Share

BAB 2 : Membuka Usaha online kuliner “BERUGE”

“Kak, aku mau jualan?” ucap Diana ketika mereka sedang beristirahat di kamar.

                “Jualan?”tanya suaminya mengernyitkan alis heran dengan keinginan sang istri.

                “Ya, jualan, Kak! Tak ada yang salah kan dengan keinginanku?’ ungkap Diana merasa kesal dengan pertanyaan bodoh suaminya.

                “Jualan apa? Memang kamu punya modal?”

                “Jualan Beruge!”

                “Beruge?”

                “Ya, aku mau menjual makanan khas daerah kita?” kata Diana bersemangat.

                “Itu makanan yang sulit dibuat, kemudian pangsa pasarnya hanya terbatas pada orang-orang tua saja yang suka makanan mengandung kuah santan,” sahut Herman menjelaskan bahwa Beruge masih jarang disenangi oleh kaum muda milenial karena bersantan.

                “Ya, kita coba dulu Kak! Kalau tidak dikenalkan, kita tidak tahu kalau beruge itu nanti akan disukai atau tidak oleh pembeli,” kata Diana ngotot minta persetujuan suaminya.

                “Terus kamu mau jualan dimana?”

“Ya, dibawah rumahlah,Kak. Sekalian ku share di media social milikku, siapa tahu ada yang memesan!”

“Terus tugas,kakak apa nih?”

“Kakak membuatkan kotak untuk tempat jualan yang kecil buat ditaruh meja.”

Herman manggut-manggut saja mendengarkan permintaan sang istri. Dalam hatinya berkata bukan hal sulit kalau Cuma membuatkan kotak segi empat untuk tempat menaruh jualannya.

“Deal,kak!” Diana menepuk pundak suaminya sambil tersenyum manis menggoda.

“Siap!” sahut Herman yang terlena dibelai oleh istrinya. Herman mengiyakan sekaligus ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berduaan dengan istrinya malam ini, mumpung gairahnya dan istri nampak tengah bergelora hangat untuk bercinta.

****************************

“Mana akan laku jualanmu,Diana. Orang belum pernah melihatmu berjualan. Apa kamu bisa membuat beruge dan kuah santannya yang lezat,” sindir Bu Eneng, tatkala dilihat Diana tengah meramu kuah santan beruge tersebut di dapur.

“Insya Allah bisa,Bu. Saya pernah diajari Umak membuatnya,” jawab Diana kalem tak mau terpancing dengan ulah mertuanya yang mencari ribut di pagi hari ini.

“Ya, semoga saja ada yang mau beli. Kalau nggak tinggal dibuang aja, Ibu tak sudi memakannya,” ucap mertuanya sinis sambil berlalu mencibir kegiatan Diana yang ingin berjualan.

Diana diam saja mendengar ocehan sang mertua, dia cepat-cepat pergi ke bawa rumah merapihkan meja dan kotak tempat berjualannya lalu mengambil beruge dan kuahnya serta gorengan di letakkannya diatas meja.

Setelah beres tersusun rapih semua jualannya, tak lupa dicekreknya lewat gawai yang dipegang lalu dishare ke beberapa sosial media yang dimiliknya. Saatnya menunggu hasil share tadi, sambil bedoa dalam hati,”Ya Allah semoga Kau datang pembeli untuk jualanku hari ini. Aamiin!”

 Beberapa Diana hanya tertegun saja menatap hampa ke jalan raya di depan rumahnya. Belum ada seorangpun yang datang untuk membeli dagangannya. Diana tetap optimis dan masih bersabar serta tawakal untuk ikhtiar yang dilakukannya hari ini.

Diana masih sibuk memainkan ponselnya, tatkala datang dua orang ibu-ibu yang mengerubungi jualan, sambil bertanya,’Jualan apa,Diana?”

“Ini Bu, saya jualan gorengan dengan beruge,” jawab Diana dengan sopan dan ramah.

“Coba ibu lihat beruge-nya!” kata Bu Entis yang langsung terpukau melihat beruge yang dibuatnya.

“Ini bahannya dari tepung terigu, bukan dari beras?”

“Ya, Bu. Saya buat dari tepung terigu. Karena saya lebih senang membuatnya dari tepung terigu, lebih prakktis dan mudah ketimbang tepung beras,” jelas Diana kepada Bu Entis dan temannya.

“Boleh, dicicip kuahnya?”

“Boleh,Bu. Ini,” ucap Diana sambil menyodorkan mangkuk kecil berisi kuah santan beruge.

“Enaak,ya. Lezat! Kamu belajar dari mana?” tanya teman Bu Entis merasa cocok selera lidahnya dengan kuah buatan Diana.

“Dari Umak,Bu!”

“Saya beli 5 potong berugenya,” ucap Bu Entis kepada Diana yang langsung dibungkuskan ke dalam kresek warna putih.

“Saya juga 5 potong beruge dan gorengan lima ribu rupiah!” Teman bu Entis ikut membeli juga, malah sekalian dengan gorengannya.

“Berapa semuanya?” tanya bu Entin.

“Punya Ibu beruge saja Rp10.000,00, terus Ibu ini beruge tambah gorengan Rp15.000,00,” jawab Diana memberitahu berapa yang harus mereka bayar untuk 5 potong beruge yang ternyata sepotongnya dijual dua ribu rupiah.

Sepulangnya Bu Entis dan temannya tadi, Diana mengucapkan syukur atas penglaris jualannya pagi ini. Alhamdulilah! batinnya dalam hati merasa senang.

Tiba-tiba layar monitor ponsel berbunyi, dengan cepat dibukanya. Alhamdulilah! Kembali Diana harus bersyukur ternyata share beruge-nya tadi mendapatkan pesanan yang lumayan, yaitu 10 potong beruge dan gorengan 10 ribu.

Untung saja motor maticnya sudah dikeluarkan dan dipanas, jadi siap meluncur untuk mengantarkan pesanan. Rupanya sang pemesan berasal dari kampung sebelah yang tidak terlalu jauh tempat sehingga dengan santai Diana mengantarkannya.

*****************************

Hari-hari Diana berikut mulai disibukkan dengan membuat beruge, kuliner khas daerahnya yang di pasarkan online dan offline dengan stand tunggu di bawah rumahnya. Kesibukannya membuat beruge dan mengantar pesanan, mendapat apresiasi dari masyarakat yang mulai menyenangi beruge buatannya, sehingga sudah banyak pelanggan sekarang dan mulai minta bantu kepada Mak Etek menunggui jualannya ketika dia pergi mengantar orderan.

Kesuksesannya sebagai pedagang beruge, semakin membuat ibu mertuanya menjadi marah besar. Dia disebut sudah tidak memperhatikan dan melayaninya sebagai mertua lagi, karena sibuk dengan jualannya.

Kebenciannya bertambah manakala dia mengetahui bahwa ada seorang pegawai kecamatan yang menjadi pelanggan setianya. Pria berumur yang sangat suka dengan beruge buatan Diana, disebut-sebut sebagai orang ketiga yang menambah keruhnya suasana hati ibu mertuanya.

Usaha Diana untuk menjelaskan kalau pak Wongso itu hanya pelanggan setia beruge buatannya tak digubri oleh ibu mertuanya, malah sang ibu ikut mengompori anaknya Herman dan memprovokasi agar Herman mau menceraikan Diana karena dianggap sudah selingkuh.

“Dik, aku minta kau berhenti saja jualan?” Herman meminta agar Diana tak berjualan lagi sebab dia sudah mendengar kabar miring tentang istrinya dari ibunya.

“Kenapa,Kak?” tanya Diana keheranan merasa ada sesuatu yang disembunyikan suaminya.

“Tak enak saja mendengarnya dari ibu kalau setiap hari kau menemui selingkuhanmu itu!” tuding Herman menohok dirinya telah berselingkuh.

“Apa Kak, kamu sebut aku selingkuh?” hardik Diana tak suka dengan perkataan suaminya.

“Ya! Kamu selingkuh dengan pegawai kecamatan itu,kan,” bentak Herman tanpa memikirkan ucapannya itu akan menyakitkan istrinya.

“Astagfirullah al-azim!” kata Diana menggelengkan kepala,”Kamu sudah termakan isu kotor Ibu, Kak!”

“Kotor katamu?” sahut Herman galak melototi Diana dengan tatapan sinisnya, “Ibu saksinya, Kau sering mengantarkan beruge pesanan pak Wongso dan sering lama di kantornya!”

Diana tercekat. Dia maklum jika suaminya begitu marah, rupanya tanpa disadarinya ibunya telah mengirim mata-mata untuk melihat kepergiannya mengantarkan pesanan.

“Aku sering lama di tempat Pak Wongso, menunggu dia memberikan uang pembelian beruge, sebab begitu aku mengantarkan pesanannya. Di dalam ruangannya sedang banyak orang atau dia sedang meeting dengan bawahannya. Aku harus menunggu sesaat!”

“Tapi Ibu ada fotonya Kau sedang duduk berduaan dengan Pak Wongso. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan perselingkuhan kalian,” bentak Herman masih dengan emosi tinggi merendahkan martabat istrinya.

Diana hanya menangis sedih dibentak oleh suaminya, biasanya tak pernah sekalipun Herman membentaknya keras seperti sekarang. Rupanya dirinya sudah bena-benar dikuasai oleh prangsangka yang tidak baik tentang dirinya dan Pak Wongso sehingga begitu marahnya Herman kepadanya.

Perasaan sayang Diana kepada suami yang membuatnya turut berjuang membantu perekonomian keluarga agar membantu Herman mencukupi kebutuhan hidup mereka. Toh mereka tidak akan selamanya menadahkan tangan kepada ibunya untuk mendanai keuangan keluarga mereka.

Tak ada yang peduli dengan niat baik Diana membantu suaminya mencari nafkah dengan berjualan tapi malah difitnah selingkuh dengan pelanggannya yang sudah memberinya rejeki setiap memesan jualannya.

==BERSAMBUNG BAB 3==

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status