Share

BAB 2

"tok...tok...tok" suara ketukan pintu berbunyi nyaring. " Masuk" terdengar suara menyahut dari dalam ruangan itu.

Yoga membuka pintu tersebut dengan hati-hati. Tampak diujung ruangan terlihat oleh Yoga seorang laki-laki paruh baya berkharisma kuat yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan tegap.

Yoga menundukkan kepalanya sopan " Permisi pak Nelson...bapak mencari saya?"

" Oh Yoga...masuklah...duduk".

Yoga pun langsung bergegas maju dan duduk di depan laki-laki yang dipanggil pak Nelson itu yang tak lain merupakan dekan fakultas ilmu sosial jurusan administrasi negara. Jurusan yang Yoga ambil di universitas tersebut.

" Yoga...kamu tahu kenapa aku panggil kesini?" tanya pak Nelson dengan dingin. Yoga merasa sangat tertekan dan semakin merunduk. Dia tahu apa yang akan dibahas oleh pak Nelson dekannya itu.

" Ya pak" Yoga menjawab dengan pelan dan hati-hati. Pak Nelson mendungus dingin "Yoga...menurut laporan dari divisi keuangan...kamu menunggak biaya kuliah selama 4 semester ya...kapan kamu mau melunasinya? ini sudah semester yang ke tujuh...kalau tidak segera bayar kamu tidak akan dapat mengikuti KKN dan skripsi! bahkan kamu akan di DO!!.

Yoga gemetar mendengar kata-kata dari pak Nelson. " Maafkan saya pak...saya janji saya akan segera melunasinya". Pak Nelson semakin kesal mendengar ucapan Yoga. Dia berpikir bagaimana bisa kampus yang ternama ini bisa menerima mahasiswa yang miskin ini. pak Nelson mengepalkan tangannya. Walaupun Yoga seorang mahasiswa yang sangat pandai tetapi dia membencinya karena miskin. Dengan muka malas pak Nelson membentak " kalau dalam dua minggu kamu tidak bisa membayarnya!! jangan berharap kamu dapat kuliah disini lagi!".

Yoga semakin tertekan. Dia ingin sekali membantah tapi apa daya. keadaannya memang sangat miskin. Dia hanya bisa menahan dan terus menunduk "baik pak Nelson".

Pak Nelson semakin muak melihat wajah Yoga. Dia tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan bocah ini. " Enyah sekarang" kata-kata kasar keluar dengan keras dari laki-laki itu.

Yoga terus mennduk dan mundur ke belakang menuju pintu " Permisi pak" jawab Yoga sambil membuka pintu lalu keluar. Dia kemudian berjalan dilorong kampus untuk meninggalkan komplek kampus. Dia ingin menyendiri untuk saat ini. Dia menuju ke taman di belakang kampus untuk merenungi nasibnya. Yoga duduk di sebuah kursi di tengah-tengah taman itu. Di bawah kesejukan pohon kelengkeng yang ada diatasnya. Yoga merenung memikirkan kata-kata dari pak Nelson tadi. "Sial...bagaimana aku bisa melunasi tunggakan kuliah...ya Tuhan". Dia sangat bingung dan tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Kalau mau meminjam teman mungkin akan sulit karena kebanyakan mahasiswa-mahasiswi di kampus ini membencinya hanya karena dia miskin. Lagipula kalaupun dapat pinjaman dia juga bakal bingung bagaimana cara mengembalikannya. Dia hanya bisa pasrah mungkin dia memang tidak pantas untuk kuliah disini. mata Yoga hampir berkaca-kaca merenungi nasibnya.

Saat ini pikiran Yoga berkecamuk. Seperti sedang memikul beban yang sangat berat. Dia marah pada dirinya sendiri. Tetapi hanya kepasrahan yang bisa dia lakukan. "Apakah mungkin aku akan putus kuliah?" batinnya, "Ibu...maafkan aku tidak bisa membuatmu bangga. Aku sepertinya tidak bisa mempertahankan kuliahku. Aku mohon ibu memaafkan aku". Tanpa sadar dia meneteskan air mata. Dia teringat bahwa ibunya sangat ingin sekali melihat Yoga kuliah dan sukses dimasa depan. Tetapi dia saat ini merasa dirinya gagal memenuhi keinginan ibunya.

" Cowok kok cemen sekali...menangis sendirian di taman, benar-benar cowok ga punya masa depan". Kata-kata itu mengejutkan Yoga. Dia mencari dari mana arah suara itu berasal. Dia melihat sosok gadis yang sedang berdiri tidak jauh di depannya. Dia adalah Michelle, sahabat Annet yang sempat menghina Yoga tadi. Yoga memalingkan wajahnya dengan malas " Bukan urusanmu Michelle, pergilah! tinggalkan aku sendiri" Sahut Yoga dengan pelan.

Michelle mendengus dingin "huft...ini orang sudah miskin masih berlagak. berani-beraninya ngusir aku" batinnya. Michelle lalu meluapkan amarah kepada Yoga. " Hei Yoga Atma, kamu ini mahasiswa paling miskin dan rendah di kampus elit ini. memangnya siapa kamu?? berani mengusirku! kamu pikir ini tempat nenek moyangmu? ". Yoga mendengus tidak kalah kesal " Memangnya kenapa kalau aku miskin, apa masalah buat kamu? apa aku pernah meminta makan darimu? sebenarnya apa maumu??" Yoga menatap dingin kepada Michelle.

Michelle terkejut dengan Yoga saat ini. Apa ini benar-benar Yoga yang dia kenal?. Kenapa tiba-tiba mempunyai tatapan yang mengerikan seperti ini. Michelle menghela nafas panjang dan kembali tenang " Jangan salah paham...aku tadi mengantar Annet ke perpustakaan. karena dia masih ingin banyak membaca buku. Jadi aku tinggalkan dia di perpus. Dan aku melewati jalan ini, tidak sengaja melihatmu disini sedang menangis sendirian. Kamu ini cowok...apa pantas seorang cowok gampang menangis karena sebuah masalah yang dihadapi? kok cemen sekali sih".

" Sudah kubilang bukan urusanmu, sekarang mungkin permohonanmu segera diwujudkan..bukankah kau ingin aku keluar dari kampus ini!!" Yoga membentak Michelle. Michelle hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia sebenarnya merasa iba terhadap Yoga. Tapi dia merasa gengsi untuk mengungkapkannya. " Ya sudah...aku pergi!" Michelle barbalik dan berjalan meninggalkan Yoga tanpa menoleh lagi. Dalam hatinya dia berkata " Mau sampai kapan kau akan terus menjadi pecundang seperti ini?". Dia terus berjalan menjauh.

Yoga hanya diam memandang Michelle yang sudah menjauh. " Kenapa kau slalu membenciku?" batinnya.

*****

Michelle terus berjalan untuk keluar dari taman. Dia kesal memikirkan sikap Yoga berusan. " Tunggu...Michelle ada apa denganmu?. Kenapa kau terus memikirkan laki-laki itu...Sadarlah dia hanya laki-laki miskin dan pecundang" batinnya sambil memukul-mukul kepalanya. Ditengah jalan dia berpapasan dengan 2 orang mahasiswi dan 1 orang mahasiswa yang menyapa dirinya. Sehingga dia keget dengan sapaan itu.

" Hai Michelle". " Oh Hai juga" Jawab Michelle.

" Apakah kamu melihat Yoga?" tanya salah satu mahasiswi itu.

Michelle mengangkat alisnya malas " Kau mencari Yoga...lihatlah dia sedang duduk disana". Michelle menunjukkan jari ke tempat Yoga berada. kemudian berbalik pergi. " Oh terima kasih" teriak gadis itu. Tetapi Michelle tidak mempedulikannya.

Gadis itu kemudian berlari kecil menuju ke arah Yoga berada dan diikuti oleh dua temannya. Saat itu Yoga sedang melamun karena kata-kata Michelle tadi. Entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar kata-kata kasar Michelle. Tetapi dia berusaha untuk menenangkan diri dan fokus untuk mencari solusi yang dapat menyelesaikan masalahnya. Tetapi walaupun dia berpikir keras tetap saja otak nya tidak menemukan solusi apapun. Dia duduk lemas seperti tidak mempunyai daya apapun " Ya Tuhan...apa yang harus aku lakukan. Aku benar-benar bingung menghadapinya. Berilah hamba petunjuk ya Tuhan" batinnya sambil menatap langit.

'' Yogaaaa...." terdengar sebuah suara perempuan dari kejauhan yang membuyarkan lamunan Yoga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status