Share

Gudang

Kondisi di dapur baik-baik saja, tidak ada yang pecah. Mereka bertiga saling menatap, kemudian Anita masuk ke dapur untuk memastikan. Dia melihat ke kolong meja yang ada di dapur, kemudian Dia tersenyum.

"Ada apa, Kak?" tanya Akila, Dia yang kelihatan khawatir.

"Ternyata ada tikus, sepertinya Dia tidak sengaja melompat ke sini. Ada piring aluminium di sini," tutur Anita.

"Huh." Kenya dan Akila menghembuskan nafasnya, Mereka mendahului kembali ke meja makan.

Anita memindahkan tikus tersebut ke luar, kemudian Dia bergabung bersama Akila dan Kenya. Mereka terlihat sesekali bercanda, setelah selesai makan. 

"Kil, Kamu gak cari tempat PKL?" tanya Kenya, Dia mengkhawatirkan Akila.

"Pengen, sih. Kak Anita, gimana?" tanya Akila pada Anita.

"Sebenarnya bisa, Kil. Tapi, kayaknya di sini engga ada tempat PKL yang Kamu mau. Di mana ya?" tanya Anita.

"Kalau memang belum berani melepas Akila, sepertinya bisa pelatihan lewat online. Aku punya teman, gimana sama Dia saja? Online juga kok, jadi Kila gak perlu ke luar rumah dan pulang malam." Akila terlihat antusias mendengar ucapan dari Kenya.

"Selama itu baik buat Akila, Aku selalu dukung," ucap Anita, Dia menanggapi saran dari Kenya dengan terbuka.

"Wah, tapi Aku pengen banget mencoba hal baru. Sebentar, Kak—kila mau telpon teman. Boleh,'kan?" tanya Akila pada Anita, Dia selalu meminta pendapat Anita, jika hal itu kemungkinan menyangkut Mereka.

"Boleh, sih. Selama teman Kamu tidak memberitahu Mama-Papa kalau Kita tinggal di sini," jawab Anita, Dia pasti khawatir Mereka akan membawa keduanya pulang.

"Memangnya, kenapa Kalian tidak mau Mereka tahu?" tanya Kenya, Dia bertanya dengan sangat hati-hati supaya Akila dan Anita tidak tersinggung.

"Jadi, Bibi Ratih pernah bilang. Mama-Papa pernah membicarakan perceraian, karena Papa memiliki wanita lain. Kita gak tahu dan gak pengen tahu, yang Kami mau hanya Keluarga yang utuh dan harmonis seperti dulu. Namun, Mereka sudah pisah tempat tinggal, belum pisah secara hukum." Anita menarik nafasnya, seperti ada sesuatu yang begitu berat.

"Papa mau nikahi wanita itu, tapi Mama gak setuju. Papa juga gak mau bercerai, jadi Papa gak mau pisah sama Kami. Mama ingin membagi Kamu." Akila yang akhirnya melanjutkan cerita tersebut, barulah Kenya mengangguk.

"Aku mengerti sekarang, karena Kalian tidak mau Mama-Papa pisah, makanya Kalian kabur dari rumah. Aku sangat bangga mengenal Kalian." Kenya memeluk Akila dan Anita.

"Ya, sudah. Aku ke belakang rumah dulu, ada ayunan yang bisa kupakai." Akila pergi lewat pintu belakang, sementara Kenya menelpon temannya yang sebagai admin di sebuah perusahaan, karena Akila akan PKL(Praktek Kerja Lapangan).

Baru saja Akila sampai di belakang rumah, angin tiba-tiba berhembus cukup kencang—sampai menerbangkan debu. Akila menutup wajahnya, karena takut matanya kemasukan debu. Setelah angin tersebut hilang, barulah Akila menelpon temannya.

"Halo Sa," sapa Akila, Dia duduk di ayunan.

"Halo, Kil apa kabar?" tanya Rosa dari seberang.

"Aku baik, Sa jangan kasih tahu Mama-Papaku ya. Sepertinya Aku akan mulai PKL, tapi tidak bisa satu tempat denganmu." Akila menceritakan semuanya pada Rosa, karena Rosa adalah sahabat dekatnya.

"Iya, Kil. Aku mengerti, Kamu yang semangat ya. Pokoknya harus tetap ceria, kalau ada apa-apa telpon ya," ucap Rosa.

"Iya, Kamu tahu tentang Galang?" tanya Akila.

"Galang? Dia jurusan sistem informasi,'kan?" tanya Rosa.

"Iya, Dia PKL di mana?" tanya Akila pada Rosa.

"Lho, kok Galang? Jangan-jangan…." Rosa diam untuk sejenak, kemudian Dia terdengar tertawa.

"Sa, jangan tertawa dong. Iya, memang Aku sama Dia lagi dekat," tutur Akila, Dia terlihat malu-malu.

"Sejak kapan? Kok, gak pernah bilang?" tanya Rosa, Dia terdengar seperti menginterogasi Akila.

"Hemm, sebenarnya sudah dua bulan dekat. Memang Kita gak pacaran, tapi Galang bilang, baik Aku atau Dia gak boleh dekat sama orang lain," tutur Akila.

"Oh, bagus dong. Jangan-jangan Dia bakal langsung nikahin Kamu," ucap Rosa.

"Jangan ngomong gitu, masih bocil." Akila berdiri, Dia masuk ke rumah dan rebahan di kamarnya.

"Bocil sudah lewat, kali hahaha." tawa Rosa membuat Akila harus menjauhkan sedikitpun telephonnya.

"Duh, Sa tawamu itu sungguh terlalu… hahahaha, kenapa diam Sa?" tanya Akila.

"Kil, Kita sudah delapan belas tahun, kali," ucap Rosa.

"Ya-ya, Sa—Kamu lagi di mana sekarang?" tanya Akila pada Rosa.

"Ini lagi di taman, nungguin Mama. Katanya Dia lagi nyamperin temannya, lama juga sih. Btw, Kamu lagi di rumah? Kok…ter…ara" suara Rosa terputus-putus.

"Halo, Sa. Sepertinya signalnya ada gangguan, halo." telepon dari Rosa terputus, sehingga pembicaraan Mereka berakhir sampai di sana.

"Yah, kok terputus sih." di tempat lain, Rosa terlihat kesal.

"Rosa." Mamanya Rosa—Sania menghampiri Rosa dengan wanita yang seumuran dengannya.

"Ma," ucap Rosa, Dia melihat Wanita di samping Sania.

"Sa, kenalin ini Tante Devi." Devi memeluk Rosa.

"Wah, Kamu semakin cantik. Sepertinya Rosa tidak mengenaliku," ucap Devi, Dia masih memeluk Rosa.

"Kakak sendiri jarang berkunjung, sekalinya berkunjung. Sudah mau menikah lagi," ucap Sania.

"Jangan bicarakan itu,'kan jadi malu." Devi berbisik pada Sania.

"Hah?! Nikah?" batin Rosa, Dia hanya tersenyum mendengarnya.

"Ya, sudah yuk Kita cari makan dulu." Sania dan Devi mengobrol di mobil, sementara Rosa sibuk dengan handphonenya.

"Sania, dengar-dengar Rosa PKL, ya?" tanya Devi, sesekali Dia melihat ke spion.

"Iya, Dia PKL. Harusnya sama temannya, tapi sekarang sendirian," jawab Sania.

"Gak sendiri, Tante. Ada teman-teman Rosa, kok. Mama saja yang terlalu khawatir," ucap Rosa.

"Kamu anak Mama satu-satunya, tentu saja Mama khawatir." Devi tersenyum mendengar ucapan dari Sania.

"Iya, itu benar. Rendy anak laki-laki saja Aku jaga dengan sangat baik, apalagi Rosa. Rosa, Kamu pasti tidak ingat dengan Kakak sepupumu. Namanya Rendy," tutur Devi pada Rosa.

"Aku sama sekali tidak ingat, Tante. Mungkin, karena sudah lama Kita bertemu," ucap Rosa, Dia tidak sengaja menjatuhkan handphonenya.

"Kenapa, Sa?" tanya Sania.

"Gak sengaja menjatuhkan handphone, Ma," jawab Rosa, Dia sedikit membungkuk, kemudian mengambil handphonenya,"aaa!"

"Ada apa Rosa?" tanya Sania, Dia terlihat khawatir padanya.

"Tidak, bukan apa-apa." Rosa berusaha bersikap tenang, kemudian perlahan melihat ke bawah—tidak ada apapun.

"Mungkin, cuma perasaanku saja. Tapi, kok rasanya ada yang memegang tanganku?" batin Rosa, Dia menggeleng, kemudian Mendengarkan lagu lewat earphone.

Skip

Kenya naik ke lantai atas, kemudian Dia menghampiri Akila yang sedang asik bermain catur di handphonenya. Sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Kenya, kemudian. "Kila!"

"Aaaa! Yah, waktunya habis. Kak Kenya! Aku bakal balas Kakak." Akila mengambil bantal guling dan Mereka bercanda saling lempar, sehingga merebahkan diri di kasur.

Anita yang sedang sibuk di depan layar laptopnya, tiba-tiba kakinya melangkah sendiri. Dia berjalan dengan tatapan kosong, kemudian masuk ke gudang.

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status