Share

Bab 10

Saat situasi sedang tegang, Susilo masuk ke dalam aula.

Seketika, semua orang yang ada di sana berdiri.

Aura kuat yang terpancar dari tubuh Susilo membuat para pengawal tidak berani bergerak sedikit pun.

"Pak Susilo!" Wiyono sangat senang dan segera menghampirinya. "Mengapa Anda ada di sini?"

Darto bahkan lebih senang lagi. "Apa Pak Susilo datang ke sini untuk memberi selamat pada ayahku?"

Setelah mendengar itu, banyak tamu yang memandang Wiyono dengan tatapan iri.

Ini adalah suatu kehormatan besar karena Susilo sendiri yang datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung.

Kalau Keluarga Nurdin diibaratkan seperti ular, maka Susilo adalah naga raksasa.

Menghancurkan Keluarga Nurdin adalah hal sepele baginya.

Wiyono mengulurkan tangannya, tapi Susilo hanya memasang wajah dingin dan mengabaikannya. Susilo malah memakinya, "Kamu pikir kamu layak berjabat tangan denganku?"

Senyuman di wajah Wiyono membeku.

Semua tamu juga bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?

Susilo berjalan melewati Wiyono dan mengabaikannya, lalu dia berjalan menemui Yohan sambil memberi salam, "Kita bertemu lagi, Dokter Yohan."

Duar!

Seperti batu besar yang dijatuhkan ke danau yang tenang, itu akan menimbulkan gelombang yang besar.

Setiap pasang mata menatap Yohan dengan tatapan tidak percaya.

Dari mana asal pria ini? Bagaimana dia bisa membuat Pak Susilo menghormatinya?

Yohan sedikit terkejut. "Mengapa kamu bisa ada di sini?"

Susilo tersenyum dan berkata, "Aku dengar Dokter Yohan akan datang ke sini. Aku mengkhawatirkanmu, jadi aku datang untuk memastikannya sendiri. Nggak disangka ...."

Susilo menoleh menatap Wiyono dan langsung memakinya, "Berani-beraninya Keluarga Nurdin mempermalukan penyelamatku!"

Seluruh anggota Keluarga Nurdin langsung ketakutan.

Siapa yang bisa membayangkan kalau seorang pemuda udik seperti itu punya hubungan dengan Susilo?

Itu membuat banyak orang iri.

Menurut mereka, Yohan adalah orang beruntung karena bisa menyelamatkan Susilo di jalan.

Selain itu, Susilo juga bersyukur atas hal itu.

Ekspresi Wiyono terus berubah.

Wiyono mengerti dan tak lama kemudian dia tersenyum. "Oh, ternyata Yohan adalah penyelamat Pak Susilo, kalau begitu, dia adalah saudara kita. Orang bisa saja salah paham, 'kan? Aku akan meminta maaf padanya."

"Sudah terlambat," kata Yohan dengan ekspresi dingin. "Bersiaplah untuk dimusnahkan."

Setelah mengatakan itu, dia berjalan keluar sambil berkata, "Jam dua belas malam nanti, aku akan datang ke rumah Keluarga Nurdin sendirian. Kalau kalian nggak takut mati, tunggu saja aku."

Hari ini sudah tanggal 8 dan dia harus melapor ke Universitas Jigara dulu.

Setelah itu, dia akan menyelesaikan urusanku dengan Keluarga Nurdin.

Dia berkata akan datang sendirian untuk mencegah Keluarga Nurdin kabur.

Susilo tercengang mendengarnya. "Dokter Yohan, apa kamu nggak butuh bantuanku?"

Saat mengatakannya, aura kuat keluar dari tubuhnya.

Itulah keagungan dari prajurit tingkat empat!

Tiba-tiba, semua tamu di seluruh aula gemetar dan mata mereka tampak ketakutan.

"Apa kekuatan Pak Susilo sudah pulih?"

"Hiss, Keluarga Rismawan akan bangkit kembali."

"Lihat saja, Pak Susilo kelihatan lebih muda dari sebelumnya."

...

Wajah anggota Keluarga Nurdin terlihat pucat pasi.

Bahkan saat dia kehilangan kekuatan seni bela dirinya, dia masih punya energi yang besar.

Belum lagi, sekarang kekuatannya telah pulih, aku rasa seluruh Keluarga Nurdin akan bisa dihancurkan dengan mudah.

Yohan melambaikan tangannya. "Nggak perlu, aku bisa menangani keluarga kecil itu sendirian."

Dia tidak pernah mau berutang budi pada orang lain.

Susilo tidak memaksa setelah mendengar Yohan mengatakan itu sendiri, dia percaya Yohan pasti bisa menghadapi mereka sendiri.

Dia berhenti dan melirik Wiyono. "Jaga diri kalian baik-baik."

Dia mengikuti Yohan dan keduanya menghilang dengan cepat dari pandangan mereka.

Kemudian, semua orang menghela napas lega. Semua orang terlihat tidak seperti biasanya.

Meski Susilo mengatakan dia tidak akan ikut campur, tetapi Keluarga Nurdin telah menyinggung Susilo.

Wajah Zidan menjadi pucat saat dia menatap Wiyono. "Kakek, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Wiyono tersadar dan mendengus dingin, "Kamu nggak dengar si berengsek itu akan datang sendiri? Cih, sombong sekali dia. Meskipun Keluarga kita nggak terlalu kuat, bukan berarti kita bisa dikalahkan oleh satu orang. Cepat pergi dan panggil semua preman yang kamu besarkan, buat mereka bekerja dengan baik malam ini."

Ada kilatan dingin di matanya dan dia punya ide bagus.

Dia akan menangkap Yohan malam ini, dia memang tidak berani membunuhnya.

Akan tetapi, dia bisa menghubungi Susilo dan melepaskan Yohan.

Dengan begitu, hubungan kedua pihak bisa diperbaiki sampai batas tertentu.

Satu per satu tamu pergi dan pesta ulang tahun yang semula semarak tiba-tiba menjadi sepi.

Darto sendiri yang mulai mengaturnya, tetapi dia tahu kalau Yohan tidaklah lemah.

Susilo menyusul Yohan yang ada di luar dan berkata, "Dokter Yohan, Anda mau ke mana sekarang? Apa kamu mau aku antar?"

Yohan melambaikan tangannya, "Nggak perlu. Jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Yohan. Pergilah, aku harus pergi ke kampus sekarang."

Susilo terlihat senang. "Kalau begitu, aku akan mengantarmu. Lagi pula, itu nggak jauh dari rumahku."

Dia mengatakan yang sebenarnya

"Baiklah, maaf merepotkanmu."

Yohan tidak menolak kebaikan Susilo lagi.

Susilo sangat senang sampai-sampai dia mengusir sopirnya dari mobil dan dia sendiri yang mengantar Yohan ke kampus.

Alasan sikapnya yang rendah hati ini adalah karena kemarin dia baru saja bertanya pada teman lamanya.

Teman lamanya itu mengatakan kalau keterampilan medis Yohan tidak ada tandingannya di dunia ini!

Tidak ada ruginya kalau bisa berteman dengan orang seperti itu.

Jadi, dia bersikap rendah hati.

Yohan tahu apa yang pria itu pikirkan, tetapi dia tidak keberatan.

Satu jam kemudian, mereka sudah sampai di Universitas Jigara.

Yohan keluar dari mobil dengan membawa tas yang baru saja dia beli di jalan, lalu dia berjalan masuk.

Penampilannya biasa saja dan tidak menarik perhatian.

Susilo tidak mengikutinya. Karena kalau dia masuk dengan identitasnya saat ini, mungkin itu malah akan menyusahkan Yohan.

Universitas Jigara sangat besar. Ada banyak gadis muda yang cantik dan menarik di mana-mana.

Udaranya dipenuhi aroma awet muda yang membuat orang rileks.

Yohan bertanya kepada orang yang lewat dan akhirnya dia menemukan tempat pendaftaran. Lalu, dia mendapatkan kartu mahasiswanya.

Sedangkan untuk asrama, dia tidak berencana tinggal di asrama karena terlalu merepotkan.

Setelah menyelesaikan semuanya, Yohan berjalan keluar.

Setelah menyelesaikan semuanya, sekarang waktunya untuk menemukan wanita bernama Lusi.

Melihat para siswa datang dan pergi, Yohan menghentikan seorang anak laki-laki berkacamata. "Halo, Lusi Mananta ada di kelas mana, ya?"

Anak laki-laki itu terkekeh dan menunjukkan ekspresi yang dimengerti semua pria, "Sekarang, dia berlatih di sanggar tari. Ada banyak orang yang pergi ke sana."

Yohan berterima kasih kepada anak itu, lalu dia menanyakan lokasi sanggar tari dan langsung pergi ke sana.

Tujuan utama dia ada di sini adalah untuk mendapatkan Obat Raja Mutiara.

Keterampilan medisnya akan meningkat lebih tinggi lagi setelah dia mendapatkannya.

Menurut catatan, Raja Obat sudah tidak muncul selama ratusan tahun.

Saat dia sudah sampai di depan pintu sanggar tari, dia diadang oleh sekelompok orang.

Pemimpinnya adalah seorang pemuda kekar dengan tatapan yang tajam. "Pergi, siapa kalian mau melihat Lusi menari?"

Banyak siswa yang tidak berani mengungkapkan amarahnya, pemuda ini berstatus tinggi dan mereka tidak mau punya urusan dengannya.

Yohan keluar dari kerumunan dan berjalan menuju pintu.

Pemuda kekar itu memiliki temperamen yang buruk, saat melihat apa yang dilakukan Yohan, dia langsung meninjunya. "Kamu nggak ngerti apa yang aku katakan, ya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status