Share

Hadiah Dari Rendy

"Kak Rendy mengakhiri telephon, ya, Kak?" tanya Akila, Dia juga terlihat kesal dengan cara Rendy, padahal sebelum menanyakan perihal musik yang terlalu keras itu, tidak ada istilah signal buruk.

"Iya, Kil. Bagaimana Kita akan menyampaikannya pada Anita? Dia pasti akan sedih mendengarnya." Aku tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan, supaya Anita tidak sedih. Kalau hanya ngomong, sih tak ada sulitnya. Tapi, Aku mengerti sekali berada di posisinya.

"Kak, daripada Kita menyembunyikan ini. Lebih baik Kita bilang saja dengan jujur, dari awal Mereka pacaran. Kak Rendy memang terlihat kurang beres." Pasti Akila kesal pada Rendy, itu mungkin menjadi penyebab, Dia mengatakan hal tersebut tentang Rendy.

"Hem, mungkin memang tidak ada signal di sana. Tidak boleh salah menilai, sebelum melihat secara langsung. Tapi, apa alasannya Rendy tidak bisa datang?" Aku dan Akila sama-sama memikirkan alasan apa yang tepat.

"Soal itu, Akila juga gak tahu Kak. Karena, Akila gak pernah mengalami hal seperti ini. Cowok yang dekat sama Akila beda jauh sifatnya sama Kak Rendy." Aku sangat terkejut mendengar pengakuan dari Akila, mungkin Akila keceplosan mengatakannya. Dia langsung menutup mulutnya dan buru-buru turun untuk menemui Anita.

"Kak, ada yang mau Akila sampaikan." kudengar Akila sudah bicara dengan Anita, kemudian Aku menyusulnya.

"Apa, Kil?" tanya Anita, Dia memandang Akila dan Aku.

"Sebenarnya…itu." Akila menatapku.

"Apa, Kil? Kenapa memandang Kenya?" tanya Anita, Dia sepertinya mulai curiga dan sebelum salah paham—Aku harus menjelaskannya.

"Tadi, Rendy menelpon. Katanya Dia… tidak bisa datang. Nit, Kamu yang sabar, ya." Aku meraih tangan Anita, namun Anita menghempaskannya.

"Kamu bohong,'kan?!" tanya Anita, Dia bicarakan dengan nada tinggi padaku.

"Kak." Anita mencegah Akila menjelaskannya.

"Kamu jangan ikut campur! Kenya, Kamu kenapa sih? Tadi pagi Kamu bilang Rendy tidak mencintaiku, sekarang Kamu bilang Rendy tidak bisa datang. Jangan-jangan Kamu suka, ya sama Rendy? Makanya Kamu tiba-tiba ngomong kaya gini." Anita menusuk hatiku dengan jarum yang amat runcing dengan kata-katanya yang tidak berdasar.

"Aku bicara apa adanya, Kila juga tahu." kuhirup udara dan menghembuskannya perlahan, karena Aku masih bisa bicara jernih, sehingga Aku masih mampu meredam emosiku.

"Aku gak percaya! Gak mungkin Rendy ingkar janji, Dia sendiri bilang kalau akan datang ke sini. Key, Rendy itu mencintaiku." Anita menangis, tergambar luka yang begitu dalam. Dia mencoba menghubungi Rendy, namun tidak juga aktif.

"Sudahlah, Kak. Kak Rendy memang tidak dapat diandalkan, Dia sering ingkar janji sejak di jodohkan. Kenapa, sih Kakak belum sadar juga? Kakak lama jauh dari Kak Rendy, sedangkan tunangannya pasti lebih sering bersamanya. Cinta hadir bukan karena, jauh. Cinta tumbuh, karena bersama dan terbiasa." Akila memberikan wejangan pada Anita, sehingga membuat Kenya terharu. Akila bisa berpikir sejauh itu.

"Aku cinta sama Rendy! Sejak jauh darinya, Aku semakin mencintainya. Aku sadar Aku sangat mencintainya. Aaaa! Hiks…hiks …hiks." Anita terlihat begitu hancur, saat harapan yang Rendy berikan di hancurkan oleh Rendy sendiri. Dia melempar semua makanan yang tersaji di meja, sehingga piring dan gelas pecah di lantai.

"Nit, sadar! Masih ada yang lebih baik dari Rendy." Aku menahan kemarahannya, Anita menangis sejadi-jadinya. Justru ini yang membuatku takut, karena suara tangis itu bukan hanya milik Anita.

"Kak." Akila memegang tanganku, sepertinya Dia juga mendengar, terkecuali Anita.

"Nit." Aku dan Akila menarik Anita dan membawanya naik ke atas, Aku mengunci kamar. Suara tangis itu masih terdengar di ruang tamu, Anita menutup mulutnya.

"Kak, itu suara siapa?" tanya Akila, Dia dan Anita terlihat ketakutan. Sebenarnya Aku juga sangat takut, tapi Aku tidak bisa melakukan apapun. Kalau saja rumah warga sedikit dekat dari sini, namun rumah warga cukup berjarak.

"Kakak juga gak tahu, begini saja. Anita simpan dulu rasa sakit hatimu, ayo. Kita duduk di sana saja." Aku, Anita dan Akila duduk di pojokan. Kuambil kasur untuk menutupi Kami, tapi cukup memberikan ruang.

Ini adalah hal terkonyol yang pernah Kami lakukan, tapi Aku tidak punya cara lainnya. Jika, itu hantu—apakah Dia akan menemukan Kami? 

Aku merubah mode handphoneku ke hening, kemudian kukirim pesan pada Mama. "Ma, rumah yang Anita tinggali berhantu."

Tanganku sampai gemetar, karena Aku sendiri juga takut. Kami hanya bertiga, bagaimana kalau kejadian tadi malam terulang? Bagaimana kalau Dia tiba-tiba hadir di antara Kami? Bagaimana? Ah, semua pemikiran itu muncul di kepalaku.

"Key, Aku takut." Anita memegang tanganku, sedangkan Akila memeluk Anita.

"Jangan takut," bisikku. Meski sebenarnya Aku takut, namun Aku harus membuat Mereka berani, supaya Aku juga berani.

Glendeng! Prang! 

Kami bertiga menutup mulut, karena di luar terdengar suara benda yang dilempar, sehingga pecah. Persis seperti apa yang Anita lakukan tadi, lalu siapa sebenarnya yang melempar barang di luar?

Gledeg…gledeg

Suara kaca yang seperti di buka dan di tutup, hal itu membuatku merasa ngeri. Bulu kudukku merinding, bersamaan dengan udara yang begitu dingin menyeruak ke ruangan.

Keringatku sampai menetas, bau amis tiba-tiba menyengat. Bau keringat? Tidak! Ini bukan bau keringat, ini seperti bau darah. Perasanku tiba-tiba tidak enak, Aku yang berada di pojok ruangan memegang dadaku. Jantungku terasa mau copot, tatkala kulihat seseorang yang berada di samping Akila.

Aku tidak bisa berkata-kata, Dia menunduk dengan rambut terjuntai. Hanya air mataku yang ke luar, tapi badanku tidak bisa bergerak. Jangankan suaraku yang keluar, bibirku saja tidak bisa terbuka untuk berkata-kata.

Aku menutup mataku, hanya itu yang bisa Aku lakukan. Rasanya Aku begitu pasrah, kemudian Aku menarik nafas, berharap ini hanya mimpi. Dengan susah payah kulihat kembali, ternyata Dia sudah tidak ada.

Sesuatu menetes di keningku, kemudian Aku mengambilnya. Darah! Ya, setetes darah dari atas. "Aaaaa!"

"Ada apa?" tanya Anita, Dia dan Akila juga melihatnya. Mereka menarik tanganku, tapi Dia sudah lebih dulu memegang bahuku.

"Lepaskan!" teriakku.

Aku menangis, namun tidak berani menatap wajahnya yang sudah hancur. Bau amis dan lumpur itu yang menempel padanya membuatku hampir mual, tatapan matanya sangat tajam. Kurasa bukan Aku yang Dia cari, tapi Anita.

"Hihihih!" suara cekikikan itu membuatku sangat ngeri.

Dia melemparku, sehingga terjerembab dan sikuku terluka. Kuntilanak itu melayang ke arah Anita, Dia berusaha menggapai Anita. "Lari Anita!"

"Ayo, Kak." Akila menarik Anita, namun Kuntilanak itu sudah menangkapnya. Dia mencekik Anita dengan tawanya yang khas.

"Hihihih." Dia melayang, ternyata bukan hanya Kami yang tahu. Di luar terdengar suara warga beramai-ramai dari lantai bawah.

"Kila, buka pintunya." Akila lari ke bawah untuk menemui warga, sementara Aku dengan perasaan takut bercampur berani menarik kaki kuntilanak itu.

"Lepaskan Anita!" teriakku.

"Kau harus mati!" suaranya terdengar seperti sayup-sayup angin, namun sangat jelas dan menggema.

Aku mengambil korek api dari laci, kemudian Aku melempar korek api api yang sudah menyala. Dia menatapku dengan tajam, mulutnya sobek Dia melepaskan Anita, namun Aku targetnya sekarang.

Suara langkah kaki yang banyak dari tangga membuatnya menghilang tanpa jejak, sedangkan Anita terkulai lemas. Warga datang, Mereka adalah orang-orang yang ronda, karena waktu selesai ronda adalah jam satu malam. Ini baru jam setengah dua belas malam.

"Ada apa? Kami mendengar suara tawa Kuntilanak." Mereka tampak tegang, setelah melihat Anita—Mereka langsung terlihat takut.

"Sudah Kami duga, sebaiknya Kalian segera pergi dari rumah ini. Kalau ada apa-apa panggil Kami dengan ini." Mereka memberikan kentongan dan Aku menerimanya.

Setelah warga pulang, barulah Kami dapat tidur. Tapi, tidak senyenyak dulu. Kuntilanak yang berawal dari mimpi, mengapa bisa datang dalam kehidupan nyata?

"Kak, ini ada kado dari kurir." kudengar Akila bicara dengan Anita, saat kubuka mataku ternyata sudah pagi.

"Dari siapa?" tanyaku, sembari meregangkan otot-ototku, karena perbuatan kuntilanak itu sikuku jadi terluka.

"Hadiah dari Rendy." sontak Aku terbelalak mendengarnya.

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status