Share

Kamu Cantik 2

Hingga beratus kali Zahra mengucapkan istigfar karena sudah bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Entahlah? Dia bahkan tidak dapat mengatakan tidak pada lelaki berkebangsaan Prancis itu. Hatinya seperti tersirami melihat tingkah konyol Marc. Lelaki itu sudah berhasil mencuri hatinya.

***Meyyis***

Zahra pura-pura tidak terpengaruh dengan perbuatan kecil Marc. Dia membuat alaram untuk setiap istiwa sholat. Setelah itu, mengembalikan ponsel Marc kembali. Lelaki itu mengantongi ponselnya kembali. Lelaki tiga puluhan tahun itu mengajak Zahra untuk membeli es krim. Zahra seperti anak kecil berlari ke arah penjual es krim itu. Memang, siapa pun tidak sanggup menolak pesona panganan manis itu. Rasa coklat menjadi pilihan demikian juga dengan Marc.

“Kau menyukainya?” tanya Marc.

“Iya, demikian juga dengan anakku. Kami penggila es krim.” Wanita pecinta warna coklat itu sesekali menjilat es krim tersebut. Jujur saja, Marc ingin sekali mengelap mulut belepotan Zahra. Tapi di tahannya. Hingga hanya tangannya saja yang maju untuk membersihkan bibir bawah Zahra.

“Ah, belepotan, ya?” Zahra mengulang mengelap mulut belepotannya dengan punggung tangannya. Hatinya menciut karena malu. Dia sudah dewasa, tapi mengapa masih belepotan? Saat ini ingin rasanya dia menenggelamkan wajahnya ke lautan atlantik agar tidak terlihat oleh Marc.

“Kau malah cantik seperti itu.” Zahra menyembunyikan wajahnya ke arah samping.

“Marc, kita harus segera kembali. Ada salat Tarawih yang masih harus kita lakukan.” Marc mengangguk. Ingin rasanya dia mengulurkan tangannya untuk menggandeng Zahra. Tapi diurungkan niatnya. Kata-kata Jason terngiang kembali ditelinganya. Ah, rasanya serba salah. Jika demikian, dia ingin segera meminang wanita berjilbab itu menjadi sang istri. Jangankan menggandeng, memeluknya saja menjadi suatu keharusan. Marc menjadi gemas sendiri pada pikirannya. Dia menggelengkan kepalanya berharap pikiran itu akan enyah dari kepalanya.

Zahra berbalik karena Marc tidak juga menyusul ke arah mobil. Dia melihat lelaki itu menggeleng, sehingga Zahra bertanya dengan yang dilakukannya.

“Kenapa?” tanya Zahra.

“Tidak ada.” Marc berjalan menuju ke mobil menyusul Zahra. Ada banyak hal yang dia dapat dari kejadian hari ini. Seorang wanita sederhana mampu membawanya ke arah yang lebih baik. Lelaki  berparas tampan itu membuka pintu kemudi kemudian duduk di ruang kemudi. Keputusannya untuk datang ke Indonesia adalah sebuah keajaiban yang Tuhan berikan. Sebelumnya dia tidak mengenal apa itu agama dan Tuhan? Dengan mengenal Zahra kemustahilan itu terhempas. Dia mulai menuju ke sana. Pengalaman ini sangat berharga untuknya. Lelaki berkulit putih itu menyalakan mobilnya untuk mengantar Zahra pulang. Ini sudah pukul tujuh malam, kata Zahra saatnya salat Tarawih. Tapi mungkin untuknya malam ini absen dulu. Sebab belum mandi seharian.

Mereka bersama dalam diam. Insiden-insiden lucu tadi menjadikan kecanggungan diantara mereka. Zahra juga tidak kuasa untuk memulai pembicaraan hingga sampai di depan rumahnya. Marc sudah tahu rumah Zahra karena agensi memberikan semua data detail milik Zahra.  

Wanita bergaun senanda dengan kerudungnya itu turun dari mobil Marc. Dia menoleh ketika lelaki itu memanggilnya kembali sebelum masuk ke halaman rumahnya.

“Mimpi indah. Boleh juga mimpikan aku. Tapi sepertinya sebelum tidur aku akan mengganggumu terlebih dahulu terkait salat Tarawih itu.” Marc mengedipkan matanya. Zahra tersenyum hingga membuat Marc diatas angin. Lelaki itu melajukan mobilnya untuk meninggalkan pelataran rumah Zahra. Sedangkan Zahra sendiri memegang dadanya yang terasa berdegup kencang.

“Aku bukannya anak muda atau belia yang penuh dengan cinta-cinta monyet saat bertemu dengan pria pujaan hati ‘kan? Tapi kok dadaku terasa bergetar.” Zahra berbisik pada dirinya sendiri. Dia membuka pintu rumahnya kemudian menutup kembali dan bersandar di belakangnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status