Share

BAB 7 : Prahara di kantor kecamatan

Pak Camat keluar dari ruangan sementara istri Pak Sekcam masih terlihat sangat marah kepada suaminya, dengan gemetar bibirnya menahan emosi yang meluap sampai ke ubun-ubun kepala. Bujuk  rayu Pak Sekcam dalam melunakkan hati istrinya yang sedang full emosi tak mempan, malah suaminya dibentaknya dengan suara yang keras,

”Ini kehendak Papa!” ujarnya sambil menghujam belati kecil yang terselip di dalam tas membeset kulit tangan yang mulus.

            Seketika darah keluar dari jari tangan Bu Sekcam yang tanpa disadari telah melukai dirinya sendiri dengan menorehkan belati kecil yang selalu dibawa kemana-mana untuk memperingatkan Pak sekcam agar tidak main-main dengan perempuan di belakangnya.

            “Mama, ini sudah gila!” bentak Pak Sekcam mengambil belati kecil dan melemparkannya ke lantai, sambil menotok jalan darah yang terus mengalir di lengan istrinya yang terluka.

            “Inilah akibat kalau Papa berani selingkuh!” kata istrinya dengan suara yang keras.

            “Papa tidak selingkuh! Mama saja yang cemburuan, terlalu mudah diprovokasi oleh orang yang tidak bertanggungjawab,” ujar Pak Sekcam menyudutkan kecemburuan membabibuta istrinya selalu membawa masalah di tempat kerjanya.

            “Mana ada lelaki selingkuh yang mau mengaku, Pa! Kalau semua pria selingkuh mengaku maka penjara akan penuh oleh suami nakal yang tergoda gadis atau janda ga***.”

            Pak Sekcam dan istrinya sedang perang besar di ruangannya, terdengar suara pintu dibanting keras oleh istrinya agar tertutup rapat. sehingga tidak ada satupun staf atau warga yang melihat pertengkaran diantara kedua pasangan suami istri tersebut. Untuk sementara Pak Sekam sedang berusaha meredakan emosi sang istri yang tersulut cemburu oleh foto dan video receh hasil editan.

Sementara di sudut ruangan pelayanan umum, nampak dua orang staf perempuan   tertawa senang sekaligus geram melihat kejadian  salah sasaran.Dua orang wanita berparas jelita yang culas  mengenakan seragam dinas sedang asyik melihat dari kejauhan kejadian salah paham antara orang nomor dua di kecamatan ini dengan istrinya sendiri.

            “Sial!” umpat salah seorang diantaranya, ”Sudah membayang muka Diana akan ditampar keras , tapi malah tangan Bu Sekcam yang luka.”

            “Bukannya Diana dan istrinya Pak Wongso yang berantem, sekarang malah mereka berdua suami istri yang berantem,” ungkap mereka kesal dengan perangkap mereka yang tidak sesuai prediksi.

            Keberadaan mereka yang mencurigakan karena tatapan tajam dan penuh kebencian serta sinis ketika melihat Diana, terpantau oleh staf lainnya yang merasa kalau dua orang staf perempuan ini sedang memainkan sandiwara.

            Begitu Diana memasuki ruangan kerja, sementara mereka masih di dalam. Mereka mendekati Diana dan mengajaknya ribut dengan berusaha memancing emosinya.

            ‘Selamat ya Diana! Masih dilindungi Pak Camat,” ungkap salah seorang diantaranya.

            “Makanya jangan sok kegenitan. Ini baru permulaan, Ingat!” ancam satunya lagi sambil menunjukkan jari telunjuknya kepada Diana.

            “Ingatin itu! Jangan sok belagu. Kirana mau dilawan,” ucap seorang wanita yang ternyata bernama Kirana mengingatkan Diana agar tidak bertingkah sok cantik dan sok pintar, yang membuat mereka marah karena merasa terganggu semenjak kehadirannya sebagai tenaga honor di kecamatan ini.

            “Apa salah saya, sehingga kamu berdua begitu benci!” kata Diana meminta keterangan dari mereka. Perasaannya selama ini dirinya tidak pernah berusaha mengusik urusan kedua staf perempuan yang memang sering mencari sensasi dan bertempramen kasar.

            “Kamu masih bertanya apa salah kamu?” ucap mereka tak senang karena Diana berani melawan.

            “Salah kamu karena kamu bekerja sebagai staf honorer di kecamatan ini!”

            “Memangnya apa kesalahan saya honor di sini?” tanya Diana yang semakin membuat mereka naik pitam.

            “Masih berani bertanya lagi! Dasar jab*** tak tahu diri!” maki Kirana merendahkan Diana.

            Spontan naik darah Diana mendengar harga dirinya dilecehkan seperti itu. Diangkatnya tangan hendak dikepalkannya meninju wajah tirus Kirana, wanita yang telah merendahkan harga dirinya tersebut.

”Stop! Sudahlah Diana jangan ladeni mereka,” Tiba-tiba terdengar suara Yuli menggema melerai pertikaian mereka.”Ini hanya siasat supaya kamu dikeluarkan jika berbuat onar. Mereka sudah siap merekayasa dan melaporkan kamu ke Pak Camat dengan tuduhan keji.”

            Diana mengurungkan niatnya, seketika diturunkan tangannya. Kalau tidak sudah terjadi perkelahian yang tidak seimbang, dua melawan satu di ruangan pelayanan publik ini. Dua staf yang sangat terbawa emosi untuk menghakimi Diana ternyata harus menunda niatnya karena kehadiran Yuli yang datang tepat pada waktunya sehingga menyelematkannya dari sifat bar-bar kedua wanita tadi.

            “Heran, ya dengan kalian berdua. Perasaan setiap ada staf baru perempuan yang lebih cantik dari kalian, selalu dijahati dengan fitanah-fotnah keji,” ungkap Yuli marah menatap kedua orang tersebut dengan senyum sinis penuh kebencian juga.

            “Kamu Yul! Nggak usah ikut campur urusan kita,” bentak salah satu dari mereka berusaha menakiti Yuli.

            “Saya akan ikut campur jika kalian membuat keributan di ruang kerja!” bentak Yuli dengan suara keras menatap keduanya geram.

            “Mau sok jadi pahlawan kesiangan kamu!” umpatnya sambil menatap tajam sorot mata Yuli.

            “Kalian silahkan keluar dari ruangan ini, kalau tidak saya laporkan ke Pak Camat sehingga kalian diberhentikan dari staf kecamatan ini,” ancam Yuli memperingatkan mereka berdua agar segera keluar mencari ruangan lain.

            “Enggak usah kamu usir. Kita juga mau keluar, Yuli. Siapa juga yang mau seruangan dengan janda gat**,” ucap mereka sambil pergi keluar meninggal Diana dan Yuli yang masih tidak habis pikir dengan ulah mereka yang selalu mencari keonaran di tempat kerja.

            Diana melirik kepergian dua orang musuh bebuyutannya dengan tatapan tajam penuh kegusaran, dalam hatinya bergejolak perasaan ingin membungkam mulut kotor mereka yang sudah berani mengatai dirinya seperti barang sampah saja layaknya.

            “Diana, kamu juga kalau ada mereka jangan masuk ruangan sendirian, Tunggu aku atau Eko datang untuk menemani kamu kerja agar tidak berani mereka menganggu kamu,” pesan Yuli mengingatkan.

            “Maaf,Yul. Aku nggak menyangka mereka mau menjahati, makanya aku masuk saja. Kalau tahu mereka mau menjaili, tentu saja aku menunggu kamu dulu, baru masuk ruangan.”

            “Lain kali, jika aku, Eko atau Fitra belum datang. Sebaiknya  kamu tunggu di ruangan lain dulu,” pesan Yuli kepada dirinya.

Diana mengangguk perlahan. Dalam benaknya masih belum mengerti sepenuhnya mengapa meeka memusuhi dirinya, padahal dia tidak pernah mengusik keberadaan dan tingkah laku mereka berdua mereka yang terkenal brutal dan suka melawan serta mengerjai kawan sendiri.

            “Tenang saja, Diana. Kamu tidak usah takut dengan mereka. Mereka sudah menerima SP 2 dari pimpinan kita, menerima 1 surat peringatan lagi mengantarkan mereka harus meninggalkan kantor lebih dahulu daripada kita alias dipecat!” kata Yuli menerangkan kalau kedua orang musuh Diana hanya tinggal menerima satu kali lagi surat teguran, maka harus siap diberhentikan sebagai pegawai honorer.

            Sejak kejadian saat itu, Diana mengintrospeksi dirinya. DIa mulai menjaga jarak kedekatan dengan Pak Sekcam, sehingga jika berada di  ruangan  mengajak Yuli atau Eko sebagai teman. Jika harus melakukan lawatan perjalanan ke kampung, Diana pun tidak mau dibonceng Pak Sekcam lagi. Menghindar dan menjauh ketika sudah melihat sang pembuat onar.

            Bekerja bagi Diana adalah mencari uang dan pahala bukan mencari musuh, karenanya belajar dari beberapa pengalaman yang didapatnya selama ini mengajarkannya banyak hal tentang cara bersosialisasi, berinteraksi maupun bermobilisasi sehingga tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan jauh dari fitnah dan pertikaian.

            ==BERSAMBUNG BAB 8==

           

           

           

           

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status