Share

Bab 9

Hari ini, di depan kompleks rumah Keluarga Nurdin sangat ramai.

Semua pejabat dari Kota Jigara ada di sini dan segala jenis mobil mewah diparkir di luar.

Hari ini adalah ulang tahun kedelapan puluh Wiyono Nurdin dari Keluarga Nurdin.

Wiyono juga dianggap sebagai sosok legendaris, dia adalah prajurit tingkat tiga dan punya banyak properti atas namanya.

Selain Grup Hayan, dia juga menjalankan lebih dari sepuluh tempat hiburan dan memiliki jaringan kontak yang sangat luas.

Keluarga Nurdin bisa dianggap sebagai keluarga terkaya di Kota Jigara.

"Dambi Real Estate memberikan hadiah sepasang Batu Giok Putih."

"Direktorat Barang Antik memberikan hadiah untaian manik-manik."

"Pegadaian Cimara menghadiahkan sepasang Giok Keberuntungan."

...

Pengurus rumah yang ada di depan pintu terus mengumumkan hadiah dari masing-masing keluarga dengan suara lantang.

Setiap barang yang ada di sini bernilai miliaran.

Yohan telah tiba di rumah Keluarga Nurdin.

Dengan ekspresi wajah yang dingin, dia memegang sebuah kantong plastik hitam di tangannya.

Begitu dia muncul, dia langsung menarik banyak perhatian banyak orang.

Di acara yang sangat penting seperti itu semua orang berdandan rapi, tetapi dia satu-satunya yang mengenakan baju olahraga. Jelas itu sangat melanggar aturan.

Yohan terus berjalan ke pintu dan mengabaikan tatapan aneh semua orang.

Dia dihentikan dengan cepat oleh pengawal yang ada di sana.

Seorang pengawal yang mengenakan jas dan kacamata hitam berkata dengan serius, "Siapa kamu?"

"Aku akan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Wiyono, minggir."

Aura Yohan terbuka dan pengawal itu langsung terkejut.

Ketika dia tersadar kembali, Yohan sudah melewatinya.

Ketika Yohan mendatangi pengurus rumah tangga, dia dengan santai memberikan apa yang ada di tangannya.

Pengurus rumah tangga tanpa sadar mengambilnya. Dia membuka dan melihatnya. Ternyata itu adalah sebuah jam.

"Tamu memberikan hadiah sebuah jam."

Setelah dia selesai mengumumkannya, tiba-tiba dia tersadar dan ekspresi wajahnya berubah drastis, "Apa? Apa kamu sengaja melakukannya?"

Saat ini, Yohan telah tiba di aula dalam.

Orang yang duduk di dalam adalah Jeremi Handoko, seorang pemimpin di semua lapisan masyarakat.

Wiyono tahun ini berusia delapan puluh tahun, tetapi dia masih terlihat begitu energik.

Sesekali ada kilatan di matanya yang membuat orang tidak berani meremehkannya.

Suasana yang awalnya ramai dan meriah berubah menjadi dingin ketika terdengar suara dari luar, bahwa ada seseorang yang memberi hadiah sebuah jam.

Senyum Wiyono pun memudar.

Darto yang sedang menunggu di samping, menggebrak meja dan menjadi marah. "Siapa yang berani mengirimkan barang sial di hari seperti ini!"

"Aku!"

Yohan masuk dan menatap Darto dengan mata yang berbinar, "Berani sekali kamu menipuku!"

"Jadi, itu si orang udik!" Darto mendengus dingin, "Kamu nggak bisa sembarangan datang ke sini. Sekarang berlutut dan bersujud kepada Ayahku sembilan kali, lalu keluar dari sini!"

Yohan berdiri dengan tangan di belakang punggungnya, "Kamu pikir kamu ini siapa? Dua hal. Pertama, transfer uang 400 miliar padaku sekarang juga. Kedua, seluruh keturunan Keluarga Nurdin harus berlutut meminta maaf padaku."

Yohan menganggap hukuman ini sangat ringan.

Kalau bukan karena kata-kata terakhir gurunya yang berkata bahwa mereka yang berakal tidak boleh menggunakan kekerasan, dia tidak perlu membuang waktu seperti ini dan akan langsung menghancurkan Keluarga Nurdin.

"Ha, ha, ha!"

Begitu mendengar perkataan Yohan, semua tamu di aula tertawa.

"Dari mana asal bocah ini? Dia lucu sekali."

"Apa dia tahu apa yang dia bicarakan?"

"Seorang bocah udik ingin Keluarga Nurdin bersujud dan meminta maaf?"

"Dia pasti akan mati."

...

Ekspresi wajah Zidan tampak menakutkan, "Dasar berengsek, kamu adalah orang pertama yang berani memeras Keluarga Nurdin. Apa kamu sudah bosan hidup?"

Yohan merasa yang Zidan katakan sangat lucu, "Pemerasan? Apa kalian nggak tahu malu? Saat guruku menyelamatkan Darto, kalian memberikan 5% saham padanya. Kemarin, aku mau menjual saham kepada kalian, tetapi pada akhirnya, uang itu nggak di transfer. Benar-benar nggak tahu malu!"

Yohan juga diam-diam merenung, ini semua terjadi karena pengalaman sosialnya yang kurang bagus.

"Omong kosong!" Zidan sangat marah. "Aku adalah orang yang jujur. Jangan memfitnahku. Pengawal, usir dia dari sini!"

"Tunggu sebentar." Wiyono berkata sambil menatap langsung ke arah Yohan. "Anak muda, hari ini adalah hari ulang tahunku dan aku nggak ingin menimbulkan ketidaknyamanan. Begini saja, aku akan memberimu 200 juta dan pergilah dari sini."

Zidan segera mengerti, dia mengeluarkan cek dari dalam sakunya. Kemudian, menulis 200 juta di cek itu dan berjalan ke arah Yohan.

"Aku sudah melihat banyak orang sepertimu. Bukankah kamu hanya mau uang? Ambillah. Uang 200 juta ini sudah bisa kamu gunakan dalam waktu lama."

Cek yang ada di tangannya diangkat di depan wajah Yohan, lalu tiba-tiba dilepaskan dan cek itu jatuh ke tanah.

Ekspresi wajah Zidan penuh senyuman. "Ambil ceknya dan pergi dari sini, dasar orang kampung."

Seluruh orang yang ada di dalam ruangan itu tertawa terbahak-bahak. Semua bos besar dari semua sisi memandang Yohan dengan wajah penuh hinaan, seolah-olah mereka sedang melihat badut.

Yohan bahkan tidak peduli dengan cek yang jatuh ke tanah, "Kalian yang memilih sendiri jalan kalian. Sekarang aku umumkan bahwa Keluarga Nurdin akan musnah."

Setelah mendengar itu, suara tawa terdengar lagi.

Semua orang memandangnya seolah-olah dia adalah orang bodoh.

Membuat Keluarga Nurdin musnah?

Keluarga Nurdin sekarang berada pada puncaknya dan sangat berkuasa.

Bagaimana bocah nakal sepertimu bisa memusnahkan Keluarga Nurdin? Itu sama konyolnya dengan mengatakan ingin memetik bulan dari langit.

Wajah Wiyono berubah menjadi muram. "Anak muda, Keluarga Nurdin adalah keluarga yang baik hati. Kami sudah memberimu uang, apa lagi yang kamu mau? Kamu nggak boleh jadi orang yang serakah, kalau nggak kamu akan mudah dapat masalah."

Perkataan Wiyono penuh ancaman.

Yohan terlalu malas untuk bertele-tele, dia melihat sekeliling dan berkata, "Hari ini adalah dendam pribadi antara aku dan Keluarga Nurdin. Sebaiknya kalian pergi untuk menghindari cedera yang nggak disengaja."

"Beraninya kamu!" Seorang pria paruh baya dengan wajah seram berdiri dan berteriak pada Yohan, "Kamu sudah bosan hidup, ya? Beraninya kamu mengancam kami!"

Seorang wanita gemuk dan cantik berkata dengan ekspresi dingin, "Tuan Wiyono memiliki hati yang baik dan nggak mau menyerangmu, jadi biarkan kami yang menangani masalah kecil ini."

Setiap pejabat yang ada di sana membela Wiyono.

Ini adalah kesempatan bagus bagi mereka untuk membuat Keluarga Nurdin berutang budi pada mereka dan tidak ada yang mau melewatkan kesempatan ini.

Dengan cepat, mereka menyuruh para pengawal mereka untuk bergegas masuk. Ada sekitar ratusan pengawal yang ada di sana.

Mereka semua bertubuh kekar dan tatapan mata mereka sangat tajam.

Saat ini, Zidan berkata dengan munafik, "Meski kamu datang ke sini untuk memeras keluarga kami, tapi Keluarga Nurdin sangat baik hati. Sekarang aku akan memberimu satu kesempatan lagi, ambil uang itu dan pergi dari sini, lalu lupakan tentang masalah ini."

Plak!

Yohan menamparnya. "Kamu terlalu banyak bicara omong kosong, itu nggak masuk akal."

Dia menggunakan sedikit tenaganya dan tubuh Zidan berputar 360 derajat di udara, kemudian jatuh dengan keras ke tanah.

Separuh wajahnya bengkak, matanya melebar, kemudian dia jatuh pingsan.

Yohan menambahkan kekuatan rahasia dalam tamparannya itu.

Sekarang, tidak akan terlihat efek apa pun. Akan tetapi, setelah beberapa hari akan terasa efeknya. Kalau tidak ada prajurit level tingkat tujuh ke atas yang mengambil tidakan, dia pasti akan mati.

Tamparan ini membuat seluruh aula menjadi sangat sunyi.

Darto berteriak histeris, "Dasar berengsek, beraninya kamu menampar anakku? Apa yang kalian lakukan? Hajar dia sampai mati!"

Setelah mengatakan itu, dia langsung berlari menghampiri Zidan.

Setelah mendapat perintah, banyak pengawal mengayunkan batang besi di tangan mereka dan memukul kepala Yohan dengan kejam.

Ekspresi wajah Yohan berubah menjadi dingin. Sepertinya dia akan melakukan pembunuhan besar-besaran hari ini.

Gelombang energi yang sangat kuat sedang berenang di dalam tubuhnya. Begitu gelombang itu pecah, pasti akan menggemparkan dunia.

"Berhenti!"

Namun, pada saat ini, terdengar suara teriakan keras dari luar!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status