Share

Kamu Cantik 1

Kecanggungan semakin terasa di antara mereka. Keduanya hanya diam saja. Hati mereka merasa kacau. Hanya bungkam yang bisa mereka lakukan. Hanya sesekali Zahra menunjukkan jalan untuk mereka sampai di sebuah tempat. Lelaki dewasa itu hanya menuruti Zahra arah yang dituju. Ternyata mereka sampai di sebuah taman kota. Terlihat bangku-bangku panjang di sana. Permainan anak-anak dan beberapa orang yang menghabiskan waktu bergembira bersama keluarga.

Marc meminggirkan mobilnya dan menguncinya. Setelah mendapatan nomor parkir, maka Brian menyusul Zahra yang sudah lebih dulu berjalan. Zahra menemukan bangku kosong di tepi taman yang jauh dari permainan anak-anak agar mereka lebih tenang berbicara. Marc duduk di samping Zahra.

“Kita mulai dari mana?” tanya Marc.

“Ha?” Zahra belum sepenuhnya kembali ke pikirannya. Dia bertanya maksud Marc.

“Kita mulai belajar dari mana?” Zahra tertawa. Dia menertawakan dirinya sendiri karena mengira bahwa yang ditanyakan Marc adalah sesuatu yang menyangkut pada dirinya. Zahra menggelengkan kepalanya. Dia merasa sangat bodoh ketika pikirannya tidak mampu menangkap pembicaraan bersama Marc.

“Oh, iya. Mulai dari salat saja. Seorang Muslim memeliki kewajiban salat lima kali .... “ Zahra menjelaskan dengan panjang dan lebar seluruh hal tentang salat. Lelaki bermata almond dengan iris coklat itu memperhatikan. Entah yang masuk ke dalam otaknya adalah pelajarannya atau bahkan pesona Zahra. Diperhatikan seperti itu, Zahra salah tingkah. Wanita itu merasa tidak nyaman.

“Terus?” Marc sangat suka melihat Zahra yang banyak bicara. Dia sudah membayangkan banguntidur dengan seluruh omelan Zahra karena dirinya yang suka tidur dengan bertelanjang dada. Atau dirinya yang susah bangun padahal harus mengantor pagi-pagi buta.

“Marc kau mendengarkanku?” Merasa Marc hanya memandnagnya tanpa menyahut, maka Zahra memastikan bahwa Marc masih fokus mendengarkannya.

“Iya, kau sangat cantik.” Zahra menyatukan pangkal alisnya. Ternyata Marc berfantasi lain pada keterangannya.

“Pelan-pelan saja, ya? Sepertinya kau sudah lelah. Selanjutnya, besok kau harus salah Subuh. Aku bantu menyalakan alaram. Jadi setiap ada azan kamu harus salat.” Marc memberikan ponselnya. Namun masih terus fokus pada wajah cantik Zahra yang semakin menarik dengan terpaan remang lampu taman tersebut.

Lelaki itu bersender di sandaran bangku itu, dengan satu tangannya berada di sandaran sebagai tumpuan. Pikirannya entah sudah sampai di mana? Yang jelas dia membayangkan masa depannya dengan Azahra. Wanita nusantara yang anggun dan cerdas. Zahra berkali-kali gagal membuka ponsel Marc karena menggunakan sensor sidik jari.

“Marc aku tidak bisa membukanya.” Zahra menunjukkan layar ponsel tersebut.

“Kau sudah membukanya dan masuk ke dalam hatiku.” Zahra mengerutkan keningnya sekali lagi. Sebenarnya arah pembicaraanya kemana? Apa yang Marc pikirkan.

“Jangan bercanda Marc.” Marc melingkarkan tangannya seakan memeluk Zahra. Wanita itu kaget bukan kepalang. Namun ternyata Marc hanya mengambil ponselnya saja. Lelaki itu memegang jari Zahra dan mengganti sandinya hanya berpola saja dengan jari telunjuk milik Zahra.

“Sudah ‘kan? Kau mengetahuinya.” Jantung Zahra bagai terlepas dari pengaitnya. Lelaki ini membuatnya salah tingkah. Seharusnya Zahra marah dengan tingkah Marc yang sembrono. Tapi nyatanya dia tidak bisa. Hingga beratus kali Zahra mengucapkan istigfar karena sudah bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Entahlah? Dia bahkan tidak dapat mengatakan tidak pada lelaki berkebangsaan Prancis itu. Hatinya seperti tersirami melihat tingkah konyol Marc. Lelaki itu sudah berhasil mencuri hatinya.

***Meyyis***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status