AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN 28Sudah sekitar setengah jam Desta berada di UGD, namun saat ini dokter belum juga keluar memberi kabar. "Bagaimana keadaan Desta, Dek?!"Mas Johan yang baru saja datang, terlihat sangat panik dan cemas."Dokter dari tadi belum keluar dari sana, Mas," jawabku lirih."Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Mas Johan sambil duduk di sampingku.Sementara Mbak Sarah dari tadi masih saja menangis sesenggukan di pelukan Mila.Aku pun kemudian menceritakan semua kronologi seperti yang di ceritakan oleh Mbak Sarah, yang sama persis dengan apa yang kulihat di kamera pengintaiku."Lalu sekarang di mana Mas Rusli?" tanya Mas Johan kemudian."Sepertinya masih di warung Mas," jawabku."Gimana sih dia itu? Anaknya kayak gini karena ulahnya juga, kok bisa-bisanya sekarang malah tidak menjenguk kesini? Padahal jarak dari pasar ke sini kan dekat sekali! Biar ku susul dia sekarang, kepala keluarga kok tidak punya tanggung jawab sama sekali!" geram Mas Johan."Aku ikut ya, Jo. Mau a
Membuka Lembaran Baru"Keluarga bayi Desta!"Suara dokter yang berdiri di depan pintu UGD itu, mengagetkanku. Langsung saja aku berdiri dan menghampirinya."Saya, dok. Bagaimana keadaan keponakan saya?" tanyaku ketika sudah berada di samping dokter tersebut."Mari ibu ikut ke ruangan saya," kata dokter laki-laki itu ramah.Aku pun mengangguk dan mulai mengekor di belakangnya. Sambil jalan aku pun mengirimkan chat pada Mas Johan, agar jika dia datang tak lagi mencariku.[Mas, aku di panggil dokter, kalau kamu datang, aku ada di ruangan dokter spesialis kulit.]Chat itu kukirimkan bersamaan saat aku masuk ke ruangan bertuliskan, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Sang dokter kemudian mempersilahkanku duduk."Kondisi Desta saat ini alhamdulillah baik, namun dia mengalami luka bakar yang dalam pada tujuh persen tubuhnya. Karena memang pada dasarnya kulit bayi itu lebih tipis dan sensitif jika terkena air panas. Maķa untuk menyembuhkannya di perlukan dua atau tiga kali operasi cangkok kul
AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN 30Ancaman Mas RusliSaat telah sampai di depan rumah, betapa terkejutnya aku, saat jendela depan rumahku pecah, sepertinya telah di lempar batu oleh seseorang. Kira-kira siapa sih, yang tega melakukan perbuatan seperti ini?.Pikiran negatifku tentu saja langsung tertuju pada Mas Rusli, siapa lagi yang punya dendam padaku selain dia. Dan dengna adanya kejadian hari ini, sudah pasti dia sangat marah kepadaku dan Mas Johan, jadi sudah pasti dialah yang melakukan semua ini.Bodohnya aku kenapa dulu tak memasang kamera pengintai di depan rumah atau di teras, jika sudah begini baru deh sadar. Untung saja saat ini, aku masih menyimpan satu dari kamera itu Jujur aku saat ini tak berani masuk ke dalam. Maka kini aku dan anak-anak hanya duduk di teras sambil aku akan menelepon Mas Johan.Takutnya nanti jika aku langsung masuk ke rumah, ternyata orang jahat itu masih bersembunyi di dalam dan ingin mencelakai kami."Assalamualaikum, Mas," ucapku saat panggilan suaraku d
POV RusliS**l! Kurang ajar! Berani-beraninya Johan mempermalukanku di depan orang banyak seperti itu! Malah Sarah juga ikut-ikutan mengusirku juga!Aku pergi bukan berarti aku kalah, lihat saja, aku akan secepatnya menuntut balas pada kalian. Enak sekali menendangku seperti sampah yang sudah tidak ada gunanya lagi! Sebenarnya kalau mau jujur, aku memang salah sih, karena keteledoranku, akhirnya anakku ketumpahan kuah panas mie ayam itu. Tapi kan itu juga bukan sepenuhnya salahku, salah Desta, kenapa dia nggak bisa diam, sukurin kan, akhirnya ketumpahan kuah panas juga. Semua panik dan menyalahkanku, yang malah bermain game di warung saat Desta di rumah sakit. Tapi bukankah sama saja jika aku ada di warung atau di rumah sakit? Toh aku tak bisa berbuat apa-apa 'kan? Di sana dan di sini pun sama tetap menunggu tindakan dokter saja.Kurasa mereka juga terlalu berlebihan sih, toh hanya terkena tumpahan kuah panas saja kok sampai heboh banget, paling juga nanti merah-merah saja kan. Di o
Pov AuthorSetelah kepergian Johan, Rini segera meminta anak-anak membersihkan diri, dan mulai memasak untuk makan malam mereka. Entahlah mengapa sore ini mereka lebih pendiam dan patuh pada semua perkataan Rini, dan itu membuat Rini bertanya-tanya dalam hati.Mungkin karena hati yang cemas itu, Rini menjadi sedikit ketakutan tinggal di rumahnya sendiri. Jadi dia menyalakan tivi, agar suasana tak lagi hening. Karena si kembar pun tak banyak bicara malam itu."Devi! Dewi! Ayo kita makan malam dulu!" Teriak Rini .Dan tanpa menjawab kedua gadis kecil cantik, itu pun segera menuju meja makan."Nih, tante buat makanan kesukaan kalian, ayam goreng dan telur orak-arik. Ayo cepat di habiskan," ujar Rini sambil menyendokkan makaanan bergantian kepada kedua keponakannya itu."Kalian kenapa sih, dari pulang sekolah tadi kok banyak diamnya? Sakit? Atau ada yang nakal di sekolah?" tanya Rini.Mereka berdua kompak diam dan hanya menggelengkan kepala saja. Semakin bingung Rini, melihat kedua kepona
Aksi Rusli (Pov Author)"Sudah pukul satu malam nih, Bro! Ayo kita mulai beraksi! Keburu nanti banyak pedagang yang datang!"Rusli mengomando ketiga temanya itu, yang memang sejak sore tadi, mereka sudah merencanakan untuk merampok toko dan juga isi warung mie ayam, milik Rini itu."Pakai yang bener penutup wajahmu itu, kalau sampai ketahuan, bisa mampus kita!" ucap seorang temanya, pada Rusli yang memasangnya secara miring.Mereka berempat kompak memakai pakaian serba hitam, dan senjata tajam sudah siap di balik baju mereka, untuk jaga-jaga, jika ada penghalang atau sampai aksi mereka ketahuan."Mana nih, temanmu yang katanya punya mobil pick up itu? Dari tadi kok belum kelihatan batang hidungnya! Keburu pagi!" ucap Rusli pada seorang temannya."Sabar Bro, barusan dia telpon sudah di jalan kok. Paling nggak sampai lima menit juga sudah sampai di sini. Dia kalau nyetir itu mantep, war wer war wer kayak angin. Jadi bisa diandalkan nanti," jawab teman Rusli itu.Ternyata benar tak sampa
POV AuthorKumandang adzan subuh, membangunkan Rini. Kemudian dia coba membangunkan kedua keponakannya, untuk diajak belajar shalat berjamaah."Devi, Dewi, ayo bangun dulu, Nak. Kita shalat subuh dulu berjamaah," ucap Rini sambil mengusap lembut pipi kedua keponakannya itu."Ini 'kan masih malam Tan, kami masih mengantuk..." ucap Devi."Iya, Tan. Nanti saja ya," timpal Dewi."Shalat subuh itu memang di kerjakan saat petang seperti ini, ayo cepat ambil wudhu, nanti tante Rini ajarin shalat kayak kemarin yuk," kata Rini sambil tersenyum."Shalatnya pas siang saja, Tan. Kalau malam-malam kayak gini, mending bobok aja, Tan," ucap Dewi sambil tidur."Kan Bu Guru bilang, kalau tidak shalat, maka Allah akan marah sama kita. Apa kalian mau kalau Allah marah?" bujuk Rini.Akhirnya meski dengan malas kedua bocah cantik itu, mengikuti Rini ke kamar mandi, untuk mengambil air wudhu. Kemudian mereka shalat, dengan seksama Dewi dan Devi belajar semua gerakan yang dilakukan Rini.Suara mobil Johan,
AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN 35Ulah Rusli Lagi (POV Author)Setelah melakukan pesta dini hari tadi itu, Rusli dan kawan-kawannya pun pergi menuju ke pasar terdekat dari situ, untuk menjual barang hasil jarahannya. Kemudian mereka pun pulang masing-masing, sedangkan Rusli yang saat itu tak punya rumah, hanya pamit pergi begitu saja.Firasatnya mengatakan, bahwa hari ini dia akan tertangkap, karena dia berfikir betapa cerdiknya Rini biasanya tahu setiap rencananya, bisa jadi kali ini juga, si Rini ini sudah tahu semuanya. Sebelum tertangkap, dia ingin melakukan sesuatu lagi, untuk memuaskan hatinya.Dari rumah temannya tersebut, Rusli menuju ke rumah Rini. Dia sangat tahu di lingkungan situ, setiap pagi sekitar pukul setengah delapan seperti ini, pasti sepi.Para Ibu sedang sibuk mengurusi dapur dan beberes rumah, sedangkan para suami biasanya jam segini batu berangkat kerja. Pos penjagaan juga jam segini pasti selalu sepi.Rusli tak pernah tahu, kedatangannya ke rumah Rini, pagi ini. Mal