Share

Pingsan

Prang!!

Suara tersebut mengejutkan Anita, Dia melihat di sekitarnya. Anita menatap pintu di depannya, karena penasaran Dia membuka pintu tersebut.

"Ini gudang, tadi Aku berada di ruang tamu. Apa ketiduran terus jalan sambil tidur,ya?" tanya Anita, Dia melihat keadaannya.

Anita mengambil sapu, Dia membersihkan gudang tersebut seorang diri. Secara spontan Anita menoleh, Dia seperti orang ketakutan. Anita memegang sapunya cukup erat, entah apa penyebabnya?

"Kayaknya tadi ada yang menyentuh bahuku?" gumam Anita.

"Anita." 

"Siapa itu?" tanya Anita, Dia mundur perlahan, namun tubuhnya terdorong.

"Aw, siapa? Jangan main-main!" teriak Anita, Dia meraih saklar lampu.

Dia terlihat kesal, karena tidak bisa menghidupkan lampu ganda, kemudian Anita menaruh sapunya. Dia meraih pintu gudang, tetapi tidak bisa di buka. Anita tidak berani melihat ke belakang, Dia mengusap lehernya.

"Kenapa udara tiba-tiba dingin di sini?" gumamnya.

"Anita."

Anita menutup telinganya, Dia terlihat berkeringat. Kaki kanan Anita seperti di tarik ke belakang, spontan Anita memegang gagang pintu. Dia seperti ingin berteriak, namun tidak mengeluarkan suara.

"Hiks…hiks…hik." Anita terlihat sangat terkejut, ketika mendengar suara tangisan itu.

"Jangan ganggu," batin Anita, Dia berusaha berteriak meminta tolong, namun suaranya tidak juga ke luar.

Tangan Anita terlepas dari gagang pintu, Dia terlempar ke belakang dan membentur tembok. Anita memegang keningnya, Dia melihat ke depan.

"Aaaaa!" teriak Anita.

"Itu bukannya suara Anita?" tanya Kenya, Dia beranjak dari tempat tidur.

"Suara Kak Anita? Masa sih, Kak?" tanya Akila.

"Ayo, Kil." Kenya menarik tangan Akila, Mereka lari melewati tangga menuju lantai bawah, meski tidak terlalu tinggi—Mereka tetap berhati-hati.

"Itu laptopnya Kak Anita, lalu Dia di mana?" tanya Akila.

"Benar juga, tadi Aku mendengar suara teriakan Anita. Memangnya Kamu tidak dengar?" tanya Kenya memastikan.

"Tidak sama sekali, mungkin Kila terlalu sibuk main catur online. Tapi, Kak Anita sedang membuat proyeknya. Dia engga mungkin ke luar rumah," tutur Akila.

"Kalau begitu, Kita cari di sekitar sini dulu." Kenya dan Akila memeriksa ke dapur.

"Lho, itu Kak Anita. Sepertinya Dia sedang masak," ucap Akila.

"Kok? Sepertinya, Kakak salah dengar." Kenya memperhatikan Anita yang membelakangi Mereka di dapur.

"Ayo, Kak. Kita ke atas," ucap Akila.

"Iya." dengan ragu-ragu Kenya melangkah, Dia sempat melihat ke belakang.

"Mungkin Aku kecapean," batin Kenya, Dia mengikuti Akila dari belakang.

Di kamar, Kenya tampak berpikir. Dia sesekali duduk, kemudian berdiri. Hingga, sore hari Anita belum juga datang dari lantai bawah. Bahkan, saat makan siang Anita tidak memasak. Anita pergi ke belakang rumah, Dia tidak ikut makan. Hal itu membuat Akila dan Kenya saling memandang.

"Kamu merasa ada yang aneh, gak Kil?" tanya Kenya pada Akila.

"Iya, sih Kak. Kenapa Kak Anita tidak mau ikut makan?" tanya Akila, Dia berdiri dari kursi.

"Mau ke mana Kil?" tanya Kenya, saat melihat Akila. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Kenya, justru Akila melangkah begitu saja.

Kenya terlihat kebingungan, lalu Dia mengikuti Akila. Hampir saja Akila menabrak pintu, untunglah Kenya menariknya, sehingga hal itu tidak sampai terjadi.

"Kila!" teriak Kenya.

"Iya, Kak." Akila menatap Kenya, Dia terlihat bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Kenya, Dia menepuk pipi Akila.

"Aw, Aku tidak apa-apa. Memangnya Kila kenapa?" justru Akila yang bertanya balik pada Kenya.

"Jadi, tadi itu Kamu." Kenya diam, Dia melihat pintu di depannya.

"Ini tempat apa ya? Kila baru tahu ada, eh…ini gudang." Kila melihat tulisan yang sudah usang di atas pintu.

"Kil, sepertinya pintu ini tidak di kunci." Kenya menyentuh gagang pintu dan benar saja, pintunya dapat di buka dengan sangat mudah.

"Kok gelap?" tanya Akila.

"Sebentar, Kita cari saklar dulu." Kenya dan Akila berpegangan tangan, kemudian Mereka mengikuti arah dinding dan berhasil menemukan saklar, lampu pun hidup.

"Kak Anita!" teriak Akila, Mereka lari dan melihat Anita.

"Ini Anita, lalu yang tadi di luar…siapa?" batin Kenya.

"Kil, ayo bawa Anita." Mereka mengangkat Anita, namun Kenya jatuh. Alhasil Akila dan Anita juga ikut jatuh.

"Aduh." Anita memegang kepalanya, Dia membuka matanya perlahan.

"Nita, ya, ampun. Maafin Aku, tadi tidak sengaja jatuh. Kila maafin Kakak, ya." Kenya terlihat merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, Kak. Mungkin lantainya, kok ada air. Kak Anita bawa air ke sini?" tanya Akila. 

"Tidak, Aku tidak membawa air ke sini. Tadi, apa kepalaku terluka? Pasti, banyak darah." tiba-tiba Anita histeris, kemudian Kenya dan Akila membawanya ke luar dari gudang. Mereka duduk di sofa, sementara Akila memeluk Anita.

"Sadar, Nit! Tidak ada darah di kening Kamu!" teriak Kenya, barulah Anita diam.

"Tapi, tadi ada darah." Anita mengusap wajahnya, Dia memeluk Akila.

"Benar, Kak. Tidak ada darah, tapi aneh ya. Kak Key, bukannya Kita mau mencari Kak Anita? Aku rasa Kita masih ada di sini, kenapa tiba-tiba ada di gudang. Terus, bukannya Kak Anita ada belakang rumah?" tanya Akila, begitu banyak pertanyaan yang sepertinya berkecamuk.

"Kil, jangan nakut-nakutin deh. Kakak juga gak tahu tiba-tiba ada di depan gudang, jadi langsung bersih-bersih dan tadi itu…apa yang terjadi ya?" tanya Anita, Dia berusaha mengingat-ingat.

"Hem, sudahlah mungkin itu hanya kebetulan. Nit, Kamu belum makan. Makan dulu, gih." Anita mengangguk, kemudian Dia sendiri makan, sedangkan Akila dan Kenya sama-sama termenung.

"Kak, kok Akila takut ya. Apa jangan-jangan rumah ini." Kenya buru-buru menutup mulut Akila, sebelum Dia mengucapkannya.

"Semoga saja tidak, mungkin ini hanya kebetulan. Pasti Anita pingsan saat bersih-bersih, karena Dia belum makan. Kamu sudah bicarakan dengan teman Kamu?" tanya Kenya, Dia mengalihkan pembicara.

"Sudah, tapi telephon terputus. Pasti signalnya yang buruk. Kak Key, tinggal di sini saja. Lebih lama Kak, biar Kila ada temannya saat Kak Anita kerja." Kila memasang muka memelas, karena melihat itu Kenya sepertinya kasihan padanya.

"Sepertinya Aku memang harus tinggal di sini, karena Aku ingin memastikan, apakah rumah ini angker atau hanya perasaanku saja?" batin Kenya.

"Okay, Kakak akan tinggal di sini untuk beberapa Minggu ke depan. Tapi, Kakak juga akan beli bahan makanan dan sebagainya. Kamu dan Kak Anita tidak boleh melarang Kakak, bagaimana?" tanya Kenya pada Akila.

"Kak, boleh,'kan?" tanya Akila, Dia meminta persetujuan dari Anita.

"Banget! Senang kalau rame," jawab Anita, Dia masih makan dengan lahap.

"Hore, Kak Key bakal tinggal di sini." Akila berjingkrak seperti anak kecil, sehingga Kenya dan Anita tersenyum melihatnya.

"Aku duluan mandi, ya." Kenya pergi ke kamar Mereka, karena tempat tidur yang cukup besar dan muat lebih dari tiga orang.

Kenya mengambil pakaian ganti, kemudian Dia masuk ke kamar mandi. Kenya menyalakan shower dan mandi dengan tenang.

"Aaaaa! Ulat!" teriak Kenya.

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status