.
.
.
"Tit. Tit. Tit...", bunyi mesin monitor denyut jantung terdengar samar-samar memenuhi sebuah ruangan bernuansa putih dimana seorang gadis muda berusia 22 tahun sedang terbaring lemah diranjangnya.
Udara dari mesin pendingin yang menusuk kulit desertai dengan aroma disinfektan yang begitu kuat seakan mengusik kenyamanan wanita yang sudah beberapa waktu ini telah tertidur pulas dalam kondisi koma setelah sebuah kecelakaan menimpanya.
Perlahan, kedua mata indah yang dihiasi bulu panjang nan lentik itupun mulai terbuka menampilkan sepasang bola mata cantik yang terlihat sedang beradaptasi pada cahaya terang yang menyilaukan kedua matanya.
Selama beberapa detik, Shen Yiyi berusaha mengamati suasana yang ada di dalam ruangan itu yang nampak tidak asing lagi baginya. Alisnya yang tebal tampak mengernyit setelah hidung mancungnya mencium bau disinfectan yang sangat kuat disana.
"Dimanakah ini?", batinnya sebelum ia merasakan sebuah serangan panik yang membuatnya berteriak kesakitan secara tiba-tiba.
"Arrrrrkkkkkk!", tubuhnya bergetar hebat, kepalanya terasa sangat sakit dan jantungnya berpacu dengan sangat cepat.
Dibalik kepanikannya itu, begitu banyak memori tiba-tiba muncul dalam ingatannya. Yakni ingatan pada saat ia ditolak oleh suaminya sendiri, Mu Shenan, ingatan saat ia menyia-nyiakan hidupnya dan ingatan saat dia diperdaya dan ditusuk oleh sepupu jahatnya, Wei Yuna. Semua seakan-akan baru saja terjadi dan masih segar dalam ingatannya.
"Tit! Tit! Tit!!", Alat monitor jantung terdengar bersuara semakin keras diikuti oleh kehadiran dokter yang segera memberikannya sebuah suntikan penenang untuk menyelamatkannya.
"Nona...", Shen Yiyi samar-samar mendengar seorang perawat berusaha memanggilnya sebelum kesadarannya itu kembali menghilang.
.
.
.
Sedangkan di benua lain yang sangat jauh dari wanita itu, tampaklah seorang pria berusia 28 tahun sedang berdiri kokoh memandangi langit biru di puncak gedung tertinggi di kota itu. Matanya yang hitam terlihat begitu tajam dan mendominasi. Parasnya yang elok nan rupawan serta garis wajahnya yang tegas dan runcing mampu membuat wanita manapun tergila-gila dan berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya.
Sayangnya dalam keagungannya itu, tidak ada satu wanitapun yang mampu meluluhkan hati pria dingin itu, termasuk istrinya sendiri, Shen Yiyi, yang terpaksa ia nikahi dua tahun lalu karena paksaan dari mendiang kakeknya.
"Tok!Tok!Tok!", sebuah suara terdengar dari balik pintu ruangan itu yang seketika membuyarkan lamunan Mu Shenan.
"Masuk!", perintahnya dengan suara bariton yang diikuti oleh kehadiran seorang asisten pribadi yang membawakannya sebuah berkas.
"Tuan Mu, berkas yang anda minta sudah siap. Pengacara Su akan langsung menyerahkan surat dan perjanjian kompensasi perceraian kepada Nyonya Muda", ucap asisten itu sebelum kembali mengoreksi ucapannya, "Maaf Tuan, maksud saya nona Shen", kata sang asisten sambil menyerahkan berkas dalam amplop merah kehadapan CEO nya.
"Baiklah. Segera bereskan.", Mu Shenan terlihat sangat dingin dan tidak ingin melihat isi di dalam berkas itu. Apapun akan ia berikan asal wanita konyol dan gila itu mau bercerai dengannya!
"Oiya, Tuan, ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan.", asisten itu menambahkan.
"Katakan.", Mu Shenan terlihat menatap tajam sang asisten dan mempersilahkannya berbicara.
"Minggu depan akan ada rapat besar pemegang saham di perusahaan Mu. Apakah anda akan pulang?", asisten Bai kemudian menjelaskan secara rinci situasi perusahaan.
"Emm.. Besok atur kepulanganku.", perintah Mu Shenan.
"Baik Tuan Mu."
Merasakan aura dingin bos besarnya yang seakan menusuk sampe ke tulang-tulangnya, membuat asisten Bai bergidik ngilu dan tidak tahan untuk segera pamit dari ruangan itu.
.
.
.
Setelah beberapa saat tertidur, Shen Yiyi yang sebelumnya mengalami serangan panik itupun kembali terbangun dengan kondisi yang lebih tenang. Sayangnya, tenaganya belum begitu pulih sehingga ia hanya bisa berbaring saja.
Setelah mengingat semua kejadian yang sebelumnya terjadi, jemarinya yang lentik mulai meraba-raba dadanya dimana ia mendapat tusukan mematikan itu. Namun anehnya, setelah menekan dadanya beberapa kali, Shen Yiyi tidak merasakan sakit apapun!
"Benar-benar tidak sakit.", batinnya sambil terus menekan-nekan area itu.
Dengan rasa penasaran, Shen Yiyi perlahan membuka baju rumah sakit bermotif bunga yang melekat di tubuhnya. Awalnya, ia menutup matanya karena tidak berani melirik ke tempat dimana ia terkena luka tusukan. Namun, kekhawatirannya itu menghilang setelah ia mendapati bahwa tidak ada luka tusukan itu! Dan yang ada hanyalah sebuah goresan di kepalanya akibat sebuah benturan dan juga penampilannya yang sangat buruk rupa.
"Aku... Apakah ini nyata?" Shen Yiyi bergumam perlahan saat tiba tiba seorang perawat paruh baya memasuki ruangan itu untuk pengecekan harian.
"Bibi, tanggal berapa ini? Tahun berapa? Dan kenapa aku disini", Shen Yiyi dengan tidak sabar bertanya kepada sang perawat yang baru saja memonitor kesehatannya.
"Nona, apakah anda merasa lebih baik?"
"Bibi, cepat jawab aku!!", Shen Yiyi menggenggam kedua tangan bibi perawat itu, memohon supaya ia menjawabnya dengan cepat.
Dengan khawatir perawat itupun menjawab, "Nona Shen, ini adalah tanggal xx dan tahun xxxx. Anda telah koma selama satu minggu karena kecelakaan lalu lintas. Dan kemarin saat anda bangun pertama kali, anda mendapatkan serangan panik dan tertidur kembali setelahnya."
Perawat itu sangat iba melihat gadis itu sendirian, bahkan tidak ada satupun orang yang menjenguknya saat ia koma.
"Mm.. Iya, aku mengerti. Terima kasih", ucap Shen Yiyi kemudian.
Setelah perawat itu pergi meninggalkan ruangannya, Shen Yiyi langsung tersenyum sangat lebar menampilkan barisan gigi putih yang berjejer disana.
Benar, delapan tahun lalu ia mengalami sebuah kecelakaan dan ini adalah tempat ia dirawat. Semua yang ada disana benar-benar tampak persis seperti waktu itu. Kamar, tempat gelas, baju tidur, bahkan perawat itu... semuanya sama! Yang berbeda hanyalah dirinya yang telah mengetahui masa depannya.
Ya, waktu telah berputar mundur delapan tahun lebih awal, tepat di tahun ke dua pernikahannya dengan Mu Shenan!
"Ha...ha...ha...!", senyumannya yang manis lama kelamaan berubah menjadi tawa yang sangat keras seakan akan ia baru saja melihat drama komedi. Tapi kali ini, ia menertawakan dirinya sendiri yang telah menjadi lelucon dikehidupan terdahulunya.
Ia tidak menyangka jika langit akan mengabulkan keinginannya untuk memutar kembali waktu dan memulai segala sesuatunya dari awal. Andai Shen Yiyi boleh memilih, dia ingin waktu berputar sebelum dia menikah saja, sehingga ia tidak harus berurusan dengan lelaki es itu yang telah menghancurkan hatinya selama sepuluh tahun di kehidupan sebelumnya.
Namun, tidak mengapa, kesempatan kedua ini tetaplah sebuah berkah dari langit yang akan ia syukuri sampai ia mati kelak. Kali ini ia berjanji akan hidup bahagia untuk dirinya sendiri. Dan tentu saja, untuk membalaskan semua dendamnya!
Dengan rasa bahagia yang memuncak dan hati yang penuh kelegaan, Shen Yiyi kembali membaringkan tubuhnya yang masih lemah itu. Sembari melihat kedua kulit tangannya, ia sedikit sedih. Bukankah saat ini penampilannya begitu jelek? Sambil meraba lengannya, iapun bertanya-tanya mengapa perawat itu tidak mau membersihkannya? Apakah dia memakai make-up dan body painting terlalu tebal pada tubuhnya sampai-sampai perawat itu tidak mau?
Sambil menghela nafas dengan dalam, Shen Yiyi tidak mau melihat wajah mengerikannya. Ia masih ingat seperti apa wujudnya!
"Ah, sudahlah.", batinnya dalam hati.
Hari ini, Shen Yiyi harus berkonsentrasi memulihkan kekuatannya untuk menyambut esok hari. Sehingga iapun menghabiskan waktunya beristirahat dan memakan semua makanan yang tidak berasa itu untuk mendapatkan energinya kembali.
...Pagi telah menjelang di kota S. Hari ini, Shen Yiyi dan Mu Shenan harus kembali ke Kediaman Mu setelah mereka berdua mendapat pesan singkat dari Nyonya besar tua. Meski Shen Yiyi masih membenci suaminya setelah percakapan yang tidak terselesaikan semalam, tapi dia tetap ikut kesana karena dia harus berjumpa dengan nenek mertuanya yang sempat sakit itu.“Aw….” Mu Shenan terdengar mengaduh sembari satu tangannya memegang tengkuk lehernya. Mungkin dia berpikir bahwa Shen Yiyi akan merasa kasihan dan menyudahi pertengkaran mereka. Tapi, ternyata tidak!Mu Shenan kembali diam. Dia mengarahkan matanya ke jalanan ke depan dan sesekali melirik Shen Yiyi yang saat ini memejamkan matanya. “Yiyi, apa tidurmu nyenyak semalam?” tanyanya tanpa balasan apapun. Mu Shenan hanya bisa menghela nafasnya. Sepertinya, dia tidak akan berbaikan dengan isterinya dalam waktu singkat sehingga dia memilih untuk diam supaya isterinya itu tidak bertambah semakin marah.Kediaman Mu telah terlihat di depan. M
...“Kakek, kumohon jangan membicarakan hal itu. Aku yakin kakek akan selalu sehat.” ucap Shen Yiyi terjeda. “Oh, besok aku akan membawakan kakek buah persik dari Mongol. Orang bilang siapapun yang memakan buah itu pasti akan mendapat berkah umur panjang dari langit. Bagaimana Kek?”“Haha… Yiyi, jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin tenang. Apalagi, sebentar lagi aku akan menimang seorang cicit. Tapi tentang buah itu? Em… Baiklah. Kau bisa membawakan beberapa untukku,” sahut kakeknya sebelum teringat kembali akan pembicaraan selanjutnya. “Yiyi, tentang hak waris itu. Kakek mau kau menjaganya dengan baik. Apa kau mengerti?”“Hm… Iya, aku mengerti,” jawab Shen Yiyi."Baiklah, sekarang aku bisa tenang. Kau istirahatlah. Sampaikan salamku untuk suamimu.""Baik Kek," ucap Shen Yiyi menutup pembicaraan itu.Setelah mendengar kakek Shen menutup sambungan teleponnya, Shen Yiyi langsung meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Meski Shen Yiyi senang karena Shen Ara dan Wei Y
...Shen Yiyi telah selesai membersihkan dirinya ketika dia mendengar ponselnya berdering. Hari sudah hampir larut malam, tetapi seseorang menghubunginya. Ada apa? Batinnya sebelum dia mengambil ponselnya dan mendapati bahwa kakek Shen adalah orang yang meneleponnya.“Halo kakek… Selamat malam. Kakek mengapa belum tidur?” sapa Shen Yiyi yang dibalas oleh suara batuk diseberang sana.“Uhuk… uhuk…” Kakek Shen terdengar sedang tidak baik-baik saja. Shen Yiyi megerutkan dahinya dan segera bertanya pada kakeknya itu.“Kakek, apa kau sedang sakit? Aku akan segera menelepon bibi Zhang. Kakek ber-istirahatlah.” Shen Yiyi cukup panik karena dirinya sedang tidak ada disana. Sementara Shen Haoran, ayahnya itu, pastilah saat ini masih sibuk di ruang kerjanya. Shen Yiyi hendak menutup sambungan telepon itu supaya bisa menghubungi kepala pelayannya. Akan tetapi sang kakek lekas-lekas mencegahnya.“Yiyi… Kakek tidak apa-apa. Kau tenang saja. Aku hanya batuk karena udara terlalu dingin,” sahut pria
...Setelah menikmati makan malam, Mu Shenan membawa Shen Yiyi pulang ke apartemen Sky Garden. Meski ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, Mu Shenan tetap merasa senang karena pada akhirnya dia bisa membawa isterinya itu kembali pulang bersamanya.“Biar aku saja,” ucap Mu Shenan mendahului Shen Yiyi mendorong pintu rumah mereka.Ketika mereka sudah sampai di dalam rumah, Mu Shenan buru-buru membantu melepas sepatu isterinya dan menggantinya dengan sebuah sandal rumah yang baru dibelinya. Sandai berbulu itu berwarna peach dengan tatakan kaki yang sangat lembut dan empuk ketika digunakan.“Shenan, apa yang kau lakukan?” tanya Shen Yiyi merasa tidak enak. Bagaimanapun Mu Shenan adalah CEO dari Perusahaan Mu. Lagipula, Shen Yiyi juga tahu bahwa Mu Shenan adalah tipe lelaki dingin yang tidak akan mungkin melakukan hal semacam itu. Jadi, Shen Yiyi buru-buru menarik kakinya dari pergelangan tangan Mu Shenan ketika pria itu hendak memakaikan sepatu sandal pada kaki yang kedua.
...Dalam lembar pertama album itu, Shen Ping bisa melihat foto Shen Ara ketika dia pertama kali datang ke Kediaman Shen. Wajahnya begitu lusuh dan kulitnya kecoklatan karena terbakar terik matahari. Pada waktu itu, Shen Ping masih ingat, dirinya begitu kasihan dengan gadis remaja yang baru diambilnya dari panti asuhan Kelopak Teratai.Penampilan gadis remaja itu sangat mengingatkan Shen Ping akan masa perang yang pernah dilaluinya ketika dirinya masih muda. Ada begitu banyak anak menjadi yatim piatu dan terlantar pada masa perang yang sudah merebut nyawa banyak orang di wilayah perbatasan. Hati Shen Ping begitu sedih sehingga dia akhirnya mencurahkan kasih sayang kepada gadis remaja itu layaknya putrinya sendiri dan memberinya nama ‘Shen Ara’.'Kenapa kau sampai melakukan hal itu?' tanyanya dalam hati.Shen Ping tidak pernah menyangka bahwa putri angkatnya itu akan bertindak berlebihan pada Shen Yiyi. Sejujurnya, dia tidak bisa memahami alasan Shen Ara melakukannya. Apakah kasih sa
...Suara mobil milik Shen Ara terdengar meninggalkan Kediaman Shen. Dari depan pintu kamarnya, kakek Shen terlihat memegangi dadanya. Sepertinya, pria tua itu mengalami rasa sakit akibat semua musibah yang barusaja terjadi pada keluarga mereka.Kakek Shen meremas dadanya untuk meredakan rasa sakit yang mendadak menyerangnya. Dalam sela-sela kesakitannya itu, beberapa kali dia terdengar mengutuki dirinya sendiri atas semua yang telah terjadi pada keluarga mereka. Apakah dia tidak becus mengurusi rumah tangga di keluarganya? Apa kesalahannya di masa lalu sehingga dewa-dewa menghukumnya? batin Shen Ping merasa begitu sedih dan getir disaat yang bersamaan atas tindakan Shen Ara.Isteri Haoran telah tiada. Lalu setelahnya, hampir-hampir mereka juga kehilangan Shen Yiyi karena ulah Wei Dong. Kakek Shen berpikir bahwa semua hal-hal buruk yang terjadi di keluarganya sudah usai. Akan tetapi, harapannya tidak terwujud!"Ling!" seru kakek Shen memanggil seorang pelayan yang terlihat dari keja
...Perubahan ekspresi itu dapat ditangkap oleh Shen Haoran. Dalam hati, Shen Haoran merasakan sebuah sayatan ketika dia melihat bagaimana Wei Yuna bisa memainkan mimik wajahnya dengan begitu cepat. Apakah… begini cara Wei Yuna selama ini mempengaruhinya untuk menyalahkan Shen Yiyi? Batin Shen Haoran menarik nafasnya dalam-dalam untuk menahan luapan emosi yang keluar akibat ulah-ulah Wei Yuna yang tiba-tiba bermunculan dalam ingatannya.‘Kartu akses milik Shen Yiyi yang diambil oleh Wei Yuna’‘Perubahan penampilan Shen Yiyi menjadi gadis gila’‘Wei Yuna yang mempengaruhinya untuk memutuskan pernikahan Shen Yiyi’‘Dan juga, Wei Yuna yang dengan senang hati memperkenalkan dirinya sebagai calon isteri Mu Shenan’Sedari awal, bahkan jauh sekali sebelum saat ini, bukankah Wei Yuna memang telah menindas Shen Yiyi? Pikir Shen Haoran mengerutkan kedua alisnya semakin dalam.Sementara Shen Haoran menenangkan emosinya, Shen Ara yang sudah tidak dapat berkata-kata dengan Shen Haoran akhirnya m
...Malam telah menjadi semakin larut. Meski demikian, cahaya lampu di ruang tamu kediaman Shen masih menyala begitu terangnya menyoroti anggota keluarga Wei yang baru saja datang kesana.“Kakak Hao… Kumohon maafkan aku. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Shen Yiyi. Yang kulakukan hanyalah-“, ucap Shen Ara berusaha menjelaskan.“Ara, diamlah! Kau tidak perlu menjelaskannya kepadaku,” sahut Shen Haoran dengan wajahnya yang sudah memerah.“Tidak! Kakak Hao, kau harus mendengar penjelasan kami. Jujur saja, aku hanya ingin menyelamatkan Perusahaan Shen. Sama sekali, aku tidak bermaksud mendorong Shen Yiyi pada CEO Yuan Xi itu. Kakak Hao, tolong percayalah… Aku tidak akan setega itu pada keponakanku sendiri,” lanjut Shen Ara yang seketika dibalas sebuah tawa kecut dari Shen Haoran.“Ckck… Apa kau bilang? Kau ingin menyelamatkan Perusahaan Shen? Dan kau tidak akan setega itu kepada Shen Yiyi?” Shen Haoran mengulangi apa yang didengarnya dari adik angkatnya sebelum
...Mu Shenan melaju dengan kecepatan rata-rata menjauhi gedung Balai Kota itu. Setelah dia menyelesaikan permasalahan Shen Yiyi, hatinya merasa lebih tenang meskipun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.‘Aku memang memiliki hubungan di masa lalu dengan Shen Yiyi. Apakah Tuan Mu datang jauh-jauh hanya untuk mengetahui tentang hal ini?’Pernyataan Han Suo masih terngiang begitu jelas di telinga Mu Shenan. Sebelumnya, Mu Shenan hanya menanggapinya dengan suara kekehan ketika dia mendengar pria muda itu mengatakannya. Akan tetapi, ada satu hal yang mengusik hati Mu Shenan ketika dia melihat ekspresi wajah CEO dari Yuan Xi itu. Dari apa yang dia lihat, pria bermarga Han itu sedang tidak berbohong. Lalu sebenarnya apa hubungan Shen Yiyi dan Han Suo di masa lalu? Batin Mu Shenan.Untuk beberapa waktu, Mu Shenan tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Namun sesaat setelah Mu Shenan menyadari bahwa Shen Yiyi sedang memperhatikannya, cepat-cepat pria itu merubah ekspresi pada wajahny