Deg Deg ...
Detak jantung Alyssa berdetak kencang saat Gio perlahan berjalan menuju ke arahnya. Tubuhnya tegang, keringat dingin menetes dari dahinya. Antara pikiran menerima Gio sebagai suaminya dan rasa kecewa karena dibohongi membuat Alyssa diam. Akal logikanya sudah tidak bisa diajak kerja sama karena tubuhnya berkhianat saat Gio memberikan sentuhan lembut di pipi Alyssa. "Mm-Mas, tunggu dulu ... Aku mau buang air kecil dulu ya," elak Alysa sembari berdiri dan melangkah menuju kamar mandi membuat Gio menghela nafas dan terpaksa tersenyum mengijinkan Alyssa untuk ke kamar mandi. Sebenarnya Alyssa belum siap untuk melayani Gio walau Gio nampak menggoda dan membuat Alysa terpesona untuk sesaat. Tapi di saat yang tepat akal logika Alyssa bekerja dan berfikir mencari alasan untuk menghindari Gio. "Hah-hah ... untung otak ini bisa segera sadar. Bagaimana jika tadi terhanyut dalam rayuan Gio lagi. Kenapa sih setiap melihat matanya Aku seperti tersihir dan nurut aja apa katanya!" rutuk Alyssa di kamar mandi. Dia menghidupkan kran agar Gio tidak curiga. "Ya Tuhan, Bagaimana ini? Jika tidak kulayani Aku berdosa dan jika Aku layani Aku tidak mau menjadi wanita yang sama dengan ketiga istri Gio yang hidup menikah tapi sendiri. Hanya menunggu jatah giliran kapan akan digilir. Enak aja seperti undian! Tidak ... Tidak ... Aku tidka mau dipoligami, Biar Aku egois tapi Aku memang belum siap dipoligami dan diawal dia sudah berbohong padaku!" Alyssa mondar-mandir sendiri memikirkan cara dia menghindari Gio untuk menyelamatkan mahkota kesuciannya. Tok Tok ..."Dek, Kamu tidak apa-apa kan? Apa kamu sakit? Kenapa lama di dalam dek?" Gio mengetuk pintu kamar mandi sambil memanggil Alyssa. Gio takut kenapa-kenapa dengan Alyssa. "Bentar Mas, ini lagi beol. Susah keluarnya!" Jawab Alyssa asal. Dia semakin gugup dan takut karena Gio sudah tidak sabar menunggunya. "Baiklah, Mas tunggu sayang ...." Gio memilih rebahan di ranjang dengan pose yang menggoda apalagi dia hanya pakai boxer saja. Setengah kemudian Alyssa belum juga keluar dari kamar mandi, Gio mulai penasaran. Dia beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Tok Tok ... Gio masih mengetuk dengan halus, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Sedangkan Alyssa saat ini sedang menikmati berendam di bak mandi. Pikirnya jika dia lama-lama di kamar mandi pasti Gio akan ketiduran. Tok Tok ...."Dek, Kamu tidak apa-apa 'kan?" Gio mulai panik, dia takut jika Alyssa pingsan atau kesakitan di kamar mandi, lalu tidak sampai membuka pintu dia sudah tergeletak di lantai. Gio semakin berpikir yang tidak-tidak tentang istri mudanya itu. "...." Tidak ada jawaban juga dari dalam, sepi seolah tidak ada penghuni. Suara gemericik air pun tidak sekencang tadi. Gio semakin khawatir, dia menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sedangkan Alyssa yang tersadar akhirnya panik karena Gio sudah menggedor kasar pintu masuk kamar mandi. "Dek, dek Alys ... Kamu baik-baik saja kan?" teriak Gio dari depan pintu. Alyssa segera mengakhiri acara berendamnya dan segera memakai baju piyama bergambar strawbery yang dia bawa dari lemari sewaktu masuk ke kamar mandi tadi. "Iya Mas, sebentar ...." sahut Alyssa dia takut jika Gio menggedor pintu dan menerobos masuk maka akn mendapati dirinya sedang memakai baju. "Oh, syukurlah. Mas kira kau kenapa-kenapa." Gio bernafas lega mendengar jawaban dari Alyssa. Setelah selesai memakai baju piyama lengan panjangnya, Alyssa keluar dari kamar mandi. Gio menatap lapar pada Alyssa, nafsunya sudah berada di pucuk ubun-ubunnya. Gio menghampiri Alyssa yang masih berdiri mematung di depan pintu kamar mandi. "Dek, ayolah ... Mas sudah sangat menginginkanmu, Sayang. Ayo kita tunaikan tugas dan kewajiban kita malam ini," ucap Gio sambil memeluk tubuh Alyssa yang membeku. Gio mengecup tengkuknya membuat Alyssa meremang. "Mas, maaf ... Aku belum bisa malam ini. A-Aku belum siap!" ucap Alyssa pelan, dia takut jika Gio marah. Dan benar saja seperti dugaannya, Gio yang sudah diliputi nafsu tidak terima dengan alasan Alyssa. Dengan kasar Gio menarik tubuh Alyssa dan menghempaskannya di ranjang. "Mas, Aku mohon. Aku tidak mau melakukannya, Mas! Aku merasa Kau bohongi, Mengapa Kau tidak bilang kalau Aku istri keempat bukan istri pertama Mas!" Akhirnya Alyssa mengeluarkan semua apa yang dia pendam. Rasa takutnya tiba-tiba hilang terganti dengan semangatnya untuk berpisah dari Gio. Plak Gio menampar pipi Alyssa hingga berdarah di sudut bibirnya. "Apa katamu, Sayang? Kau ingin pergi dariku? Tidak semudah itu! Kalau kau bisa ganti uang yang aku keluarkan untuk biaya pernikahan ini dan juga hutang ayahmu yang pemabuk itu maka silakan saja kau pergi!" Suara Gio menggelegar, dia sudah tidak bisa menguasai emosi karena penolakan Alyssa. "A-apa? Ayahku berhutang padamu? Kapan itu dan berapa jumlahnya?" sahut Alyssa dengan nada yang sedikit melemah karena shock mendengar jika ayahnya memiliki hutang pada Gio. "Kamu ingin tahu? Maka dengarkan ini! Ayahmu berhutang sebanyak 500 juta ditambah dengan bunga dan biaya pernikahan ini maka jumlahnya satu Milyar!" Gio mencengkeram lengan Alyssa hingga memerah. "Baiklah, Aku akan membayarnya dengan mengangsur Mas. Tapi tolong lepaskan aku!" Alyssa berusaha melakukan negoisiasi dengan Gio. Gio yang sudah tidak bisa membendung nafsunya lagi dia pun hanya tertawa dan kemudian dia menarik baju atasan Alyssa dengan kasar hingga kancingnya lepas semua. Tubuh atas Alyssa pun terpampang jelas di mata Gio. Melihat tatapan Gio pada kedua bulatan kembar miliknya, Alyssa pun menutupi dadanya dengan menyilang kan kedua tangannya. Gio yang melihat tubuh Alyssa yang putih dan gundukan bulat yang padat semakin menjadi. Dia mencekal kedua tangan Alyssa lalu ditindihnya tubuh Alyssa yang bak biola itu. "Mas, tolong jangan paksa aku!" teriak Alyssa sambil memukul tubuh Gio yang terus menciumi leher Alyssa. Tapi tenaga Alyssa tak sebanding dengan tenaga seornag lelaki yang jika sudah diliputi nafsu akan menjadi dua kali lipat lebih besar. Gio sekian tuli dengan teriakan Alysa, dia semakin brutal memegang kedua tangan Alyssa yang dijadikan sau diatas kepalanya dengan menggunakan tangan kanan Gio, sedangkan tangan kirinya menjelajah di tubuh Alyssa. "Mas, Aku mohon!" rintih Alyssa dengan air mata yang berderai. Tapi semua itu percuma, Gio berhasil merobek paksa selaput daranya dengan sekali hentikan yang keras dan dalam. "Aaa ... Sakit!" "Tenang Sayang, setelah ini kau akan menikmatinya juga!" bisik Gio sambil terus bergerak di atas tubuh Alyssa. Bukan kenikmatan yang Alyssa rasakan tetapi semakin sakit dan nyeri karena Gio terus memaksa masuk tanpa mau berhenti sejenak. Alyysa hanya bisa pasrah, dalam hatinya dia mengutuk perbuatan Gio yang seperti iblis berbadan manusia. Dia berjanji akan membalas semua sakit hatinya. Gio terus dan terus memasuki inti tubuh Alyssa seolah tidak ada ujung akhirnya. Gio mengerang menikmati semuanya, dia sangat senang karena milik Alyssa masih tersegel dan sempit. Sedangkan Alyssa hanya bisa menahan sakit dan perih yang amat sangat hingga dia pun pingsan. Darah segar tercecer di bawah tubuh Alyssa.Bab.3 Gio tidak tahu jika Alyssa ternyata sudah pingsan di bawah kungkungannya. Dia terus menerus memompa dengan kasar dan tanpa jeda. Seperti orang kerasukan setan, Gio hanya mementingkan nafsunya sendiri. "Aargh," Gio akhirnya mencapai puncaknya lalu ambruk di atas tubuh Alyssa yang tidak ada respon sama sekali. Gio luruh ke samping tubuh Alyssa lalu tertidur pulas. Ayam jago berkokok dengan keras tanda sebentar lagi fajar menyingsing. Alyssa menggerakkan jari tangannya. Dia merasa seperti berada di alam sadar dan tidak sadar. Alyssa mulai membuka matanya perlahan. Dia mulai mengumpulkan kesadarannya. Tangan kanan Alyssa memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, lalu dia meraba bibirnya yang perih akibat digigit oleh Gio semalam. Alyssa memekik tatkala dia menggerakkan kakinya, tubuh bawahnya sakit dan nyeri terutama di daerah kewanitaannya. Alyssa tidak ingat berapa lama dirinya digagahi oleh Gio. Yang dia tahu saat ini semua tubuhnya sakit, tulangnya terasa
Gio membawa Alyssa ke Rumah Sakit dengan Jimin sebagai supirnya. Gurat khawatir terlihat jelas di raut wajah Gio. Dikecupnya kening Alyssa bertubi - tubi. "Sayang, kamu kenapa?" Gio memeluk tubuh Alyssa erat. Gio memang kejam, akan tetapi akan ada waktunya dia menjadi dirinya sendiri. Gio bahkan tidak mampu mengontrol diri ketika sosok ghaib yang ada pada dirinya mulai berulah, meminta tumbal dan menjadi penguasa tubuh Gio. Tidak berapa lama, mobil Gio memasuki halaman IGD. Gio mengangkat tubuh istrinya lalu berteriak memanggil petugas. "Dok, tolong istri saya," teriak Gio membuat beberapa perawat langsung bergegas mengambil brangkar. Gio menggendong tubuh Alyssa yang mungil tapi padat itu ke arah suster yang menyambutnya dengan mendorong brangkar. "Silakan baringkan di brankar ini, Pak." Seorang perawat meminta Gio membaringakan Alyssa di brankar. Dengan hati-hati Gio pun membaringakan Alyssa. "Anda silakan ke bagian administrasi, biar pasien kami periksa di ruang IGD terlebih
Gadis belia itu menjerit kesakitan saat milik Gio menghujam keras dalam organ kewanitaan si gadis. Gio tersenyum puas, karena gadis ini masih perawan. Di zaman ini, gadis yang masih perawan jarang ditemui. Darah segar memercik dari liang kemaluan si gadis tersebut, dengan ganasnya Gio terus memompa tubuhnya dan menyesap madu milik sang bunga. "Argh ... Gadis kau sungguh sempit, tapi aku suka!" Racau Gio lagi. Entah mengapa tenaga Gio semakin besar di usianya yang sudah hampir kepala lima itu. Tanpa Gio sadari, gadis yang ada di bawah tubuhnya sudah pingsan tidak berdaya. Gio melolong kenikmatan saat dirinya mencapai puncak. Setelah selesai dia menabur benihnya, Gio menelan darah segar yang masih keluar dari kemaluan sang gadis. Itu adalah syarat bagaimana Gio akan menerima kekayaan dan tubuh yang tetap awet muda memesona. "Buang, wanita itu! Jual dia ke luar negri, kalau kalian ingin mencicipinya silakan! Tapi jangan di sini, terserah kalian mau dimana!!"
Alyssa menutup mulutnya dengan jemari tangan. Dia merasa merinding mendengar apa yang dikatakan oleh Gio. Tidak mengerti apakah yang dilakukan Gio hanya gertakan saja atau malah sungguhan. "Mas, aku mohon. Aku akan mengatakannya padamu jika aku sudah siap," ucap Alyssa dengan bibir yang bergetar. Netra bulat Alyssa sudah menimbun banyak air yang siap untuk meluncur dengan indah di pipinya. Suasana malam yang seharusnya indah karena ditunggui oleh suami, terasa mengerikan dan tidak ada kenyamanan di sana. Entah sampai kapan Alyssa akan kuat bertahan. "Aku pegang ucapan mu, Alyssa. Ingat jika kau berdusta maka aku tidak akan segan lagi untuk memaksamu!" Gio mengancam Alyssa dengan tangan yang sudah mencekal kuat lengan Alyssa. Alyssa menepis tangan Gio dengan lembut semua ini ia lakukan agar Gio bisa ia kendalikan. Alyssa tidak ingin semua rencananya akan gagal. "Mas, tenanglah. Aku paham kau sangat menginginkan aku. Apa kau suka jika aku sudah tidak en
Alyssa memekik terkejut melihat chat suaminya. Banyak sekali chat yang semuanya adalah dari para istri, wanita simpanan, rekan bisnis dan satu nomor yang sangat menarik menurut Alyssa. "Freza? Siapa Freza?" tanya Alyssa pada dirinya sendiri. Alyssa mulai membaca chatingan antara suami dan sosok yang bernama Freza itu. "Astaga ... Apa maksudnya gadis perawan setiap malam Jum'at Kliwon?" gumam Alyssa lagi. Dia tidak mengerti apa arti gadis perawan itu. Di dalam chatingan itu sang suami meminta pada orang yang bernama Freza itu untuk menyediakan seorang gadis perawan. Alyssa semakin penasaran, dia pun lanjut baca lagi hingga chatingan sampai bawah. Tidak berapa lama kemudian, masuk lagi chat dari beberapa nomer yang baru. Alyssa yang berhasil menyadap aplikasi hijau sang suami merasa senang dengan keberhasilannya. "Banyak sekali nomer baru yang masuk, siapa mereka?" gumam Alyssa dia tidak berani membuka chat itu. Alyssa tidak ingin Gio curiga k
Melihat Alysa memunggungi sang dokter, perawat itu pun mendekat berusaha untuk berbicara pada Alysa. Namun hal yang membuat perawat itu terkejut, Allysa bangun dan berlindung di balik sang dokter tampan yang datang untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar Alysa. "Maaf atas keributan ini, Dok. Kami hanya memberitahu pada pasien bahwa besok pasien boleh pulang. Akan tetapi pasien ini malah histeris tidak mau pulang, Dok," ucap sang perawat yang bingung dengan sikap Alysa. "Tolong, Dok. Tolong saya ... Saya tidak mau pulang, Dok. Biarkan saya di sini sampai benar-benar sembuh, Dok. Ini masih sangat nyeri sekali, saya takut jika suami saya akan memaksa saya lagi," ucap Alysa yang pada akhirnya mau menatap ke arah sang dokter. "Alyssa? Benarkah kamu Alysa siswi SMA Bina Marga 1?" "Benar, saya alumni SMA Bina Marga 1. Bagaimana Anda bisa tahu?" "Anda anak kelas 3D angkatan ke 10?" "Benar!" "Ternyata kita bertemu kembali, apakah ka
Dokter Adrianto merasa iba pada Alyssa. Dia pun berjanji akan membantu Alyssa sebisa yang dia mampu. "Baiklah, Al. Aku akan membantumu. Aku akan bilang pada suamimu bahwa kondisimu belum meyakinkan untuk pulang." "Selamat malam!" Gio dengan wajah tidak sukanya tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alysa. Alysa dan dokter Adrianto pun seketika menoleh, wajah mereka terlihat terkejut saat tahu siapa yang datang. "Mas Gio?!" pekik Alysa terkejut. Raut wajahnya yang semula bahagia seketika berubah menjadi takut. Adrianto pun merasakan bahwa Alysa teman satu bangku masa putih abu itu ketakutan. Gio masuk dengan wajah yang tidak bersahabat, matanya tertuju pada Adrianto yang sudah memakai jas kebesarannya lagi hingga terlihat kalau dia seorang dokter. "Dokter, kapan istri saya bisa dirawat di rumah?" tanya Gio dengan suara datar cenderung ketus. "Maaf, Tuan. Istri Anda belum bisa pulang sebelum kami selesai mengobservasinya lebih dalam lagi. Ada hal yang ka
Sementara Gio pergi ke rumah istri ketiganya, Alysa menghubungi temannya Ruri. "Hallo, Ruri," sapa Alysa. "Hallo, Alysa." "Ada kabar baik, selama satu minggu ini aku bebas. Akan aku gunakan untuk membangun bisnis kita. Bagaimana?" Alysa berencana untuk menggunakan satu minggu itu untuk membuka usaha bersama Ruri temannya. "Bagus, Beb. Aku akan mendukung mu. Mulai besok kau akan aku jemput dan aku kembalikan lagi ke rumah sakit jika hari sudah menginjak sore. Kita akan bahas semua apa yang kita rencanakan selama ini," ucap Ruri dengan senang. Dia merasa kasihan pada semua yang menimpa Alysa. "Baiklah, Say. Aku tunggu besok pagi. Sekarang aku mau istirahat terlebih dahulu. Rasanya masih belum percaya, semua ini begitu cepat untuk ku, Say," ucap Alysa dengan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. "Sudahlah, Beb. Jangan bersedih. Masih ada aku yang akan menemani mu sampai kapanpun," ucap Ruri memberi dukungan moril pada sahabatnya. "Terimakasih,