan akhirnya menyemburkan bibit unggulnya di dalam Celine, membuat tubuh Celine bergetar hebat, merasakan hangat dan penuh di dalam sana saat gelombang kenikmatan itu menghantamnya tanpa ampun.Bruk!Tubuh Aldean yang kekar seketika

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Malam Panas

    Aldean mengatupkan rahang saat mendengar desahan merdu yang tersu keluar dari mulut Celine.Goyangan amatir yang dilakukan Celine membuat Aldean mengeram tertahan, terhanyut oleh sensasi luar biasa yang ia rasakan. Meski masih amatir, gerakan Celine berhasil membuat Aldean kehilangan kewarasannya.Tatapannya yang penuh hasrat itu menelusuri perut ramping Celine, lalu naik ke da da sintalnya yang menggoda. Matanya berhenti sejenak di pucuk merah jambu yang mengeras, kemudian menyusuri leher hingga wajah Celine yang tampak sangat menggoda dan seksi.“Engh... ah... Om Dean... aahh aku—” rancau Celine tak terkendali, menikmati setiap penyatuan itu.“Ough... ahhh... kamu nikmat dan bikin aku candu banget, Bebi...” balas Aldean di sela desahnya.Satu tangan Aldean yang berada di pinggang Celine perlahan bergerak ke perut Celine yang rata dan mengelusnya, lalu beralih ke atas, menangkup bantalan kenyal dan besar itu.“Da da mu makin besar, Cel. Oh—kamu seksi banget, Bebi...”Celine mendongak

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kamu Yang Di Atas

    Aldean menunduk sedikit, hidungnya menyentuh pelipis Celine.“Nanti Kayra nungguin Om,” ujar Celine lirih. “Kalau Om nggak pulang, nanti dia bakal—”“Aku yang jelasin,” potong Aldean lembut, namun tegas. Tangannya mengusap punggung Celine perlahan. Menenangkan, tapi juga tak memberi ruang untuk dibantah. “Aku bilang malam ini ada urusan mendadak.”“Kalau dia curiga?”“Aku yang urus.”Celine mendongak, menatap Aldean ragu. “Om yakin?”“Aku yakin.” Tatapan Aldean mantap. “Aku mau di sini. Sama kamu. Bukan karena aku bisa, tapi karena aku yang milih.”Kalimat itu menghantam dada Celine pelan tapi dalam. Ia memejamkan mata sesaat, membiarkan hangat itu meresap bersamaan dengan rasa perih yang tak bisa sepenuhnya ia singkirkan.“Om keras kepala,” gumamnya kecil.Sudut bibir Aldean terangkat tipis. “Cuma kalau soal kamu.”Celine menghela napas, lalu mengangguk pasrah. “Ya udah. Tapi besok Om pulang.”“Iya,” jawab Aldean tanpa ragu.Ia merapatkan pelukannya. Tangannya naik ke tengkuk Celine,

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Aku Mau Di Sini Sama Kamu

    Aldean mendekatkan tubuhnya rapat ke Celine, dagunya menyentuh bahu sang kekasih. Napasnya mengusap lembut tengkuk putih dan mulus itu sebelum sebuah kecupan halus mendarat di sana. Bukan terburu-buru, bukan pula menuntut, hanya penuh rasa memiliki.Celine pun refleks mendesah lirih, menutup matanya sejenak. Jantungnya berdegup tak beraturan, namun tangannya tetap sibuk mengaduk masakan di atas kompor.“Harumnya,” ucap Aldean rendah, nyaris berbisik. “Masakannya… atau orangnya ya?”“Om Dean…” Celine tersenyum malu. “Jangan ganggu. Nanti gosong.”Aldean terkekeh pelan. Lengannya mengencang sedikit di pinggang Celine, seolah enggan melepaskan.“Aku cuma kangen,” katanya jujur. “Dari tadi pengin peluk.”Kalimat sederhana itu membuat dada Celine terasa hangat dan nyeri bersamaan.“Kangen padahal baru ketemu,” balas Celine pelan.“Justru karena itu,” sahut Aldean lembut. “Aku pengin pastiin kamu ada. Baik-baik aja.”Celine menelan ludah. Senyumnya masih ada, tapi matanya mulai terasa panas

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Keputusan Celine

    Celine tersentak. Langkahnya terhenti mendadak.Ia menoleh. Aldean berdiri tak jauh darinya. Jasnya masih rapi, rambutnya sedikit berantakan diterpa angin malam.“Om?” Celine terkejut. “Kok Om ada di sini? Bukannya tadi Om pulang?”“Nggak jadi.” Aldean mendekat beberapa langkah. Tatapannya langsung mengunci wajah Celine.“Aku kepikiran kamu.”Jantung Celine berdegup tak karuan.“Jadi... tadi habis lihat Kayra pergi, Om langsung ke sini,” ucapnya pelan.Aldean hanya mengangguk singkat.Ia berhenti tepat di depan Celine. Dari jarak sedekat itu, raut murung di wajah Celine tak luput dari perhatiannya. Mata Celine yang berkaca-kaca dan senyum yang dipaksakan.“Ada apa?” tanyanya rendah. Tidak mendesak, hanya peduli.Celine menggeleng cepat. “Nggak apa-apa, Om.”Aldean tahu itu bohong. Tapi ia memilih tidak memaksa.“Oke. Kalau gitu, kita masuk, ya,” ucapnya lembut.Ia mengulurkan tangan.Celine menyambutnya dan mengangguk kecil.Genggaman Aldean hangat dan tenang. Sedikit demi sedikit, se

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Saat Kebenaran Datang, Celine Mungkin Akan Kehilangan Sahabatnya

    “Kay—!”Celine refleks meraih ponselnya lagi. Tubuhnya condong ke depan, tangannya lebih cepat. Dalam satu tarikan panik, ponsel itu berhasil kembali ke genggamannya.Tanpa buang waktu, Celine langsung menyelipkan ponsel itu ke dalam tas, menutup resletingnya rapat seolah nyawa rahasianya ada di sana.“Cel!” Kayra mendengus kesal. “Ih, pelit amat sih? Cuma lihat doang juga.”Celine tertawa kecil, berusaha santai meski jantungnya masih lompat-lompat. “Bukan pelit. Cuma… nggak enak aja.”“Nggak enak kenapa?” Kayra memicingkan mata, curiga setengah bercanda. “Chat apaan sih sampai segitu dijagain?”“Beneran, Kay. Grup kantor,” jawab Celine cepat. “Aku malu aja kalau kamu baca.”“Malu?” Kayra mendelik. “Lah, kenapa malu?”Celine terdiam sepersekian detik. Otaknya bekerja keras.“Karena…” ia menggaruk pipinya. “Mereka lagi gosipin aku.”“Hah?” Kayra langsung antusias. “Gosip apaan? Serius! Aku pengin tahu.”Celine menghela napas pura-pura pasrah. “Digosipin sama cowok kantor.”“Ohhh—” Kayr

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status