Sebelum baca klik berlangganan dulu ya
****** ******Ini Baru Pemanasan SajaSetelah merapikan dapur, aku langsung bergegas membersihkan diri dan akan segera berangkat ke toko. Tak sampai setengah jam aku sudah siap."Eh Rin, kamu sudah mau berangkat kerja?" Mbak Sarah menghampiriku yang sedang memakai helm di teras."Iyaaaa...memangnya kenapa Mbak?" jawabku malas karena pasti akan minta sesuatu."Kamu ke tokonya naik angkutan saja ya. Motornya biar di pakai Mas Rusli hari ini." Dengan entengnya kakak iparku itu berkata."Nggak ah, males. Memangnya Mas Rusli itu mau kemana? Bukanya semua kebutuhan sudah di cukupi Mas Johan?""Mas Rusli pengen mancing, Rin. Kasihan sepertinya dia suntuk banget di rumah terus," jawabnya enteng."Mancing? Enak banget ya kerjaan Mas Rusli, di rumah tinggal makan dan tidur, perlu apa-apa tinggal minta suamiku. Giliran suntuk, pingin refresing, pingin mancing. Sudah gitu uang saku minta, sekarang mau pake motorku pula. Ogah banget deh. Suruh saja Mas Rusli yang naik angkot!" kataku sambil memanasi mesin motor."Kamu kok kayak gitu sih, Rin?! Dulu itu suamimu tinggl di rumahku lho, ya wajarlah kalau sekarang kalian gantian balas budi pada kami!. Sudah cepat sana turun, tuh ada angkot lewat!" ucapnya sambil menunjuk angkot berwarna kuning yang sedang melintas."Itu-itu saja Mbak yang kamu buat senjata. Masa bodoh ah, aku mau berangkat ke toko dulu naik motor. Kalau Mas Rusli pingin mancing, tuh di selokan belakang kayaknya banyak kok ikan di sana.. daa Mbak Sarah..!" kataku sambil melambaikan tangan padanya.Tak kupedulikan lagi teriakannya dan wajahnya yang sangat kesal. Enak saja benalu kok mau enaknya terus. Pingin beli ini itu, pingin refreshing ya kerja dong bro.****** ******Sore hari tiba, jam di tembok menunjukakan pukul lima sore, aku bergegas menutup toko dan segera pulang ke rumah. Jarak dari toko ke rumahku hanya sekitar setengah jam perjalanan.Sengaja aku tak membawa makanan apa-apa karena tadi Mas Johan bilang akan pulang larut karena lembur. Dan tadi aku juga baru saja makan semangkuk bakso. Mumpung suami baikku itu tak ada di rumah, jadi aku akan sedikit memberi pelajaran pada Mbak Sarah dan keluarganya itu.Saat motor kuparkir di depan teras, kedua ponakan kembarku langsung menghampiri dengan pnampilan yang dekil dan rambut yang awut-awutan. Ingus yang telah mengering menghiasi wajah mereka."Yeay Tante Rini sudah datang, pasti bawa banyak makanan buat kami 'kan?" kata Devi sambil tersenyum.Manis dan lucu sih sebenarnya, namun mereka ini terlalu nakal hingga membuatku sedikit ilfeel.Dulu saat pulang dari toko aku akan langsung memandikan mereka dengan sabar, tapi sekarang malas ah, hanya akan membuat Mbak Sarah semakin memperbudakku saja"Nggak juga," kataku enteng sambil masuk ke dalam rumah.Tiba-tiba mereka berdua menarik paksa tas tangan yang berisi uang hasil jualanku hari ini."Eh..eh..apa-apaan sih kalian ini?!" teriakku.Tak ada jawaban dari mereka, namun mereka ngotot ingin merebut tas milikku ini. Adegan tarik menarik pun terjadi, dan tentu saja akulah pemenangnya. Dan sebagai akibatnya mereka berdua jatuh terduduk ke belakang.Entah setan apa yang telah merasukiku, hingga aku pun tertawa terbahak-bahak saat melihat mereka berdua terjatuh. Melihatku tertawa sontak keduanya langsung menangis dan tentu saja memanggil Mamanya. Akan segera terjadi adu mulut nih, karena duo kembar itu sangat pintar sekali bersilat lidah, tak beda seperti orang tuanya."Mama! Tante Rini jahat!" teriak si Devi sambil menangis."Mama!! Sini Tante Rini jahat!" Tentu saja ucapan Devi segera di ikuti kembarannya sambil meraung-raung.Aku cuma diam saja menyaksikan drama mereka, sambil menunggu kedatangan Mama mereka.Mbak Sarah pun segera mendatangi anaknya dan memberdirikan mereka."Ya ampun, Devi, Dewi, kalian kenapa teriak-teriak, sampai jatuh terduduk di lantai pula?" tanyanya membelakangiku."Tuh Ma, Tante Rini jahat dia tadi yang mendorong kami, benarkan Wi?" Dewi pun langsung menganguk tanda setuju dengan perkataan Devi.Tuh 'kan apa kubilang. Mereka itu meski masih balita tapi pintar sekali berbohong dan mengadu domba. Memang sih buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Naudzubillahimimdzalik.Mendenagar aduan dari duo putri kembarnya itu, Mbak Sarah langsung berbalik arah ke padaku."Jahat sekali kamu Rin! Apa salah anak-anakku hingga kamu ingin mencelakai mereka?" ucap Mbak Sarah, "mereka itu masih kecil, kalau kamu ada masalah bilang saja padaku. Jangan beraninya kamu sama anak kecil!" Mata Mbak Sarah melotot secara sempurna ke arahku sambil berkacak pinggang."Apa-apaan sih kalian ini, drama banget!" Ku cuekin saja mereka, dan di saat aku akan melangkah pergi, Mbak sarah mencekal tanganku."Mau kemana kamu, hormati saat orang yang lebih tua bicara kepadamu!" ucapnya.Tuh 'kan jadi merepet ke mana-mana. Jujur aku sedikit malas menanggapinya. Pastinya Mbak Sarah ini kaget dengan sikapku sore ini. Biasanya kalau keponakanku menangis maka aku akan mengalah dan mengajak mereka beli jajan atau sekedar mengajak berkeliling naik motor saja.Segera kulepaskan cengkraman tangan Mbak Sarah, dan aku pun berbalik berhasapan dengannya."Jadi Mbak Sarah mau dihormati?" tanyaku."Ya pastilah kan aku lebih tua dari pada kamu!" jawabnya sambil bersedekap."Kalau mau di hormati ya tunjukka dong sikap yang baik, yang mencerminkan seorang Kakak!. Jangan malah seenaknya sendiri, sudah numpang, semuanya minta di turuti, nggak bisa jaga sikap lagi. Sangat tidak patut untuk di hormati!" ucapku sengit."Kamu makin berani ya sama aku?" Matanya kini kembali melotot ke arahku."Ya berani lah, kan kita sama-sama makan nasi, kecuali kalau Mbak Sarah makannya kemenyan baru aku akan takut!" ucapku sambil berjalan menuju ke kamar.Tak lagi ku dengarkan umpatan dari Mbak Sarah dan teriakan si kembar yang menjengkelkan itu."Oh iya Mbak, suamiku nanti pulang larut malam, jadi nggak bisa membawakan nasi padang pesanan kamu. Lebih baik sekarang Mbak Sarah masak mie instan, dari pada suami dan anak-anakmu menjerit kelaparan. Satu lagi Mbak, tak perlu repot membuatkan mie untukku, karena barusan aku sudah makan semangkuk bakso urat jumbo yang ada di depan pasar itu!" teriakku dari dalam kamar.Tak taulah kira-kira seperti apa kesalnya kakak ipar cantikku itu. Ingat Kak, ini baru pemanasan saja!.Sebelum baca klik berlangganan dulu ya****** ******Salah Kok DibelaTok tok tok"Dek, kamu sudah tidur toh?"Suara Mas Johan tersebut sontak membuat mataku terbuka, ku lirik jam di dinding masih menunjukkan pukul sepuluh malam. Ternyata tadi aku ketiduran habis shalat Isya. Sejak sore tadi aku memang tak keluar kamar sama sekali, kebetulan juga di kamarku ini ada kamar mandinya, jadi tak perlu repot-repot keluar kamar kalau hanya untuk mandi dan mengambil air wudhu."Sudah bangun kok, Mas, sebentar ya!" teriakku.Mas Johan memang selalu membawa kunci rumah, namun kalau kamar memang tadi dia kukunci selot dari dalam."Mau di buatin susu hangat atau kopi, Mas?""Susu hangat saja Dek. Eh ini aku tadi beli lima bungkus nasi goreng. Kita makan bareng yuk, buat Mbak Sarah dan keluarganya juga," ucap Mas Johan sambil mengangsurkan bungkusan plastik besar kepadaku."Oke, ku tunggu di dapur ya Mas, sekalian mau buatin susu hangat buat kamu."Hemmm ternyata suamiku meski pulang selarut ini ma
Nasi Goreng Dari Kulkas"Aww sakit!"Terdengar teriakan Mbak Sarah pagi ini, saat aku tengah menyapu di teras. Berarti kejutan pertamaku sudah sukses."Apaan sih Ma? Pagi-pagi udah teriak, ini si Desta jadi kebangun lho! Gangguin tidur papa saja sih!" ucap Mas Rusli kesal.Haduh jam tujuh kok katanya masih pagi sih? Dasar pemalas kerjaannya cuma makan dan tidur saja!"Kamu tuh Pa, bukannya nolongin malah marah-marah! Siapa sih yang naruh popok penuh ini di depan pintu? Kan aku jadi kepleset, sakit tau!!""Paling juga kamu sendiri, Ma. Udah ah nih si Desta aku mau tidur lagi!" ucap Mas Rusli.Mendengar ucapan pria benalu itu aku langsung masuk ke dalam."Mas Rusli ini sudah siang loh, masak mau tidur lagi? Nggak capek seharian tiduran mulu? Jangan tidur lagi dong, tuh dari tadi di cari Mas Johan, ada kerjaan katanya. Temui sekarang sana, keburu suamiku itu berangkat ke kantor!" Mataku kali ini membulat sempurna ke arahnya.Dan ternyata dia langsung menuruti permintaanku, walau dari ra
Anak dan Ibu Sama SajaSore ini aku pulang sedikit telat, karena tanggal muda jadi banyak yang belanja sembako di tokoku. Sengaja aku mampir untuk membeli roti bakar, meski aku jahat, namun aku masih ingat makanan kesukaan keponakan kembarku itu. Apalagi hari ini, aku mendapatkan penghasilan yang cukup banyak, jadi tak ada salahnya 'kan kalau sedikit berbagi dengan orang-orang sekitar kita.Ku pesan dua buah roti bakar dengan isian coklat keju, nantinya satu untukku dan satu untuk keluarga Mbak Sarah. Tak lupa kubelikan dua minuman alpukat kocok kesukaan Dewi dan Devi. Juga buskuit dan susu bayi untuk Desta. Pasti mereka semua sangat senang melihatku pulang membawa makanan. Untuk Mas Rusli memang sengaja tak kubelikan apapun, karena aku masih sangat kesal dengan kelakuan mereka.Tepat saat adzan magrib berkumandang, aku sampai rumah, dan ternyata mobil suamiku sudah terparkir rapi di teras. Tebakanku tadi memang benar, ketika aku baru sampai di ruang tamu, kedua gadis kecil itu langsu
Aku Hamil?Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera kuambil wudhu dan menunaikan shalat subuh. Kali ini aku shalat sendiri, karena jujur hati ini masihlah kesal dengan Mas Johan.Maafkan aku ya Allah jika mungkin bersalah karena berkata tidak sopan kepada kakak ipar dan suamiku. Namun aku tahu Engkau maha tau, apa yang benar dan apa yang salah.Sebenarnya aku melakukan semua ini bukan hanya karena kesal dengan sifat mereka, tapi juga karena aku menyayangi mereka. Jika tetap kubiarkan mereka begini, bagaimana jika hingga nanti anak-anaknya juga memiliki sifat yang sama dengan mereka.Tok tok tokk"Dek, tolong bukain pintu. Aku mau shalat subuh nih." Suara panggilan dari Mas Johan membuatku sedikit kaget.Segera kubuka pintu itu, kemudian kucium punggung tangannya, hal yang biasa ku lakukan setelah kami melaksanakan shalat berjamaah."Loh Dek, jadi kamu sudah shalat duluan? Duh maaf banget ya aku agak kesiangan dikit ini, kamu sih nyuruh aku tidur di luar, jadinya semalam nggak bis
Pov Johan"Jo, semua yang ku miliki kini telah habis. Bolehkan kami sekeluarga menumpang sementara di rumahmu? Sampai Mas Rusli dapat kerjaan baru lagi. Paling juga nggak sampai tiga bulan kami sudah pergi dari san." Kata-kata itulah yang tujuh bulan lalu Mbak Sarah ucapkan kepadaku, saat Mas Rusli mengalami kebangkrutan dan harus kehilangan semua yang mereka miliki. Awalnya aku dan juga istriku amatlah senang mendengar hal itu, biar keadaan rumah juga sedikit ramaai, karena hingga tiga tahun pernikahan kita, Allah belum memberikan kepercayaan pada kami untuk memiliki momongan.Sejak pertama kali menapakkan kaki di rumahku, mereka sudah mulai berulah. Mbak Sarah tak mau sama sekali membantu Rini-istriku-melakukan pekerjaan rumah, kerjaaannya hanyalah bermalas-malasan saja bersama suaminya, Mas Rusli. Seharian bisa mereka habiskan hanya dengan bermain ponsel atau menonton tivi saja. Sedangkan kedua putri kembarnya yang kini berusia empat tahun itu selalu mengotori dan membuat berantak
Terlanjur EnakBenar apa yang sudah ku duga, saat sampai di rumah pasangan suami istri itu masih tertidur, namun si Bayi Desta dan kakak kembarnya sudah bangun. Devi dan Dewi nonton tivi sambil minum susu dari dotnya masing-masing, karena memang duo kembar itu belum bisa lepas dari dot. Sementara si bugsu Desta sedang bermain-main dengan popok bekas pakai yang tercecer di depan kamar Mbak Sarah, saat aku melihatnya, si Desta menggigit popok bekas itu, hingga gel-gel kotorannya itu menghambur keluar semua."Huwekkk huwekkk!" Seketika langsung mual perutku melihat pemandangan itu."Kamu kenapa Dek?!" Mas Johan lari menghampiriku yang sedang menutup mulut menahan muntah.Ku jawab pertanyaan suamiku itu dengan menunjuk ke arah Desta yang sedang berpesta dengan popok bekas itu, kemudian aku langsung lari ke kamar mandi belakang. Semangkuk soto tadi akhirnya berpindah ke sini.Aku kaget saat kembali masuk ke dalam, saat Mas Johan berani membangunkan kakaknya yang sedang tidur itu, padahal
**************** **************Hari ini akan menjadi hari yang cukup melelahkan di toko, karena akan banyak barang yang datang dari gudang, seperti tepung terigu, gula pasir dan barang yang lainnya yang datang dalam ukuran besar atau karungan, dan biasanya barang ini akan datang dua minggu sekali, eh nggak pasti pula sih, tergantung kapan aku ordernya.Biasanya saat barang itu datang, aku akan mempekerjakan tiga atau empat orang untuk mengemasnya dalam kemasan kecil yaitu satu kilogram dan setengah kilogram. Setelah mengemas mereka langsung akan menaruhnya di rak-rak yang telah kusediakan. Pagi ini sebelum berangkat ke toko, aku akan menelepon Mila, temanku yang juga berjualan di pasar, siapa tahu di kampungnya ada yang sedang mencari pekerjaan."Assalamualaikim Mil. Aku mau ngrepotin kamu dikit neh," ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon."Waalaikumsalam. Boleh kok Rin, asal jangan banyak-banyak ya," balasnya sambil tertawa."Cariin karyawan dong Mil, dua orang gitu.
**************** **************Meski kesal dengan sikap orang tuanya, namun tetap aku membelikan kebutuhan susu dan pampers untuk anak-anak Mbak Sarah, karena pada dasarnya mereka tidak bersalah sama sekali.Dua puluh menit sudah perjalananku bolak-balik rumah ke minimarket membeli susu keponakanku tersebut. Sengaja kuparkirkan motorku di pinggir jalan, agar suara motorku itu tak terdengar oleh Mbak Sarah. Lalu diam-diam ku intip apa yang mereka lakukan dari depan pintu. Tampak Mbak Sarah menggendong Desta sambil menyapu dan kakinya menyeret kain pel basah. Sedangkan duo keponakan kembarku sedang memunguti sampah yang berceceran, kemudian memasukkanya ke dalam tempat sampah."Ayo cepetan, keburu Tante kalian yang bawel itu datang!. Kalau semua ini nggak beres, nggak akan ada uang jajan seharian. Nggak usah bersih-bersih banget sih, yang penting kelihatan rapi," ucap Mbak Sarah pada kedua putrinya.Mendengar kata-kata Mbak Sarah tersebut, aku pun langsung nyelonong masuk ke ruang tamu