"Sesingkat senja, datang tak terhingga lantas pergi tanpa sisa."
Aira—
***
Bising memekak telinga siapapun yang ada di gedung sekolah yang lumayan besar— Aula. Acara telah berjalan setengahnya. Namun, Aira masih belum menemukan ekstrakulikuker yang cocok dengan hobinya.
Miris, alih-alih semua orang bersenandung ria menikmati penampilan eks
Denting yang berbunyi dari dinding kamarkuSadarkan diriku dari lamunan panjangTak terasa malam kini semakin larut'Ku masih terjaga
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam iniKita menari dalam rindu yang indahSepi kurasa hatiku saat ini, oh sayangkuJika kau di sini, aku tenang~Denting-Melly Guslow~&nb
"Yang sudah kamu dapat sudah seharusnya kamu dekap dengan erat."Ciko—***Dalam temaram yang sepi Aira tersenyum simpul menatap cakrawala yang mulai redum sebab akan adanya malam yang nyaris menelan indahnya senja. Lantas pandangannya beralih pada sepeda yang menjadi hadiah atas kesediaan hatinya untuk memiliki rumah pohon itu sepenuh hati.
"Hilang tak dicari, lantas pergi adalah hal yang dinanti. Sampai jumpa lagi di waktu yang telah terpatri."Aira—>>>***<<<Denting sendok beradu merdu memenuhi ruangan hampa tanpa harsa. Suapan kedua nyaris tak mau masuk, bahkan sang empu malah menatap datar pa
Penantian ini teramat'lah panjang Coba kau rasakan sayang Letihku di ujung jalan Dia menghilang membawa semua kenangan >>>***<<<Bersama Fatin
"Senja memberikan ketenangan … awan nyaris memberi kebimbangan."—Rachel>>>***<<<Saat ini memori Aira berkelana mengingat setiap ucap dari om Ciko. Membeberkan setiap kenangan akan lara dan bahagia sosok Rachel. "Aira. Waktu itu Rachel pernah bilang ke Om. Ka
"Aira tidak berbeda, tapi istimewa."—Andika >>>***<<<Mentari makin terik berada di atas langit. Keringat pun makin mengucur di dahi setiap insan yang berdiri di bawahnya. Cakrawala melukiskan berbagai cerita di setiap lengkungnya. Menyaksikan setiap langkah gontai tanpa seman
Boleh aku meminta? Meminta diberi kebebasan sekejap saja. —Aira>>>***<<<Di bawah malam yang indah dua insan duduk saling membelakangi lantas bersandar pada punggung yang telah bertaut. Menyangga berat dengan memeluk kedua lutut. Keduanya hanyut dalam lamunan, menatap indahnya awan yang nyaris kentara walau malamnya telah tiba.