Home / Horor / Akibat Uji Nyali / Laki-laki Bertubuh Gempal

Share

Laki-laki Bertubuh Gempal

Author: Aw safitry
last update Last Updated: 2023-08-04 14:51:38

"Arvin, aku pamit pulang dulu. Mau mandi sama ke rumah Mbah Jenggot untuk membantu menyembuhkan adik kamu."

"Sarapan dulu, Mas. Nanti baru pulang."

"Nantilah gampang. Aku sarapa di rumah saja. Kamu tuh jangan sampai telat sarapan biar tetap sehat supaya bisa merawat adik kamu," ujar Anton memberi sedikit perhatian pada tetangganya. 

"Iya, Mas. Terima kasih banyak atas bantuannya." 

"Sama-sama. Nanti aku ke sini sorean, ya. Pamit dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Mas." Arvin mengangkat telapak tangannya menatap kepergian Anton meninggalkan ruang rawat. 

Kini hanya tinggal dirinya dan Farhan yang kembali tertidur usai sarapan dan meneguk obat pemberian dokter. 

Tadi saat bangun, dia sempat kembali berteriak histeris. Hingga membuat pasien lain yang di kamar itu sedikit terganggu dengan ulah Farhan.

Namun untungnya, Arvin bisa menenangkan adiknya.

Arvin pun memutuskan untuk tidur sesaat ketika Farhan kembali tidur setelah disuntik obat penenang oleh dokter. 

Semalam dia tidak bisa tidur karena mengalami beberapa gangguan gaib. Belum lagi Farhan yang sering histeris jika terbangun. Membuat kepala Arvin berdenyut karena kurang tidur.

Namun, baru saja dia memejamkan kedua matanya, Arvin kembali membuka matanya sambil bibirnya meringis saat perutnya terasa dipelintir. 

"Asam lambungnya kambuh," keluhnya sembari menyentuh bagian dadanya yang terasa panas juga perih. 

Arvin memang memiliki riwayat penyakit asam lambung. Biasanya akan kambuh jika dia kurang tidur, terlalu banyak pikiran, juga telat makan.

Persis seperti apa yang dialaminya sejak semalam. 

Dia pun mengurungkan niatnya untuk tidur. Arvin bangkit dari duduknya sambil membawa tasnya. Kakinya melangkah keluar ruangan setelah menitipkan Farhan pada suster yang jaga.

"Saya mau keluar sebentar, Sus. Tolong jaga adik saya, ya. Ini nomor telepon saya. Hubungi saya saja jika terjadi apa-apa pada adik saya," ujar Arvin sambil memberikan kertas berisi nomor teleponnya yang sudah dia tulis sebelumnya.

"Oh, ya. Baik, Mas." Suster itu menerima kertas pemberian Arvin. Lalu menyimpannya di saku baju seragamnya. 

"Terima kasih, Sus."

"Sama-sama," balasnya dengan senyum ramah. 

Setelah menitipkan Farhan pada suster, Arvin pun memilih keluar rumah sakit. Berjalan dengan langkah gontai. Kemudian masuk ke dalam warung makan yang menyediakan makanan prasmanan.

Perutnya harus segera diisi dengan makanan sebelum sakit yang dirasakannya semakin bertambah parah.

"Bu, nasi rames, ya," ucapnya pada penjaga warung.

"Oh, iya, Mas. Silakan ambil sendiri sesuai selera," balas penjaga warung itu sambil memberikan piring dan sendok pada Arvin. 

"Terima kasih. Tapi, lauk bebas sama saja sepuluh ribu, Bu?" tanyanya memastikan.

Pasalnya, uang yang ada di dompetnya hanya tinggal beberapa lembar saja. Karena gajian masih beberapa hari lagi. Belum lagi, bulan ini banyak tanggal merah, dia menjadi sering libur.

Jadi, harus berhemat. Untung saja, biaya pengobatan Farhan ditanggung pihak penyedia jasa jaminan kesehatan. Sehingga, dia tidak perlu pusing memikirkan biaya rumah sakit.

"Betul. Pakai lauk apa saja hanya sepuluh ribu, Mas," jawab perempuan berhijab abu-abu itu dengan senyum ramah.

"Oke," sahut Arvin.

Kemudian, dia mulai mengambil sedikit nasi, lauk ayam semur dan oseng sayur labu siam. Setelahnya, dia duduk di ujung warung. Karena hanya itu meja yang tidak berpenghuni.

Baru saja dia melahap satu suapan. Tiba-tiba suara bariton seorang laki-laki sedikit mengejutkannya karena datangnya yang tiba-tiba.

"Permisi, boleh saya duduk di sini?" tanyanya pada Arvin. 

Arvin menghentikan suapannya. Kemudian mengangkat wajah. Penasaran dengan wajah orang yang ada di hadapannya.

"Boleh, Pak. Silakan," jawab Arvin dengan senyum ramah.

"Terima kasih," ujarnya. 

"Sama-sama."

Arvin masih berusaha mengukir senyum. Meski hati dan pikirannya sedang tidak sejalan karena masalah yang tengah menimpa dirinya. 

Mereka pun menghabiskan makanannya masing-masing dalam diam.

Hingga saat Arvin hendak membayar makanan yang sudah dihabiskannya, laki-laki dengan perut buncit itu berbicara, "Sepertinya ada masalah denganmu, Anak muda?" tanyanya yang membuat Arvin mengurungkan langkahnya. 

Dia menatap laki-laki itu dengan kening berkerut.

"Maksud Mas?" Tanyanya penasaran.

"Saya tahu apa yang sedang menimpamu," ujarnya lagi. Membuat Arvin menyunggingkan sedikit bibirnya tanpa laki-laki itu tahu. "Jangan meremehkan. Aku bahkan bisa tahu apa isi hatimu tanpa kamu beritahu kepadaku. 

"Maaf, Pak. Saya harus permisi," kata Arvin yang malah mengabaikan ucapan orang itu. Tidak tertarik sama sekali. Dia hanya menganggap orang itu berbohong saja. 

"Saya bisa menyembuhkan adik kamu yang terkena gangguan gaib itu," ujarnya. 

Arvin melebarkan kedua matanya. Menatap laki-laki bertubuh gempal itu dengan rasa penasaran. 

Bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang dia risaukan?

Apakah dia bisa membaca hati manusia? 

Tapi masa iya? 

Pikiran Arvin semakin dipenuhi oleh tanda tanya. Membuat kepalanya semakin berdenyut. Namun, dia coba untuk bertahan demi kesembuhan adiknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Akibat Uji Nyali    ending

    Arvin menatap Kiyai Fathur dengan tak percaya. Dia masih sedikit syok mendengar kalimat yang keluar dari mulut orang yang paling dia percaya saat ini.“I-ini sungguhan, Kiyai?” tanyanya memastikan. Dia khawatir jika ini adalah prank. Tapi tidak mungkin jika Kiyai Fathur mengerjai Arvin tentang lamaran. Bahkan itu lamaran anaknya sendiri.Laki-laki setengah baya itu membetulkan letak sorbannya yang agak jatuh dari bahunya. Lalu mengangguk dan membalas tatapan Arvin dengan seulas senyum.“Arvin, saya tidak pernah bercanda soal pernikahan. Apalagi, pernikahan itu sesuatu yang sacral. Tanggung jawabnya besar di hadapan Allah,” katanya sungguh-sungguh.“T-tapi, Kiyai. Ap-apa Kiyai yakin menyerahkan putri bungsu Kiyai pada saya?” tanyanya sedikit ragu. “Ma-maksud saya, Kiyai Fathur tahu sendiri kondisi saya seperti apa saat ini. Tidak punya pekerjaan tetap. Bahkan … ilmu agama pun saya masih harus belajar banyak. Saya takut tidak bisa menjadi imam rumah tangga yang baik untuk Dek Latifah. S

  • Akibat Uji Nyali    Kejutan untuk Arvin

    Belum habis keterkejutan Farhan dengan memberikannya fasilitas gratis selama memperdalam ilmu agama di pesantren ini. Sekarang, dia kembali dikejutkan dengan niat Kiayi Fathur untuk menikahkan anak sulungnya dengan kakak tercintanya.Dia masih tertegun. Merasa tidak percaya jika Kiyai Fathur, seorang pemuka agama yang terkenal di daerahnya ingin menikahkan putri kesayangannya dengan orang biasa macam Arvin? Bahkan kerjaan pun Arvin tidak punya pasca dipecat gara-gara dirinya.“Farhan!” panggilan dan tepukan kecil tangan Kiyai Fathur menyadarkan laki-laki berusia dua puluh tiga tahun dari lamunannya.Farhan mengerjapakan kedua matanya beberapa kali. Lalu berkata, “Apa saya mimpi, Kiyai?” tanyanya setelah sadar beberapa saat. “Barangkali saya masih berada di tempat Eyang Adiwangsa dan tengah bermimpi indah dalam tidur saya?” tanyanya lagi menatap Kiyai Fathur serius.“Saya tidak pernah main-main soal pernikahan , Fa

  • Akibat Uji Nyali    Rencana Kiyai Fathur

    Satu Minggu di pondok pesantren, kondisi Farhan berangsur membaik. Meski dia yang paling mendapat terapi paling eksklusif untuk mengendalikan dirinya.Jiwanya yang kosong mulai terisi dengan mendengarkan tausyiah-tausyiah juga bacaan-bacaan ayat suci Al-Quran.Ibadah mereka pun semakin baik. Arvin bahagia melihat perubahan adiknya itu.Arvin baru saja keluar dari kamar mandi usai mandi karena hendak salat ashar berjamaah. Sengaja dia mandi lebih awal agar tidak terlalu antre.Saat dia hendak kembali ke kamarnya, dia tak sengaja bertemu dengan Kiyai Fathur yang baru saja pulang dakwah di luar pondok pesantren. Dua santri yang mengawalnya terlihat masing-masing membawa dua kantong plastic hitam besar.“Assalamu’alaikum, Kiyai,” sapanya sambil sedikit membungkukkan punggungnya. Mengikuti kebiasaan para santri jika bertemu dengan Kiyai Fathur atau guru-gurunya yang lain sebagai bentuk penghormatan.“Wa’alaikumsalam,” balas Kiyai Fathur menatap Arvin dengan senyuman. Mereka pun berjabat ta

  • Akibat Uji Nyali    Penasaran

    Pihak kepolisian mendatangi lokasi pesantren yang akan menampung para korban kebejatan Eyang Adiwangsa. Tentu setelah mendapat persetujuan dari keluarga korban. Ada yang menurut, ada juga yang membawanya pulang dan merasa trauma karena takut mengalami hal yang sama.Tak apa, polisi tidak akan memaksa. Toh, itu hak mereka. Pihak kepolisian hanya akan memasukkan yang mau saja.“Assalamu’alaikum,” sapa seorang polisi bernama Suseno. Dia diantar oleh seorang santri menuju rumah dari pemilik pondok pesantren yang kini semakin banyak saja muridnya.“Wa’alaikumsalam,” sahut seorang laki-laki dari dalam.Sosok laki-laki setengah baya yang memakai kemeja warna merah bata yang dipadu dengan sarung polos berwarna hitam. Tidak lupa, sebagian kepalanya tertutup peci hitam. Senyum laki-laki bermata teduh itu menghiasi wajahnya.Sebelumnya, dia sudah diberitahu oleh besannya, dokter yang menangani kasus Eyang Adiwangsa di rumah sakit jika akan ada pihak kepolisian yang datang ke pesantrennya karena

  • Akibat Uji Nyali    Saran Dokter

    Pintu pun didobrak secara paksa. Cipto dan Eyang Adiwangsa yang tidak bisa kabur pun akhirnya pasrah saat ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan bersama beberapa anak buah Eyang Adiwangsa. Pasien lain pun merasa ketakutan dan kebingungan. Ada yang langsung disambut keluarganya, ada juga yang sempat ditenangkan dan disadarkan oleh warga sekitar karena keluarganya belum mengetahuinya. Polisi yang tersisa juga masyarakat setempat menggeledah ruang pribadi milik Eyang Adiwangsa dan menemukan bukti-bukti kebusukan laki-laki paruh baya itu, berupad bukti transfer yang banyak dari para pasiennya. “Pak, katanya di sini ada penjara yang digunakan Eyang Adiwangsa untuk mengurung orang-orang yang sudah mengetahui kebusuukkannya,” ujar salah satu warga yang diberi info oleh salah satu pasien yang keluarganya juga dimasukkan ke dalam penjara, tapi sudah meninggal karena kelaparan. Dan mirisnya, dia tidak tahu akan hal itu. Polisi pun langsung mencari tempat tersebut dan

  • Akibat Uji Nyali    Penggerbekan

    Semakin hari, kondisi Farhan semakin parah. Meski ada yang bisa mengobati, namun Farhan bisa sampai tiga kali kerasukan setiap harinya. Tubuhnya yang tadinya berisi pun kini terlihat kurus. Beban mental yang terus menggerogoti hati dan pikirannya membuatnya semakin tertekan dengan kondisi sekarang ini.Bukan hanya Farhan yang mengalaminya, Arvin pun demikian. Dia tidak bisa berbuat apapun demi menyelamatkan adiknya. Yang ada hanya rasa bersalah karena telah menjebloskan adiknya ke dalam penjara seperti ini dan membuat hidupnya semakin menderita.Sesama penghuni penjara pun tidak bisa membantu banyak. Karena mereka juga sudah begitu lama berada di ruangan pengap tersebut dan tidak bisa keluar karena tidak ada akses keluar dari sana.“Maafkan Mas, Farhan ….” Arvin mengusap rambut kepala adiknya yang sudah gondrong karena tak dirawat. Padahal, Farhan adalah tipe orang yang paling rajn dengan rambut.Dia baru saja tenang setelah hampir setengah jam meraung-raung karena kerasukan makhluk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status