Share

Bab 18 Tak Tahan

Author: J Shara
last update Last Updated: 2025-12-01 10:14:26

“Ahh.. Dok.. ter... hhh...”

Ariel terus mendesah nikmat ketika lidah Nathan menari-nari dengan gesit di ujung bukit kembarnya dan sesekali menyesapnya. Kedua tangan pria itu menangkup kedua bukit kembar indah itu dan meremasnya lembut. Ariel semakin gelisah dan napasnya memburu disertai desahan yang menunjukkan ia tak bisa menahan kenikmatan yang kian menyiksanya.

Waktu terus berjalan dan entah berapa lama Nathan menikmati bagian itu. Rasanya ia tak bosan-bosan menikmati bagian itu.

Tangan Nathan kini beralih, sambil terus menghisap puting ranum itu. Tangannya mengelus paha hingga sekitar selangkangan gadis itu, membuat Ariel semakin merasa tersengat gairah.

Mata Nathan bergerak memandang wajah Ariel yang hanya bisa mendesah nikmat, sesekali mengulum bibir bawahnya. Wajah gadis itu yang sedang terangsang hebat... tampak seksi di mata Nathan.

Nathan lalu berpindah ke bawah, ia jongkok dan langsung membuka paha gadis itu. Bagian paling intim itu masih tertutupi celana dalam merah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 66 Tahan

    Ruang tamu apartemen Nathan terasa hening malam itu. Lampu kuning redup menerangi ruangan dengan cahaya lembut. Nathan dan Ariel duduk berhadapan di sofa—posisi yang seolah menempatkan mereka dalam dua dunia berbeda, tapi cukup dekat untuk membuat jantung Ariel berdegup tidak wajar. Nathan menautkan jemarinya di atas pangkuan. Tatapannya fokus pada Ariel yang tampak gugup, memegangi tali tasnya berulang kali. “Lalu… bagaimana dengan karir menulismu?” tanya Nathan akhirnya, suaranya tenang namun mengandung ketertarikan. Ariel tertegun sejenak, lalu tersenyum kaku. “Aku masih menulis, dok,” jawabnya hati-hati. “Tapi… menjadi ART hanya sambilan saja, dok. Aku butuh uang tambahan.” Nada sedikit lirih itu membuat Nathan mengangguk kecil. Wajahnya tetap datar, namun matanya menunjukkan bahwa ia mempertimbangkan kata-kata Ariel dengan serius. “Kebetulan kau sudah sering ke sini…” Nathan menyandarkan tubuhnya ke sofa, suaranya rendah. “Dan aku cukup mengenalmu…” Ariel mengangkat

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 65 Pilihan yang Terpaksa

    Ariel berdiri mematung di depan meja kerja Pak George. Di tangannya, selembar kontrak dengan lambang perusahaan majalah Gentleman itu masih terpegang kaku. Matanya terpaku pada kolom angka yang tercetak tebal di bagian bawah. Nominal gaji itu seperti menertawai hidupnya. Tangannya terangkat, siap menandatangani, tapi berhenti di tengah udara—menggantung begitu saja. “Kenapa, Ariel?” tanya Pak George lembut namun penasaran. Ariel mendongak pelan. Bibirnya terangkat membentuk senyum kecut, seperti senyum yang dipaksa hidupnya sendiri. “Pak… apa nominalnya cuma segini ya?” tanyanya hati-hati. Pak George mengangguk tanpa menutupi fakta itu. “Ya. Nominalnya memang segitu. Tapi kamu juga akan mendapatkan profit kalau tulisanmu banyak pembacanya. Bonusnya bisa lumayan, lho.” Ariel terdiam. Kata “profit” itu menghantamnya, tapi bukan dalam arti positif. Profit dari mana, kalau cerbungku aja goyang terus dan aku harus cari bahan setiap malam? Aduh… hidup… hidup… batinnya leti

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 64 Curiga

    Nathan mendorong kepala Ariel pelan, miliknya keluar dari mulutku dengan suara 'pop' basah. Dia angkat pinggul wanita itu, menarik celana dalamnya sepenuhnya, dan membaringkan wanita itu di kursi belakang yang sempit. Kaki Ariel terbuka lebar, miliknya terpampang tepat di depan Nathan—bibir bawah itu merah bengkak, klitorisnya menonjol seperti mutiara kecil yang basah kuyup. Nathan menunduk, napas panasnya menyentuh paha mulus Ariel. "Aku mau menjilatmu sampai kau menjerit." Lidahnya langsung menyerang, menjilat klitoris itu dari bawah ke atas dengan gerakan datar panjang. "Ahhh! Dokter!" Ariel menjerit, tangannya mencengkeram rambut Nathan. Lidah Nathan kini berputar-putar di sekitar klitorisnya, menghisapnya seperti sedang menyedot permen. Dia masukkan satu jari ke dalam liang itu, mengaduk-aduk dinding dalamnya sambil lidahnya terus menyerbu klitorisnya. Rasa itu gila—basah, panas, licin. Dia tambah jari kedua, pompa masuk-keluar cepat, sambil gigit ringan klitori

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 63 Di dalam Mobil yang Membara

    Malam itu, ternyata hujan deras mengguyur kota, membuat jalanan licin dan sepi. Mobil Nathan terparkir di pinggir apartemen kecil nan sepi, jauh dari lampu jalan yang redup. Ciuman lembut, seperti hembusan angin yang lembut. Tangan Nathan kini memegang pipi Ariel dengan lembut, jari-jarinya menyusuri garis rahang wanita itu, membuatnya merinding. "Ariel," bisiknya di sela ciuman, suaranya dalam dan hangat, "kau manis sekali malam ini." Ariel terkejut sesaat lalu tersenyum di balik bibirnya, membalas ciumannya dengan lebih dalam. Lidahnya menyentuh lidah Nathan pelan, menari-nari seperti dua kekasih yang baru bertemu setelah lama terpisah. Mobil terasa lebih sempit sekarang, kursi belakang yang mereka pilih sengaja untuk praktek malam ini mulai terasa panas. Nafas Ariel mulai memburu, dada naik-turun cepat. Ciuman yang tadinya lembut itu berubah. Bibir sang dokter menekan lebih keras, gigitan ringan di bibir bawahnya membuatnya mengerang pelan. "Oh, dokter...," desah Ariel, tang

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 62 Demi Karya

    Lampu-lampu redup di ruangan VIP kelab malam itu menimpa wajah Ariel, membuat sorot matanya terlihat lebih lembut dari biasanya. Musik lounge menggema pelan, bercampur dengan tawa dan gelak riuh para tamu penting malam itu. “Silakan minum, Ariel!” kata sang owner sambil mengangkat gelasnya. Pria paruh baya itu—sang owner penerbit JustFor—tersenyum lebar, pipinya sudah memerah karena alkohol. Ariel menatap gelas wine yang disodorkan, lalu menggeleng. “Maaf, Pak… saya nggak minum alkohol.” Pria itu mengangguk kecil. “Begitu ya? Kalau begitu, pesankan dia jus jeruk,” ujarnya pada waiter. Ariel tersenyum kaku, mencoba tetap sopan. Di sampingnya, Nathan duduk dengan tubuh tegap dan ekspresi yang sulit ditebak. Sesekali ia melirik Ariel, tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Pak owner itu meneguk minumannya lagi sebelum berkata, “Saya sangat senang malam ini bisa bertemu dengan Dr. Nathan… dan kau, Ariel. Halaman edukasi seksualitas dr. Nathan, dan cerbung karya Ariel di majalah k

  • Tolong Perlahan, Dokter Nate!    Bab 61 Senang atau Sedih?

    “Ariel… selamat!” suara Pak George terdengar jelas, hangat, penuh antusias. Ariel menoleh, senyum kecil terbentuk namun tidak sampai ke matanya. “Selamat apanya, Pak?” “Cerbungmu menjadi halaman yang paling dinantikan pembaca.” Nada bangga itu mengisi ruangan. “Majalah Gentleman memutuskan untuk mengontrakmu selama satu tahun penuh. Kamu akan mendapat gaji tetap dan juga profit tambahan dari setiap bab.” Ariel membeku. Selama ini itulah yang ia kejar—stabilitas, diakui, dan dibaca. Tapi setelah kejadian malam itu, kata-kata Silvi seperti hantu yang terus membayangi pikirannya.Jangan jadi pelakor… Nathan sudah bertunangan… Gemma itu wanita baik. Ia menelan ludah. Antara bahagia dan hampa. Antara ingin melanjutkan cerita dan takut apa yang terjadi setelahnya. Namun ia memaksa bibirnya tersenyum. “Terima kasih, Pak…” ujarnya dengan suara yang terdengar seperti bukan miliknya sendiri. Pak George mengangguk senang. “Nah, malam ini owner kita mengadakan acara di kelab malam. Kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status