Share

Bab 5

Author: Tedy
Hiruk pikuk pesta perayaan perlahan mereda, mencapai penghujungnya.

Seseorang mengusulkan untuk berfoto bersama, semua orang tertawa dan mulai berkumpul di tengah.

Wiliam menemukan Celine yang berdiri sendirian di sudut yang gelap.

Wajah Celine tampak pucat. Wiliam mendekat, nada bicaranya melunak, terselip rasa bersalah yang samar. Dia mengulurkan tangan hendak menyentuh pipinya, tapi Celine agak memalingkan kepala, menghindarinya.

Tangan Wiliam tertahan di udara. Setelah terdiam sejenak, dia pun menurunkan tangannya, “Luka di kaki masih sangat sakit?”

Tanyanya dengan suara direndahkan, lalu melanjutkan, “Aku bakal hubungi Profesor Leo begitu pulang nanti. Dia punya obat khusus yang baru dikembangkan di luar negeri, paling efektif untuk menghilangkan bekas luka. Aku janji nggak akan membiarkanmu meninggalkan bekas.”

Celine mengangkat pandangannya dan dengan tenang melewati wajah Wiliam, lalu tertuju pada Gwen yang sedang berlari pelan, sambil mengangkat ujung gaunnya di belakang Wiliam.

Wajah mereka berdua sama-sama merona.

Celine bisa melihatnya dengan jelas, hatinya terasa perih.

“Iya,” jawabnya pelan dan singkat.

Wiliam tampak agak terkejut melihat kepatuhannya.

Jika ini terjadi dulu, Celine pasti sudah membuat keributan, menanyakannya, menangis dan memaksanya memberikan penjelasan.

Wiliam menatap wajah Celine yang terlalu tenang itu, lalu berkata, “Kamu jadi jauh lebih pendiam akhir-akhir ini.”

Nada suaranya mengandung penyelidikan yang sulit dijelaskan.

Celine tidak menjawab.

Pendiam?

Dirinya pernah berteriak sekuat tenaga, menangis dan menuntut.

Yang dia dapatkan hanyalah wajah dingin penuh ketidaksabaran darinya, serta perlakuan yang semakin memanjakan Gwen, seolah ingin membuktikan betapa tidak berharganya emosinya, betapa tidak dewasa dirinya.

Sekarang dirinya sudah mau pergi. Tinggal menunggu visa selesai.

Semua ini sudah tidak penting lagi. Di saat-saat terakhir ini, bahkan tenaga untuk bertengkar pun tak ingin dirinya habiskan.

Kerumunan semakin padat, fotografer berteriak meminta semua orang melihat ke kamera.

Bom!

Sebuah suara ledakan berat dan mengerikan terdengar dari atas. Lampu kristal bergoyang liar, lalu langsung padam.

Seluruh aula perjamuan berguncang hebat!

“Aaaaa!!!!”

Teriakan, tangisan dan suara benda-benda jatuh pecah berhamburan menelan segalanya!

Langit-langit mulai runtuh dalam bongkahan besar. Orang-orang berlarian kacau seperti kehilangan arah.

Posisi mereka berada tepat di tengah… paling berbahaya!

Sebuah papan dekorasi besar dari gipsum jatuh meluncur dengan suara angin yang tajam!

Dalam sekejap mata, wajah Wiliam berubah drastis. Tanpa berpikir, dia langsung meraih Gwen yang paling dekat dengannya, menariknya kuat ke dalam pelukan, melindunginya dengan seluruh punggungnya. Lalu menerjang ke bawah meja makan berat yang lebih aman!

Celine berdiri tepat di sampingnya, bahkan bisa merasakan hembusan angin dari gerakannya.

Dia terpaku oleh bencana mendadak itu, menatap punggung Wiliam yang tanpa ragu melindungi orang lain.

Sepuluh tahun.

Berkelabat cepat di depan matanya seperti lentera putar.

Cahaya saat Wiliam mengulurkan tangan padanya, mengenakan jas mahal di rumah susun yang bobrok.

Cara canggungnya mengepang rambutnya, membawanya mencicipi potongan kue pertama.

Tatapan penuh cinta yang pernah benar-benar ada di matanya saat melamarnya untuk ke-99 kali.

Cinta, benci dan keterikatan yang mendalam selama sepuluh tahun.

Ternyata pada akhirnya tidak ada yang tersisa.

Celine melihat bongkahan batu tajam lain jatuh tepat mengarah ke bagian belakang kepala Wiliam.

Dia bahkan tak sempat berpikir, tubuhnya sudah bergerak lebih dulu.

Dia menerjang ke depan, mengerahkan seluruh tenaganya dan mendorong keluar Wiliam yang masih meringkuk di bawah meja melindungi Gwen!

Di saat bersamaan, “Boom!!!”

Puing berat dan dekorasi runtuh menghantam turun, seketika menelannya.

Wiliam terlempar jatuh tersungkur, menoleh dengan wajah terkejut.

Dia hanya melihat tempat Celine berdiri sebelumnya sudah tertutup puing-puing berantakan, hanya menyisakan satu tangan pucat, terkulai tak berdaya di luar, ujung jarinya agak menekuk.

Wiliam terdiam.

“Kak Wiliam! Aku takut! Huhuhu….” Tangisan Gwen di pelukannya menyadarkannya.

Tim penyelamat segera tiba, mencari korban selamat di tengah kekacauan.

Mereka ditemukan.

Tenaga medis dengan cepat memeriksa, nadanya tergesa-gesa, “Cepat! Tandu! Ada dua korban di sini! Mobil masih bisa memuat dua orang, cepat!”

Wiliam memapah Gwen yang gemetaran dan menangis tanpa henti untuk berdiri.

Tanpa ragu sedikitpun, dia berkata dengan suara mendesak, “Antar Gwen dulu! Dia baru saja menjalani cangkok kulit di wajahnya, nggak boleh sampai infeksi! Nggak boleh ada kesalahan sedikitpun!”

Dia menunjuk wajah Gwen.

Baru setelah itu, dia menoleh ke Celine yang terbaring di lantai dengan napas lemah. Keningnya berkerut, lalu langsung menenangkan, “Celine, bertahanlah sedikit! Aku sudah menyuruh mereka segera mengirim ambulans kedua! Kamu harus kuat, nggak akan terjadi apa-apa!”

Wiliam berhenti sejenak, lalu merangkul Gwen lebih erat dan menambahkan, “Gwen penakut, dia sangat ketakutan. Aku harus menemaninya.”

Celine terbaring di antara puing-puing dingin. Dalam kesadarannya yang kabur, dia mendengar setiap kata itu dengan jelas.

Harapan kecil dalam hatinya padam, hilang sepenuhnya.

Ternyata benar.

Selalu seperti itu.

Dirinya bahkan tak lagi merasa kecewa, hanya tersisa kepahitan yang nyaris mati rasa.

Bukankah ini sudah bisa ditebak sejak awal?

Dengan sisa tenaga terakhirnya, Celine mengangguk sangat pelan, sebagai tanda mengerti dan setuju.

Melihatnya begitu ‘pengertian’, Wiliam menghela napas lega. Dia tak lagi ragu, melindungi Gwen yang terisak-isak, mengikuti tandu menuju pintu keluar tanpa menoleh kembali.

Celine terbaring dalam kegelapan dan keheningan, mendengarkan langkah kaki mereka yang menjauh dan suara sirene ambulans yang menusuk telinga.

Perlahan, dia kehilangan kesadaran.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 24

    Di Singpur, kehidupan Celine perlahan terisi oleh ritme yang baru.Pekerjaan tetap menjadi pusat hidupnya. Tim yang dia pimpin dengan cepat berjalan stabil dan beberapa proyek sulit berhasil dirinya tuntaskan dengan hasil yang sangat memuaskan.Promosi jabatan, kenaikan gaji, semuanya berjalan lancar.Di akhir pelan, Celine sesekali mengunjungi museum seni atau mengajak teman-teman baru yang dikenalnya untuk mencoba berbagai jenis makanan.Dia juga belajar memasak beberapa hidangan sederhana dan ternyata hasilnya cukup enak.Dia sangat jarang memikirkan Wiliam. Hanya sesekali, saat melihat berita ekonomi yang menyinggung Grup Vier, pandangannya akan berhenti beberapa detik lebih lama, lalu menggeser layar dengan tenang.Pria itu seolah menepati sebuah kesepakatan tak terucap, tak pernah muncul lagi dan tak pernah mencoba menghubunginya.Hal itu membuatnya lega dan juga merasa mungkin Wiliam benar-benar sudah melepaskannya.Di Makas, Wiliam menjadi jauh lebih pendiam dibanding sebelumny

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 23

    Celine kembali ke apartemennya dengan hati yang luar biasa tenang.Dia mengunci pintu dari dalam, tidak menyalakan lampu utama, hanya menyalakan lampu lantai. Cahaya kekuningan menyelimuti hunian kecil yang sebenarnya belum lama dirinya tempati itu.Dia berjalan ke jendela dan memandang jalanan di bawah.Beberapa hari sebelumnya, bos besar memanggilnya ke ruang kantor. Bukan karena ada kesalahan dalam pekerjaannya, melainkan memberinya sebuah pilihan yang sama sekali tak terduga.“Cabang Singpur di Wilayah ASIYA membutuhkan seorang penanggung jawab. Bisnis di sana berkembang pesat, tapi timnya butuh penataan ulang. Tantangannya besar.”Bos menatapnya dengan sorot mata tajam, “Ada anggota dewan yang merekomendasimu. Mengingat kinerjamu di kasus akuisisi sebelumnya dan sepertinya kamu juga membutuhkan perubahan lingkungan.” Ucapan itu disertai lirikan bermakna ke arah jendela, ke bawah gedung.Seketika, Celine mengerti maksudnya.Gangguan yang terus-menerus dari Wiliam akhirnya tetap sa

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 22

    Seperti biasa, Wiliam menunggu di bawah gedung kantor itu. Dia bahkan sudah terbiasa dengan penantian tanpa harapan seperti ini.Meski setiap kali sosok itu muncul, yang dirinya dapat hanya bayangan yang menjauh.Namun, hari ini tampaknya berbeda.Saat Celine keluar , dia tak langsung berjalan lurus menuju stasiun kereta seperti biasa, melainkan berhenti tepat di hadapannya.Jantung Wiliam berdetak keras, sampai-sampai dia hampir mengira dirinya sedang berhalusinasi.“Ayo, makan bersama,” kata Celine dengan suara yang sangat tenang, tanpa emosi yang jelas. “Di restoran Ital depan sana saja.”Seketika kegembiraan yang luar biasa membanjiri hati Wiliam.Wiliam menjadi salah tingkah, bahkan bicaranya pun menjadi terbata-bata, “Iya, iya, ayo makan. Aku tahu tempat itu, tunggu aku sebentar, aku akan segera ke sana.”Dia berlari kencang menuju apartemennya, lalu dengan terburu-buru merogoh kotak beludru dari laci penyimpanan.Akhirnya Celine luluh dan memberinya kesempatan. Ternyata kegigih

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 21

    Setelah keluar dari rumah sakit, Wiliam hanya mengingat helaan napas terakhir Celine dan dengan keras kepala menafsirkan helaan napas itu sebagai tanda hatinya melunak.Ujian… ini pasti ujian terakhir darinya.Celine hanya butuh waktu, butuh bukti ketulusannya yang lebih besar.Wiliam kembali bangkit, bahkan menjadi lebih nekat dari sebelumnya.Dia melepaskan sebagian besar urusan di dalam negeri yang mengharuskan kehadirannya secara langsung dan memilih bekerja jarak jauh, seolah-olah ‘mengejar kembali Celine’ telah menjadi satu-satunya karir yang dirinya tekuni saat ini.Percobaan pertama, dia membawa seikat mawar merah yang segar dan menunggunya di bawah gedung perusahaan.Saat Celine keluar, matanya menyapu sosok pria itu, beserta gumpalan warna merah di pelukannya dengan tanpa riak emosi sedikit pun.Langkah kakinya tidak berhenti, Celine terus berjalan menuju stasiun bawah tanah.Wiliam mengejarnya sambil memeluk bunga itu, tapi Celine mempercepat langkah, membaur ke dalam kerumu

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 20

    Wiliam berusaha keras membuka kelopak matanya yang terasa sangat berat.Yang terlihat di atas kepalanya adalah langit-langit putih yang asing, botol infus tergantung di penyangga, meneteskan cairan obat perlahan.Wiliam terdiam beberapa detik, barulah dia menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit.Sisa mabuk membuat kepalanya terasa seperti hendak pecah, sementara perutnya perih seperti terbakar.Dia secara reflek menggerakkan jarinya, lalu menyentuh kulit yang hangat.Dia langsung menoleh. Celine sedang duduk di kursi di samping ranjang, menunduk menatap ponselnya. Wajahnya terlihat sangat tenang.Seketika gelombang kegembiraan menghantam Wiliam.Dia tahu… dia tahu masih ada dirinya di hati Celine. Celine masih tidak rela meninggalkannya. Melihatnya pingsan, Celine masih tetap khawatir dan datang menemaninya.“Celine,” terdengar suara Wiliam yang serak, tapi dipenuhi kegembiraan dan getaran yang tak bisa disembunyikan. Dia reflek ingin menggenggam tangannya. “Aku tahu kamu masih

  • Akhir Dari Segalanya   Bab 19

    Rencana akhir akuisisi akhirnya mendapatkan persetujuan bulat dari dewan direksi. Pihak perusahaan lawan pun menyatakan persetujuan awal. Yang tersisa hanyalah negosiasi detail.“Kerja bagus, Celine!” Pria asing tua yang biasanya serius itu akhirnya tersenyum. Dia menepuk bahu Celine dengan kuat, “Kita harus merayakannya malam ini, kita wajib minum-minum!”Seluruh tim proyek langsung bersorak gembira, suara sorakan mereka seolah mampu meruntuhkan atas gedung.Selama masa ini, tekanan yang mereka hadapi sangat besar dan kini kebahagiaan atas kesuksesan tersebut menghapus semua perasaan lelah.Rekan-rekan kerja mengerumuni Celine, saling bersahutan membahas restoran mana yang akan dipilih untuk merayakan, lalu turun ke bawah dengan riuh.Begitu angin dingin di luar gedung meniup, Celine reflek mengangkat bahunya sedikit. Senyuman santai masih terukir di wajahnya.Dia sengaja mengabaikan tatapan mata yang membara dari arah yang tidak jauh darinya.Wiliam kembali menunggu di sana.Saat mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status