Share

Bab 2

"Pergilah, dasar orang udik, jangan masuk ke mobilku dan jangan sentuh kakekku!"

Silvia memaki dan mengayunkan cakarnya seperti anak kucing yang sedang marah.

Yohan mulai marah dan dia rasa wanita itu sudah gila!

Dia meraih tangan Silvia dan menariknya keluar dengan sedikit kekuatan.

Silvia berjuang dengan keras, "Ah, lepaskan aku, dasar orang udik!"

Plak, plak!

Yohan tidak tahan lagi dengannya. Jadi, dia mengangkat pinggangnya dan memukulnya dengan keras dua kali.

Tubuh Silvia bergetar, kemudian silvia menoleh ke arah Yohan dengan tidak percaya, "Kamu ... beraninya kamu!"

Yohan melemparkan Silvia ke tanah dan mengancam dengan suara keras, "Diamlah atau aku akan memukulmu lagi!"

"Di tempat yang sepi ini, kamu nggak akan bisa melarikan diri, bahkan binatang buas pun nggak akan bisa mengalahkanku, pikirkan baik-baik!"

Silvia langsung ketakutan.

Yohan terlalu malas untuk meladeninya lagi, kemudian dia kembali ke dalam mobil.

Pertama-tama dia memeriksa denyut nadi pria tua itu, lalu dia mengangguk kecil. Dia mengeluarkan jarum perak dan mensterilkannya. Dia menusuk titik akupunktur pria tua itu dengan cepat.

Sebelumnya, pria tua itu kesulitan bernapas.

Namun, setelah Yohan melakukan akupunktur, napasnya perlahan kembali normal.

Dua pengawal yang ada di luar mobil juga terkejut melihat pemandangan ini.

Melihat bosnya baik-baik saja, kedua pengawal itu tidak mengganggunya.

Pria tua itu perlahan membuka matanya dan berkata dengan lemah, "Terima kasih banyak, Adik. Keterampilan medismu sungguh luar biasa."

Yohan memeriksa denyut nadinya lagi. "Masalah pada meridian disebabkan oleh paksaan dari alam seni bela diri yang gagal menerobos."

Mata pria tua itu berbinar. "Kamu memiliki penglihatan yang bagus, apa kamu juga seorang ahli seni bela diri?"

Yohan tidak menjawab pertanyaannya.

Sejak dulu, guru telah berkata padanya, bahwa dia tidak boleh memberitahukan pencapaian seni bela dirinya dengan mudah kecuali kalau diperlukan.

Kalau tidak, masalah besar bisa saja terjadi.

"Bersabarlah, aku akan membantumu mengatasi masalah meridian ini. Saat itu, bahkan dengan kemampuan sebagai prajurit kelas empat, semua masalah di tubuhmu juga bisa hilang."

Pria tua itu sangat terkejut dan napasnya menjadi cepat, "Adik, kamu, kamu ... kamu bilang kamu bisa menyembuhkanku?"

Bagaimana mungkin pria tua itu tidak bersemangat?

Pria tua itu juga merupakan sosok yang kuat.

Namun, karena paksaan menerobos yang gagal, membuat seluruh tenaganya terbuang percuma dalam beberapa tahun terakhir.

Kekuatannya juga tidak seperti dulu lagi.

Selama beberapa tahun ini, dia telah mencari banyak dokter terkenal, tetapi mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa.

Yohan mengangguk kecil.

Kondisi pria tua itu tidak terlalu parah dan itu bukan masalah besar bagi Yohan yang sedikit lagi mencapai keterampilan medis tingkat Raja Obat.

"Kalau kamu benar-benar bisa menyembuhkanku, maka aku akan memberikan apa pun yang kamu mau."

Pria tua itu terlalu bersemangat.

Beberapa tahun ini dia sudah benar-benar putus asa.

Sudah lama dia berhenti berobat. Dia hanya ingin hidup lebih lama agar bisa membuka jalan bagi putranya.

Tiba-tiba dia mendengar bahwa dirinya masih bisa diselamatkan, bagaimana mungkin dia tidak bahagia?

Yohan sedikit mengernyit. Pria tua ini terlihat cukup kaya, tetapi mengapa dia begitu gegabah?

Dia terlalu berlebihan untuk sesuatu yang biasa saja.

Setelah itu, Yohan mencabut jarum perak dari tubuh pria tua itu.

Setelah disterilkan, jarum dimasukkan kembali.

Kali ini sedikit berbeda. Yohan menggunakan keterampilan uniknya, yaitu Tiga Belas Jarum Penyelamat Dunia!

Begitu teknik akupunktur ini digunakan, semua bencana di dunia ini bisa diatasi, bahkan akan sulit meski ingin mati.

Napas pria tua itu tersendat.

Dia menyadari bahwa tubuh Yohan memancarkan aura yang membuatnya sangat terkejut.

Dalam sekejap mata, tiga belas jarum telah ditusukkan.

Gelombang rasa hangat bergerak ke seluruh tubuhnya.

Meridian yang telah rusak, perlahan pulih dengan cepat.

Awalnya, wajah pria tua itu sangat pucat.

Namun, seiring berjalannya waktu, kulitnya berangsur-angsur menjadi cerah kembali.

Duar!

Sebuah ledakan kekuatan yang besar muncul dari dalam tubuhnya, seperti serigala yang terbangun dari tidurnya.

Kedua kaki pengawal yang ada di luar mobil gemetar dan mereka hampir saja berlutut.

Mereka menatap dengan tatapan ngeri di mata mereka.

Yohan yang ada di dalam mobil sama sekali tidak terpengaruh oleh kekuatan pria tua itu.

Dia hanyalah seorang prajurit tingkat empat.

Tingkatan prajurit dibagi menjadi tingkat satu hingga tingkat sembilan.

Tingkat satu adalah tingkat terendah dan tingkat sembilan adalah tingkat tertinggi. Sebelum tingkat pertama, ada tahap sebelum prajurit.

Tingkat satu sampai tingkat tiga adalah prajurit peringkat tiga terbawah.

Tingkat empat sampai tingkat enam adalah prajurit tingkat menengah dan biasa disebut Guru oleh orang-orang.

Kemudian, prajurit tingkat tujuh sampai tingkat sembilan disebut Guru Besar.

Yohan adalah seorang prajurit tingkat sembilan yang juga disebut sebagai Guru Besar.

"Sudah pulih, benar-benar sudah pulih!" Pria tua itu merasakan kekuatan dahsyat yang ada dalam tubuhnya, kemudian dia menangis kegirangan.

Sudah lama dia tidak merasakan sensasi dari kekuatan yang telah lama hilang dari tubuhnya itu.

"Aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu!" ujar Susilo.

Dia menjabat tangan Yohan dengan rasa penuh terima kasih setelah mengatakan itu.

Yohan menerima ucapan terima kasihnya dengan tenang.

"Aku nggak mengobatimu dengan gratis." Yohan berkata, "Menurut peraturan pengobatanku, aku hanya mengenakan biaya 2 ribu untuk mengobati orang miskin."

"Enam juta untuk mengobati orang kaya, lagian kamu harus membayar 200 juta untuk amal."

Susilo mengira Yohan menginginkan imbalan beberapa miliar atas apa yang dia lakukan.

Meski Yohan memintanya, Susilo pasti akan memberikannya.

Hidupnya lebih berharga dari sekadar uang receh itu.

Kesan baik terhadap Yohan kini menjadi semakin baik ketika Yohan hanya meminta 6 juta untuk imbalan atas apa yang telah dia lakukan.

Pemuda ini punya prinsip!

"Bolehkah aku bertanya siapa namamu?"

"Yohan Andreas."

"Ternyata Dokter Yohan."

Ketika mereka turun dari mobil, Susilo tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Bisa bertemu dengan penyelamatku hari ini adalah berkah yang belum pernah aku alami seumur hidup."

Kedua pengawal yang ada di sana tercengang.

Silvia yang ada di tanah juga tercengang.

Susilo yang sebelumnya sekarat, sekarang dia baik-baik saja.

"Kakek, apa kamu baik-baik saja?"

Silvia sangat terkejut dan segera berdiri, lalu berlari ke arah Susilo.

Susilo mengangguk sambil tersenyum, "Aku baik-baik saja, nggak hanya luka dalam yang pulih, tetapi alam seni bela diri Kakek juga telah pulih."

"Syukurlah!" Silvia melompat kegirangan.

Kemudian, dia menunjuk ke arah Yohan dan berkata dengan marah, "Kakek, dia baru saja menggangguku, bantu aku untuk memberinya pelajaran!"

Wajah Susilo menjadi masam, "Apa maksud ucapanmu itu? Dia adalah penyelamat keluarga Rismawan. Cepat minta maaf!"

Silvia memandang Susilo dengan tidak percaya, "Kakek, apa kamu sudah gila? Aku adalah cucu kesayanganmu.

Nggak masalah kalau Kakek nggak mau membantuku saat aku diganggu, tapi kenapa Kakek memintaku untuk meminta maaf pada orang udik ini?"

Susilo berkata dengan sungguh-sungguh, "Silvia, dia adalah penyelamat kita. Hari ini, Kakek mungkin sudah mati kalau nggak ada dia.

Bersikaplah baik, patuhi aku dan segera minta maaf kepadanya."

"Aku nggak mau!" Mata Silvia memerah. "Jelas-jelas dia yang menggangguku, kenapa harus aku yang meminta maaf?

Apa Kakek akan membantuku? Kalau nggak mau, aku akan memanggil orang lain untuk membunuhnya!"

Sebagai seorang wanita muda yang manja, bagaimana dia bisa menerima penghinaan seperti itu?

Yohan menggelengkan kepalanya. Dia adalah anak yang manja.

Dia egois dan dia tidak menghargai orang lain.

Susilo sangat marah dan mengangkat tangan untuk memukulnya, tetapi pada akhirnya dia mengurungkannya.

Bagaimanapun, itu adalah cucu kesayangannya dan dia benar-benar tidak tega memukulnya.

Silvia telah mengangkat ponselnya. "Aku akan menelepon seseorang untuk membunuhmu, dasar orang udik!"

Setiap orang punya tingkat temperamen masing-masing dan akan marah kalau diprovokasi. Terlebih lagi, Yohan dikenal sebagai si pengganggu kecil.

Wanita ini terus memanggilnya udik dan membuatnya sangat kesal.

Dia mengambil satu langkah ke depan dan langsung sampai di depan Silvia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status