Share

Ahli terhebat di Kota Dumai
Ahli terhebat di Kota Dumai
Penulis: Cahaya Pagi

Bab 1

Di suatu tempat jauh di bagian utara hutan lebat dalam pegunungan Negara Nagatar.

"Guru, aku sudah pulang. Makan malam hari ini adalah daging kelinci."

Ada beberapa rumah kayu di hutan lebat dalam pegunungan itu.

Terlihat seorang pemuda yang tampak berusia 16 atau 17 tahun membawa beberapa kelinci gemuk di tangannya. Dia melompat kegirangan di bebatuan sebelum sampai di depan rumah kayu itu.

Dia adalah Yohan Andreas. Dia telah tinggal di sini bersama gurunya sejak dia masih kecil.

Dia mengikuti gurunya untuk berlatih seni bela diri, mengumpulkan obat-obatan, belajar ilmu kedokteran dan belajar membaca.

Kret ....

Yohan mendorong pintu dan masuk. Begitu dia masuk, ekspresi wajahnya langsung berubah.

Kelinci yang ada di tangannya juga terjatuh.

Dia melihat seorang pria tua duduk bersila di atas bantalan duduk dengan kepala terkulai lemas dan tidak bernapas.

"Guru, Guru kamu kenapa?"

Yohan sangat terkejut.

Yohan langsung memeriksa meridiannya dan dia menyadari kalau sudah tidak ada denyut nadi sama sekali.

Kemudian, dia segera mengeluarkan jarum perak dan melakukan akupunktur.

Akupunktur yang dia lakukan sama sekali tidak berguna.

Dia juga menyalurkan energinya yang kuat, tetapi tetap saja tidak berguna.

Dia merasakan kesedihan yang luar biasa.

Dia telah bergantung pada gurunya sejak dia masih kecil. Sulit menerima kabar duka yang sangat tiba-tiba ini.

Pada saat itu, dia menemukan sebuah catatan di sebelahnya.

Dia mengambil catatan itu dan membacanya.

"Yohan, aku sudah merasa bahwa waktuku telah tiba sejak beberapa hari yang lalu. Setelah aku tiada, ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan."

"Pertama, saat itu, aku menyelamatkan ketua Grup Hayan. Dia memberiku 5% saham dan tahun lalu saham itu telah ditransfer atas namamu. Carilah dia setelah kamu turun dari gunung."

"Kedua, beberapa tahun terakhir ini, aku telah mengetahui siapa yang memiliki 'Obat Raja Mutiara'."

"Dia adalah putri seorang pengusaha kaya di Kota Jigara, namanya Lusi Mananta."

"Sekarang, dia adalah seorang mahasiswi baru di Kota Jigara. Aku sudah mendaftarkanmu untuk menjadi mahasiswa di sana. Kamu hanya perlu melapor sebelum tanggal 8."

"Ingatlah untuk mendapatkan Obat Raja Mutiara, hanya dengan mendapatkannya kamu dapat melewati rintangan tersebut dan menjadi Raja Obat."

"Ketiga, jangan kubur aku setelah aku meninggal, bakar saja tempat ini."

"Guru, aku pasti akan memenuhi semua perintah Anda!" ujar Yohan.

Yohan memberikan tiga kali penghormatan terakhir pada gurunya, kemudian dia berbalik dan pergi.

Kobaran api yang sangat besar telah menghanguskan beberapa rumah itu.

Di tengah kobaran api, guru yang awalnya telah 'mati' itu tiba-tiba membuka matanya.

Dia mengulurkan tangan dan menarik wajahnya.

Sebuah topeng kulit terlepas dari wajahnya dan memperlihatkan sebuah wajah cantik yang langka di dunia.

Kulit wanita itu sangat bersih dan halus.

Dia memiliki sepasang mata yang cerah, membuat orang jatuh cinta padanya.

Ada kekuatan tak terlihat yang mengelilingi tubuhnya dan api tidak bisa mendekatinya.

Dari kejauhan, dia melihat ke arah Yohan pergi dengan sedikit keengganan di matanya, "Kamu akan memasuki kehidupan yang sebenarnya, aku harap kamu akan tumbuh dengan cepat, kalau nggak, nggak akan ada yang bisa melarikan diri saat bencana datang ...."

...

Satu jam kemudian, Yohan telah turun dari gunung.

Dia mengenakan celana jin pudar dan kaus, serta sepasang sepatu kain.

Dia membawa tas kain yang berisi beberapa makanan ringan dan persediaan medis.

"Eh?"

Dia melihat sebuah mobil yang tampak sangat mahal sedang berhenti.

Ada dua pria kekar yang memegang tongkat pendek di tangan mereka dan mereka tampak gugup.

Di depan kedua pria itu ada seekor binatang buas yang panjangnya lebih dari dua meter.

Binatang buas itu berkepala keledai, berbadan serigala dan bermata tajam.

Kedua pria kekar itu sangat terampil, tetapi saat ini mereka sangat ketakutan.

Aura ganas yang terpancar dari binatang buas itu saja sudah membuat mereka gemetar ketakutan.

Namun, mereka tidak bisa mundur karena bos ada di belakang mereka.

"Sialan, sial sekali, kenapa tangki bahan bakarnya rusak di saat seperti ini!"

"Kalau sesuatu terjadi pada bos, tamatlah riwayat kita!"

Pria di dalam mobil itu memiliki energi yang sangat besar, kalau terjadi sesuatu padanya, tidak tahu seberapa besar kekacauan yang akan ditimbulkannya.

"Kakek, kamu harus bertahan!"

Silvia Rismawan yang ada di dalam mobil menatap kakeknya dengan cemas.

Sebenarnya, hari ini dia libur dan dia berencana untuk membawa kakeknya keluar untuk bersantai bersamanya.

Tidak disangka, kakek tiba-tiba jatuh sakit.

Tangki bahan bakar mobil mereka juga bocor, selain itu ada seekor binatang buas yang menunggu di depan mereka.

Itu membuat Silvia merasa putus asa.

Aum!

Di luar mobil, binatang buas itu mengaum dan suara binatang itu membuat hati Silvia bergetar ketakutan.

Segera setelah itu, terdengar suara teriakan.

Kedua pria kekar itu langsung terlempar ke tanah.

Gigi binatang buas itu tajam dengan kilau dingin yang sangat menakutkan.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Silvia sangat cemas sampai-sampai dia mulai menangis.

Saat dia kebingungan, tiba-tiba dia melihat bayangan hitam melintas melewati jendela mobil.

Tak lama kemudian, terdengar suara binatang buas itu berteriak.

Silvia segera melihat ke depan.

Lalu, dia melihat pemandangan yang tidak akan pernah dia lupakan.

Binatang buas yang tampak ganas dan ukuran tubuh yang hampir sama dengan harimau itu dikalahkan oleh seorang pemuda.

Yohan mengayunkan tinjunya dan mendengus dingin, "Serigala berkepala keledai, ini lumayan langka."

Aum!

Darah mengalir dari sudut mulut serigala berkepala keledai itu. Binatang buas itu berjongkok dan kilatan tatapan haus darah di matanya terus bergerak.

Binatang itu merasa pria yang ada di depannya ini sangat menakutkan.

Yohan mengentakkan kaki kanannya ke tanah dan dia meraih beberapa batu yang memantul.

Lalu, Yohan melempar dan menjadikannya batu itu sebagai senjata.

Wush, wush, wush ....

Satu persatu batu beterbangan di udara.

Tubuh serigala berkepala keledai itu terlalu besar untuk bersembunyi.

Kekuatan setiap batu itu juga sangat menakutkan. Batu-batu itu mengenainya dan membuatnya melolong serta menjerit kesakitan.

Akhirnya, binatang buas itu berbalik dan kabur.

Yohan melihat ke arah dua pria kekar itu dan melihat tubuh mereka penuh dengan luka.

Yohan melihat sekeliling. Lalu, dia mengambil beberapa rumput ekor kuda dari pinggir jalan, menghancurkannya dan menempelkannya pada luka mereka berdua.

Bentuk rumput ekor kuda seperti bunga daisy liar. Rumput ini memiliki efek menghentikan pendarahan dan pereda nyeri yang sangat baik.

"Terima kasih, Adik!"

"Apa kamu seorang dokter?"

Yohan mengangguk kecil, "Aku bisa sedikit keterampilan medis."

Kedua orang itu sangat senang.

"Tolong selamatkan ketua kami!"

"Dia sekarang ada di dalam mobil."

Setelah mendengar itu, Yohan mengangguk. Dia berjalan ke arah mobil dan membuka pintu.

Tanpa sadar Silvia bergerak mundur saat melihat Yohan yang terlihat seperti orang udik.

"Apa yang mau kamu lakukan?"

Yohan menatap pria tua dan berkata, "Aku datang untuk menolongnya."

Silvia segera menolaknya, "Nggak boleh, bagaimana orang udik sepertimu bisa menyelamatkan kakekku? Jangan sakiti dia!"

Silvia sangat berterima kasih, karena Yohan baru saja menyelamatkannya dari binatang buas itu.

Namun, kakeknya telah menderita penyakit ini selama bertahun-tahun, bahkan banyak dokter ternama di negara ini tidak bisa menolongnya.

Bagaimana mungkin seorang pria udik sepertinya bisa menolong kakeknya?

Yohan menjelaskan, "Aku dulu sering mengikuti guruku untuk melakukan praktik pengobatan ke mana-mana. Keterampilan medisku cukup baik dan sejauh ini aku belum pernah membuat orang yang aku obati mati."

Silvia berkata, "Apa kamu punya sertifikat kualifikasi medis?"

Yohan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak punya."

Kemudian, Silvia mulai berkata dengan marah, "Nggak punya? Beraninya seorang dokter tanpa izin sepertimu mau mengobati kakekku. Cepat keluar dari sini!"

Yohan sedikit mengernyit.

Dia memiliki sifat yang buruk dan sombong saat di hutan dalam pegunungan.

Kalau saja gurunya tidak menyuruhnya untuk tidak memukul wanita, dia pasti sudah menampar wanita itu.

Yohan menahan amarahnya dan berkata dengan dingin, "Terserah saja, kalau begitu lihat saja kakekmu meregang nyawa."

Setelah mengatakan itu, Yohan berbalik dan pergi.

"Adik ... adik ... tolong ... selamatkan aku ..."

Dengan susah payah pria tua itu mengatakannya.

Silvia terkejut dan berkata, "Kakek, dia hanya orang udik, bagaimana mungkin dia bisa menyelamatkanmu?

Bagaimana kalau dia gagal menyelamatkanmu?"

"Nggak apa-apa ... aku percaya ... keterampilan medis ... adik ini ... kumohon."

Yohan mengangguk kecil.

Sudahlah, lagi pula Guru selalu berkata bahwa menyelamatkan nyawa banyak orang itu hal yang baik.

Dia berjalan memasuki mobil.

Silvia bergegas mendekat dan melambaikan cakarnya dengan brutal. "Dasar orang udik, cepat turun!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status